The Observer, Surat Kabar Fenomenal yang Masih Bertahan di Era Digital

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – The Observer merupakan surat kabar mingguan tertua di dunia. WS Bourne mendirikan surat kabar ini pada 4 Desember 1791. Hingga pada 1993, Grup Media Guardian mengakuisisi surat kabar ini.

Dalam sejarahnya, The Observer merupakan surat kabar berkualitas tinggi di Inggris. Surat kabar ini terkenal karena bahasannya yang mendalam terlebih terkait isu-isu politik. Selain itu, surat kabar ini menjadi tonggak berdirinya kebebasan pers.

Di era yang serba yang digital ini, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi. Jika zaman dahulu surat kabar menjadi satu-satunya sumber informasi yang tersedia, saat ini masyarakat mampu memperoleh berbagai informasi melalui telepon genggamnya.

Membaca berita secara online juga diakui lebih praktis dan efisien. Karena berita tersebut dapat dibaca kapan saja dan di mana saja. Selain itu, besarnya ukuran surat kabar menjadi faktor penentu masyarakat mulai meninggalkan media konvensial tersebut. Mereka menganggap jika membaca surat kabar akan menghabiskan banyak ruang.

Kelebihan lainnya dalam membaca berita secara online terletak pada tingkat kecepatannya. Media online memang sangat mengandalkan kecepatan dalam pemberitaanya, sehingga bila terjadi sebuah kasus baru masyarakat bisa dengan mudah mengikutinya. Bahkan, media online bisa menerbitkan ratusan berita dalam sehari. Berbeda dengan surat kabar konvensional yang menerbitkan beritanya sekali dalam sehari.

Oleh karena itu, The Observer mencoba untuk memanfatkan teknologi yang ada. Ini dilakukan guna mempertahankan ekstitensinya. Sejak 2011, surat kabar ini mengumumkan rencana untuk menjadi organisasi yang mengutamakan digital dalam pemberitaannya.

Mereka membuat website sebagai strategi utama. Sejak awal muncul, situs The Observer dapat akses di berbagai platfrom digital, termasuk iPad dan Kindle. Pada Januari 2018, situs The Observer desain ulang dan bergabung dengan tabloid The Guardian. Tabloidnya pertama kali terbit pada 21 Januari.

Pemimpin redaksi The Guardian, Alan Rusbridger, mengatakan bahwa surat kabar perlu menerapkan tentang keterbukaan digital. Di mana surat kabar tersebut mampu menerima berita di luar jajaran jurnalisnya. Ia menambahkan, untuk menarik perhatian para pembaca buatlah judul semenarik mungkin.

“Seluruh surat kabar sedang menghadapi kemajuan teknologi digital. Bukan berarti berita akan berhenti cetak, tetapi berita tersebut lebih membutuhkan fokus yang besar untuk menarik para pembaca,” ujar Rusbridger.

Karena tuntutannya menjadi yang tercepat, banyak media online yang menyebarkan hoax atau kabar bohong kepada publik. Ini membuat The Observer berkomitmen untuk menjadi media yang terpercaya.

Meski begitu, surat kabar mingguan saat ini tidak memiliki peran yang begitu penting. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi The Observer untuk mempertahankan diri. Sehingga, media ini menawarkan analisis yang mendalam dalam membahas isu-isu yang sedang hangat.

Jika dahulu fokus membahas mengenai politik, sekarang surat kabar ini lebih mengangkat topik-topik yang berkaitan dengan seni, sains, budaya, pendidikan, kuliner, serta olahraga.

Selain penambahan topik-topik dalam pemberitaan, The Observer juga mulai meningkatkan kualitasnya dalam majalah tiap minggunya. Surat kabar ini juga mengganti kualitas kertas menjadi lebih baik dan mengubah desain yang ada menjadi lebih elegan.

Reporter: Ratna Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Polda DIY Gelar Nonton Bareng Timnas U23

Mata indonesia, Yogyakarta - Euforia lolosnya tim nasional (timnas) Indonesia U23 difase semifinal turnamen sepakbola Piala Asia 2024 sangat terasa. Antusiasme suporter sepakbola diseluruh Indonesia sangatlah besar, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya tempat yang menggelar event nonton bareng (nobar).
- Advertisement -

Baca berita yang ini