Tri Mumpuni Wiyatno: Perempuan yang Bikin 61 Desa Terpencil Terang Benderang

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tri Mumpuni Wiyatno adalah orang yang berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pertama kali di Dusun Palanggaran dan Cicemet, Sukabumi, Jawa Barat.

Ia mengembangkan kemandirian masyarakat di kawasan-kawasan terpencil melalui PLTMH. Semua itu bisa tercapai berkat Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) tempat Puni, panggilan akrabnya, berkarya.

IBEKA adalah fasilitator yang menggunakan pendekatan pembangunan PLTMH untuk membangun modal sosial rakyat.

Hingga kini, Tri Mumpuni telah membuat sekitar 61 desa terpencil menjadi terang benderang.
Presiden Joko Widodo pun mengapresiasi dan membanggakan prestasi Tri Mumpuni.

“Semoga menjadi teladan dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk semakin giat menekuni ilmu pengetahuan dan memberi kontribusi nyata bagi kemajuan kehidupan umat manusia,” tulisnya lewat Instagram.

Tri Mumpuni Wiyatno lahir di Semarang, 6 Agustus 1964. Ia merupakan anak ketiga pasangan Wiyatno dan Gemiarsih. Puni memiliki delapan saudara.

Sejak kecil, kedua orang tuanya selalu mengajarkan saling berbagi dan memberi. Saat kelas 4 SD, Puni sudah ikut ibunya keliling ke kampung-kampung mengobati orang yang terkena penyakit koreng.

Dari pengalaman itulah, ia belajar bahwa dari proses hubungan manusia itu uang bukan segala-galanya.

Tri juga sering membantu ibunya yang aktif dalam kegiatan sosial. Selain itu, ia juga bercita-cita sebagai dokter.

Tri merupakan lulusan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kemudian, ia melanjutkan kuliahnya di Energy and Sustainable Development International Session, Universidad da Costa Rica pada tahun 1992.

Selain itu, dia juga berkuliah di Chiang Mai University Thailand pada tahun 1993.
Saat itu, Tri Mumpuni bersama suaminya, Iskandar Budisaroso berkeliling ke desa-desa dan melihat sumber air yang melimpah namun belum ada listrik di lokasi-lokasi tersebut.

Kemudian, dia melaporkannya kepada kepala desa setempat untuk membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan aliran sungai untuk memutar turbin. Tri pun mengumpulkan data dan menghitung biaya untuk hal tersebut.

Hingga akhirnya Yayasan IBEKA mengirim tim sosial untuk membangun komunitas. Tim Sosial ini akan berinteraksi selama beberapa minggu dengan masyarakat agar terbina hubungan yang baik.

Langkah awalnya adalah menghubungi tokoh setempat baik itu tokoh agama ataupun adat. Kemudian, masyarakat diminta membuat kelompok pengurus turbin.

Tim tersebut juga diberikan pengetahuan pengoperasian mesin turbin dan harus menghitung biaya yang harus dikeluarkan pelanggan dan biaya memelihara pembangkit listrik.
Dengan membangun mikrohidro, IBEKA bisa memperbaiki ekonomi desa.

Listriknya dipakai untuk meningkatkan nilai tambah hasil panen masyarakat, seperti mengeringkan kemiri, kopi, coklat, bikin minyak nilam, minyak sereh, dan lainnya. Uang tersebut bisa digunakan untuk membiayai pendidikan dan biaya pengobatan.

Sebelumnya, Tri sudah menggeluti bidang pembangunan perdesaan sejak masih kuliah di Institut Pertanian Bogor.

Saat itu, ia terlibat dalam kegiatan pembangunan masyarakat perdesaan di pinggiran danau Toba Sumatera Selatan. Ia menjalanakan program pengembangan ikan tilapia merah bantuan USAID untuk peternak ikan di pinggiran Danau Toba.

Tak hanya itu, Tri Mumpuni juga terlibat dalam kegiatan pembangunan di perkotaan.
Namun, hal tersebut hanya berlangsung selama dua tahun. Ia menemukan ketidakpastian pembangunan perkotaan di Indonesia karena baginya, uang lebih banyak berbicaranya.

Hingga akhirnya, ia kembali bergabung dengan suaminya untuk kembali ke pedesaan.
Suaminya mengurusi teknologi dan Tri mengurusi pembangunan sosial serta ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan teknologi yang ada. (Muhammad Raja A.P.)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tumbuhkan Cinta Tanah Air, Semangat Satu Darah Indonesia Dinilai Penting

Mata Indonesia, Yogyakarta - Puluhan warga DIY berkumpul di Waduk Sermo untuk menyuarakan cinta tanah air. Acara ini dibuat untuk seluruh anak rantau yang berada di DIY agar lebih cinta akan keberagaman yang ada di NKRI.
- Advertisement -

Baca berita yang ini