Taat Pada Ajaran Islam, Inilah Ramzan Kadyrov Pemimpin Chechnya Pendukung Setia Putin

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSKOW – Sejak kali pertama Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Febuari 2022, bantuan dari negara lain ke Ukraina ternyata hanya pepesan kosong.

Berbeda dengan Rusia. Selain dukungan kuat dari negara sekutunya, di dalam negeri, sejumlah kalangan mendukung upaya Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyerbu Ukraina. Salah satunya adalah Chechnya.

Padahal, dulu negara ini pernah bentrok dengan Rusia dan beberapa kali terjadi peperangan yang menelan banyak korban jiwa. Barulah saat Vladimir Putin terpilih sebagai Presiden Rusia, hubungan kedua wilayah ini berubah. Putin sangat menghargai warga Muslim yang mendominasi wilayah Chechnya.

Tak heran, Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, amat dekat dengan Putin. Tak sekali pasukan Chechnya membantu operasi militer Moskow di negara lain. Bahkan Ramzan mengaku sebagai prajurit Putin.

Kedekatan ia dan Putin bermula saat ayah Kadyrov, Akhmad Kadyrov memimpin Chechnya pada 2004 lalu.

Jauh sebelum Moskow menunjuk Akhmad Kadyrov, Chechnya dan Rusia terlibat perang dua kali. Ramzan dan ayahnya bahkan turut melawan pasukan Rusia di perang pertama pada 1990-an. Namun, di perang kedua mereka berbalik arah.

Perang itu terjadi tak lama setelah Uni Soviet runtuh. Chechnya mengambil kesempatan emas ini untuk mendeklarasikan kemerdekaan. Sebelumnya Tsar Rusia dan Uni Soviet menguasai wilayah ini dari 1850-an.

Beberapa tahun setelahnya, yakni pada 1994, Rusia mengirim pasukan untuk menghancurkan Chechnya. Namun mereka salah perhitungan dan strategi.

Laskar Chechen berhasil mempermalukan pasukan Rusia. Wilayah ini adalah simbol betapa lemahnya Moskow. Bagi orang-orang Chechen, kemenangan itu menjadi kebanggaan tapi juga kehampaan karena perdamaian masih belum terlihat.

Pada akhir 1990-an, Chechnya di luar kendali siapa pun. Tempat ini menjadi surga bagi para penjahat, penculik, panglima perang, dan kelompok radikal Islamis. Perang kedua berkecamuk pada 1999. Ketika itu Putin menjadi perdana menteri. Ia menempatkan Chechnya di puncak daftar tugas yang harus segera diselesaikan.

Putin memang pemula di pemerintahan Rusia, tapi dia tahu untuk memasang kembali kendali Moskow di Chechnya, Putin butuh merangkul penduduk setempat untuk menaklukan wilayah itu.

Putin menemukan orang itu. Dia adalah Akhmad Kadyrov, kepala mufti atau pemimpin wilayah Chechnya. Seorang laki-laki yang sangat terganggu dengan Islam garis keras seperti Wahabisme di wilayahnya.

Melihat keresahan itu, ia akhirnya menjalin kesepakatan dengan Rusia untuk menghentikan kultur Islam garis keras.

Akhmad berkepribadian kasar, namun memiliki kharisma yang luar biasa. Dia berhasil mengorganisasi milisi Chechnya, yang terkenal sebagai Kadyrovtsy. Tujuannya membantu pasukan Rusia menghancurkan kelompok garis keras.

Pada tahun 2000, Putin berhasil menjadi orang nomor satu di Rusia. Itu adalah kemenangan Chechnya.

Ramzan Kadyrov

Pada 9 Mei 2004, Ahmad Kadyrov terbunuh dalam sebuah ledakan bom di Grozny. Di hari yang sama Putin, bertemu dengan Ramzan Kadyrov.
Ramzan saat itu syok. Meski diliputi duka mendalam, momen itu menandai awal karier politik yang luar biasa bagi Ramzan.

Putin kemudian menunjuk Ramzan sebagai satrap atau gubernur di Chechnya sepeninggal sang ayah. Ramzan Kadyrov tidak segera diberi jabatan puncak. Namun, berkat kendalinya atas pasukan Kadyrovtsy, ia berhasil mendominasi wilayah itu. Pada 2007, ia menjadi presiden negara bagian.

Ia memiliki milisi pribadi yang sangat kuat dan juga punya kharisma. Putin juga tak mau ikut campur urusan hukum agama yang berlaku di Chechnya. Malah Putin mendukung ketika negara bagian ini menjadikan Islam sebagai ideologinya.

Kebebasan yang diberikan Putin terhadap negara ini membuat Chechnya semakin berkembang.  Hubungan Putin dan Ramzan Kadyrob memang bak ayah dan anak. Mereka tak segan menunjukkan kedekatan itu di publik dengan saling memuji satu sama lain.

Ramzan Akhmadovich Kadyrov  lahir di Akhmat-Yurt pada 5 Oktober 1976. Ramzan menjabat sebagai Presiden Republik Chechnya sejak 15 Februari 2007. Ia terkenal sebagai presiden yang taat akan ajaran Islam. Bahkan kepada para tentaranya yang sedang berperang di Ukraina ia menyeru untuk tidak meninggalkan salat dan meninggalkan puasa. Tak heran pasukan Chechnya termasuk yang disegani saat menyerang Ukraina.

Reporter: Azzura Tunisya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini