MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebelum era Ellyas Pical hingga Chris John, ternyata Indonesia pernah hampir merebut sabuk juara lewat tangan Thomas Americo, seorang pria asal Timor Timur (Kini Timor Leste).
Sosok yang wafat pada 7 September 1999 ini, adalah salah ikon tinju tanah air di era 90-an. Postur tubuhnya yang cukup kekar dan kemampuan beladiri Tukumalu yang dimilikinya, membuat karir tinju Thomas cepat melesat.
Setelah hampir 4 tahun menimba ilmu di Sasana tinju Gajayana Malang (1976) dan Sasana tinju Gajayana Surabaya (1978), ia mulai menjalani laga internasional pertamanya dan langsung mengalahkan petinju kelas welter asal Australia, Eddie Buttons di Malang tahun 1980.
4 bulan berselang, giliran petinju Korea Selatan Sung Mo-Koo yang jadi sasaran pukulan Thomas. Ia sukses merebut gelar juara tinju profesional Asia Pasifik (OPBF) kelas welter ringan, usai menang TKO di ronde ke 8 dari 12 ronde yang dipertandingkan.
Harus diakui kalau kekuatan pukulan Thomas saat itu benar-benar ditakuti. Konon Americo sanggup memecahkan batu karang dengan pukulan tangan kosong.
Bekal kemenangannya ini akhirnya berbuah manis bagi Thomas. Ia diberi kesempatan untuk untuk merebut gelar juara tinju dunia welter ringan WBC pada tahun 1981. Ia berhadapan dengan Saoul Mamby asal Amerika Serikat. Saoul adalah petarung berpengalaman yang telah melakukan 47 kali pertandingan, termasuk melawan petinju legendaris Roberto Duran.
Meski kalah jam terbang, Thomas sempat ,merepotkan Saoul di ronde-ronde awal. Pukulan jab-jab cepat dan keras dari Thomas, berhasil melukai pelipis kanan sang juara bertahan.
Namun faktor pengalaman tak bisa dibohongi. Memasuki pertengahan jalan, Saoul perlahan mampu memberikan serangan balasan ke arah Thomas.
Kombinasi jab dan straight kanan dari petarung yang adalah mantan veteran perang Vietnam ini berhasil membongkar pertahanan Americo. Puncaknya terjadi pada ronde ke-15, Thomas terlihat kelelahan dan tak satu pukulan pun mampu dilepaskan.
Pertahanan yang tersisa dari Thomas hanyalah double covernya yang rapat sehingga ia selamat dari kekalahan KO. Saoul pun menang angka mutlak atas sang jagoan Tukumalu tersebut.
Pasca kekalahan tersebut, Thomas Americo mencoba bangkit dan kembali bertinju di atas ring, namun nasib sial ia alami dengan menelan tiga kekalahan beruntun, termasuk kehilangan sabuk juara OPB.
Thomas Americo akhirnya memutuskan pensiun sebagai petinju pro, setelah dikalahkan petinju asal Papua, Bongguk Kendy pada tahun 1987 silam.
Thomas yang di masa mudanya disanjung bak pahlawan, di akhirnya hayat malah harus tewas di tangan milisi dalam perang saudara di Timor Leste pada tahun 1999 silam. Ia diduga dibunuh secara keji dan jasadnya kemudian dikuburkan bersama 12 orang lainnya di kompleks kantor Perdana Menteri Timor Leste.
Untuk mengenang jasa-jasanya, nama Thomas diabadikan di Timor Leste dengan dibentuknya sasana tinju yang bernama Thomas Americo Boxing Camp di Dili oleh presiden Ramos Horta.