Tragis, Karena Penghianatan Jenderal Oda Nobunaga Dipaksa Bunuh Diri

Baca Juga

MATA INDONESIA, KYOTO – Julukannya sangat kejam, raja Iblis. Ia adalah Jenderal Oda Nobunaga, tuan tanah Jepang dari golongan samurai (daimyo) selama Zaman Sengoku hingga Zaman Azuchi-Momoyama.

Ia memiliki pengaruh besar pada generasi berikutnya. Nobunaga memimpin Jepang dari 1568 hingga 1582 dan terkenal sebagai salah satu dari tiga tokoh yang pernah menyatukan Jepang pada Abad Pertengahan. Dua tokoh lainnya adalah Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu, dari periode yang berbeda.

Oda Nobunaga merupakan putra kedua dari Oda Nobuhide, seorang daimyo di Zaman Sengoku di Provinsi Owari. Ketika sang ayah menemui ajalnya pada tahun 1551, Nobunaga menggantikan posisinya sebagai kepala keluarga dan menguasai kastil Nagoya.

Berbeda halnya dengan sang ayah, Oda Nobubaga terkenal dengan aksi brutalnya saat menyerang dan meruntuhkan beberapa kerajaan di Jepang. Unggul dari segi taktik dan persenjataan, Oda Nobunaga berambisi untuk menyatukan dan menguasai wilayah Jepang.

Selama periode Sengoku, Jepang memang terpecah belah terbagi menjadi beberapa kerajaan atau klan. Sehingga menyebabkan kondisi politik dan perekonomian yang berbeda-beda di setiap daerah. Nobunaga adalah sebagai pemimpin yang hampir berhasil membawa Jepang kedalam satu pemerintahan dengan menguasai hampir sebagian besar pulau Jepang.

Sejak kecil, Nobunaga punya perilakunya yang aneh. Ia terkadang kejam kepada teman-temannya sehingga semua temannya takut kepada dirinya. Tak heran ia mendapat julukan Owari no Outsuke

Nobunaga juga termasuk orang yang aktif. Ia merupakan siswa yang semangat dalam mengikuti upacara minum teh dan puisi. Ia bahkan mengumpulkan barang-barang upacara teh dari berbagai wilayah di Jepang. Ia juga sering mengadakan sebuah pertemuan teh dan puisi dengan orang-orang terpelajar, seperti Hosokawa Fujitaka, Imai Sokyu, dan Sen no Rikyu.

Meski terlahir sebagai bangsawan, Nobunaga kecil sering berkeliaran dengan pemuda-pemuda desa. Ia tak peduli dengan statusnya. Namun sejak muda Nobunaga sudah terlihat menggemari politik dan perang. Bahkan ambisinya sebagai penakluk sudah terlihat sejak kecil. Nobunaga pernah bertindak tidak sopan selama upacara pemakaman ayahnya. Ia melemparkan dupa seremonial ke altar.

Kejam

Banyak orang yang tak suka dengan kelakuan Nobunaga. Sehingga ketika ia menjadi penerus tahta ayahnya, beberapa keluarga dari klan Oda menolak dirinya menjadi pemimpin. Cara yang dilakukan Nobunaga cukup kejam. Ia menghukum dan membunuh siapapun yang menentang dirinya. Termasuk membunuh adiknya sendiri yaitu Oda Nobuhide yang menentang posisinya.

Oda Nobunaga
Oda Nobunaga

Nobunaga mewarisi kekuasaan ayahnya pada usia 17. Ia dibantu oleh dua orang samurai terkenal. Pertama adalah Hideyoshi yang memulai kariernya sabagai salah satu pasukan Nobunaga. Sedangkan samurai terkenal lainnya Ieyasu pada awalnya berperang melawan Nobunaga sebagai pesaing daimyo. tapi akhirnya bersekutu dengan Nobunaga.

Kisah mereka juga sering diartikan dalam sebuah kalimat pendek “Nobunaga memukul kue beras, Hideyoshi mengocoknya, dan pada akhirnya Ieyasu yang duduk dan memakannya.”

Satukan Jepang

Setelah menjadi pemimpin tertinggi klannya, ia melakukan beberapa invasi serangan terhadap wilayah-wilayah sekitar. Berawal dari menaklukan kastil Okehazama. Hingga pada tahun 1561 Nobunaga  melakukan perjanjian aliansi dengan Matsudaira Motoyasu (yang nantinya akan menjadi Tokugawa Ieyasu).

Nobunaga juga melakukan hubungan aliansi dengan Takeda Shingen.  Ia menikahkan anak perempuannya dengan anak laki-laki Shingen. Setelah  itu ia menyerang kastil-kastil Niigata hinga Hakataka di bagian selatan.

Sukses merebut wilayah ini, Nobunaga menuju wilayah Mino, yaitu kastil Inabayama. Nobunaga memanfaatkan sebuah kondisi. Saat itu pimpinannya Saito Yoshitatsu meninggal secara mendadak karena sebuah penyakit. Nobunaga kemudian memindahkan markasnya ke Kastil Komaki dan memulai invasinya di Mino.

Tercatat dalam sejarah adalah Pertempuran Moribe pada tahun 1561, Nobunaga terus melemahkan klan Saito dari berbagai sudut hingga akhirnya melakukan serangan pada 1567. Ia berhasil merebut kastil Inabayama. Kemudian setelah berhasil mengambil alih kastil, Nobunaga mengubah nama kastil dan wilayah sekitarnya menjadi Gifu.

"<yoastmark

Setelah sukses menaklukan Mino, pada tahun 1568 seorang samurai dan pemimpin klan Ashikaga Yoshiaki pergi menemui Nobunaga. Ia  memintanya untuk memulai invasi menuju Kyoto, ibu kota Shogun.

Yoshiaki adalah saudara laki-laki dari shogun ke-13 Ashogaga yang terbunuh, Yoshiteru. Ia ingin membalas dendam terhadap para pembunuh yang telah menyiapkan shogun boneka untuk merebut kekuasaannya.

Nobunaga setuju membantu Yoshiaki sebagai shogun baru. Pada 9 November 1568, Nobunaga berhasil memasuki Kyoto dan Yoshiaki akhirnya menjadi Shogun ke-15.

Keberhasilannya tersebut membuat Yoshiaki ingin memberikan jabatan, namun Nobunaga menolaknya.

Selama masa penyerangan dan invasi ini, Nobunaga memang selalu meraih kemenangan. Namun ia juga pernah kalah saat mengepung Nagashima. Nobunaga mengalami kerugian besar atas perlawanan dari kelompok pemberontak Ikko-Ikki. Namun akhirnya pengepungan tersebut berakhir setelah Nobunaga mengepung area musuh dan membakarnya. Puluhan ribu jiwa meninggal, dan membawa Nobunaga berhasil mengambil benteng utama di Ishiyama Hongan-ji setelah 11 tahun mengepung wilayah tersebut.

Dikhianati

Nobunaga selalu memperlakukan para rekan atau pengikutnya dengan angkuh. Dan ini nampaknya membuat salah satu pengikutnya yaitu Mitsuhide Akechi membencinya.

Pada 21 Juni 1582, di pagi hari Akechi bersama pasukannya mendadak menyerbu dan mengepung kuil Honno-Ji yang saat itu menjadi tempat singgah Nobunaga.

Kaget dengan serangan ini, Nobunaga kewalahan dan terpojok. Ia memilih bunuh diri sebelum Akechi menangkapnya. Kematiannya itu langsung memicu kemarahan dari Toyotomi Hideyoshi, tokoh besar yang juga memiliki rencana untuk menyatukan wilayah Jepang. Ia berniat membalas dendam atas kematian temannya itu.

Mengetahui hal tersebut, Akechi meminta dukungan kepada klan Hosokawa. Sayangnya, mereka juga memiliki rencana yang sama seperti Oda Nobunaga.

Setelah harapan itu gagal terwujud, Akechi Mitshuhide memutuskan untuk mengosolidasikan pasukannya dekat kota Yamazaki. Sementara itu, Toyomi Hideyoshi sudah menyiapkan 40 ribu pasukan balas dendam, termasuk putra ketiga Oda Nobunaga, Nobutaka. Tentu kondisi itu membuat Akechi ketakutan dan menempatkan anak buahnya di dalam hutan. Sayangnya keberadaan mereka ketahuan oleh salah satu pasukan Toyomi Hideyoshi.

Dari situlah, Toyomi Hideyoshi langsung meluncurkan serangan kepada pasukan Akechi. Dalam kisahnya, ia tewas di dalam lumpur setelah mencoba kabur dari wilayah tersebut. Usai kematian Akechi, Toyomi Hideyoshi menyatakan sebagai penerus Nobunaga. Sayangnya, rencana untuk menyatukan Jepang masih gagal. Dan akhirnya baru bisa terealisasi oleh generasi berikutnya, Tokugawa Leyasu.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di WWF 2024, Indonesia Dorong Empat Inisiatif Konkret

Bali – Penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali melahirkan solusi konkret dalam menghadapi berbagai tantangan permasalahan air...
- Advertisement -

Baca berita yang ini