MATA INDONESIA, MEXICO CITY – Bagi kalangan sosialita di Meksiko, nama Emma Coronel Aispuro cukup terkenal. Cantik, seksi dan mantan ratu kecantikan. Sayangnya ia baru saja ditangkap karena diduga terlibat perdagangan narkoba internasional.
Emma adalah istri El Chapo yang dikenal sebagai gembong narkoba dan sudah dipenjara. Perempuan yang bisa menghabiskan ribuan dolar untuk mengurus tubuhnya itu dituduh bersekongkol dalam mendistribusikan obat-obat terlarang. Mirip sinetron, sosok Emma menjadi bahan pembicaraan di kalangan atas di Meksiko.
Emma dan El Chapo menikah pada 2007. El Chapo yang nama aslinya adalah Joaquin Guzman penguasa kartel narkoba di Meksiko. Sebagian rakyat Meksiko mendewakan El Chapo, karena meski berbisnis barang haram, tapi ia dinilai lebih dermawan dari pemerintah sekalipun.
Pertemuan pertama mereka membuat El Chapo jatuh cinta kepada Emma. El Chapo lah yang membuatnya memenangkan sejumlah kompetisi. Mereka lalu menikah ketika Emma berusia 18 lalu memiliki sepasang anak perempuan kembar Maria Joaquina dan Emali. Selama menjadi suami Emma, El Chapo menghabiskan waktunya dipenjara atau dalam pelarian.
Saat El Chapo jadi buronan, kekuasaan kartel dikuasai Emma. Ia juga menggunakan nama suaminya untuk merek busana pakaian yang diproduksinya. Selama menjadi istri El Chapo, keluarganya dikenal punya gaya hidup mewah dan putri mereka pun terjun ke dunia mode menggunakan nama ayahnya
Kisah hidup Emma benar-benar mirip sinetron. Dia hidup bersama suaminya yang terkenal suka selingkuh, menghadapi perempuan simpanan suaminya, dan menjalankan bisnis narkoba mereka.
Derek Maltz, mantan agen khusus dari Badan Penindakan Obat-obat terlarang AS (DEA), mengatakan: ”Ketika Anda terlibat di bisnis ini ada dua kemungkinan, ditangkap atau dibunuh.”
Awalnya Emma mencoba berencana membuat perusahaan fesyen, namun para penyelidik AS (FBI) berhasil menangkap dan menjebaknya. ”Seketika itu dunia baginya serasa runtuh,” kata Maltz.
Sosok Emma memang menggambarkan wanita kelas menengah di Meksiko. Berhiaskan lipstik merah menyala dan permata sambil mengenakan celana jins ketat, dia mewakili gambaran populer seorang buchona, tipikal kekasih favorit gembong narkoba.
Guadalupe Correa-Cabrera dari Universitas George Mason telah melakukan riset di Sinaloa, Meksiko, yang merupakan wilayah operasi kartel El Chapo.
Dia menjelaskan istilah buchona itu. ”Perempuan yang memakai busana sangat mahal sambil menenteng tas Louis Vuitton. Semua tampilannya wah sekali dan itu mewakili gambaran yang tepat. Semua ini menyangkut penampilan, termasuk bedah plastik.”
Salah satu penampilan Coronel yang paling mengesankan, bagi Correa-Cabrera, adalah “bagian punggungnya”, yang digambarkan “sangat lengkung.”
Citra glamor itu sangat kontras dengan kerasnya hidup dalam menjalankan kartel El Chapo.
Guzman alias El Chapo menggunakan kekerasan untuk menjaga pasar gelap narkoba di bawah kendalinya demi menghasilkan kekayaan berlimpah bagi istri dan keluarganya. Lebih dari 300.000 orang tewas di Meksiko sejak 2006, saat pemerintah melancarkan perang terhadap para kartel narkoba.
Banyak korban yang tewas itu adalah musuh-musuh El Chapo bahkan termasuk mereka yang pernah dekat dengannya. Suatu mayat yang ditemukan di bagasi suatu mobil ternyata salah satu kekasih El Chapo. Dia diduga dibunuh oleh geng seterunya.
Sidang di AS
Saat suaminya ditangkap Biro Federal AS (FBI), Emma terbang dengan jet pribadi ke Manhattan New York bersama teman-temannya untuk mendampingi El Chapo. Emma menikmati hidangan salad mahal yang dipotong-potong kecil di Gedung Pengadilan Distrik Federal di Brooklyn. Bersama teman-temannya di kafetaria gedung tersebut, mereka bersenda gurau. ”Dia punya kepribadian yang kuat,” ungkap Miro, pengacaranya. ”Emma yang saya tahu adalah sosok yang punya penuh energi, selalu senyum.”
Semasa suaminya disidang, Coronel hampir tiap hari hadir di pengadilan. Saat jam istirahat, dia berjalan melenggang di sepanjang lorong dengan sepatu hak tinggi.
”Sang diva Sinaloa,” ujar Romain Le Cour Grandmaison, seorang analis keamanan berbasis di Paris yang menghabiskan waktunya di Meksiko untuk mempelajari kartel suami istri itu.
Saksi yang memberatkan El Chapo adalah Lucero Guadalupe Sanchez Lopez, salah satu perempuan simpanannya. Ia menjadi saksi yang memberatkan dia selama sidang pengadilan. Lopez ditahan pada Juni 2017 atas kasus narkoba di dekat perbatasan AS-Meksiko.
Dia mengaku bersalah dengan ancaman hukuman penjara 10 tahun. Sebagai ibu dua anak, Sanchez akhirnya mau bekerja sama dengan tim penuntut agar hukumannya diperingan.
Mengenakan baju tahanan biru, dia menceritakan kisah asmara mereka dan peran El Chapo sebagai pemimpin kartel selama sidang pengadilan.
Lopez tampak gugup, matanya sering berkedip. El Chapo yang duduk tidak begitu jauh, tampak tidak sabar dan terus melihat jam dinding di ruang sidang.
Sedangkan Emma duduk di deret kedua kursi untuk pengunjung. Dia merapihkan rambutnya yang panjang dengan kukunya dan hari itu dia mengenakan jaket beludru, mirip dengan yang dipakai suaminya.
Memakai jaket yang sama itu menunjukkan kuatnya hubungan pernikahan mereka, kata William Purpura, pengacara El Chapo.
Dengan mengenakan pakaian yang sama dengan suaminya, Emma tampaknya ingin mengirim pesan kepada Sanchez saat perempuan tersebut tampil sebagai saksi yang memberatkan. ”Pesan itu bisa diartikan ‘Persetan dengan kamu,” ujar Purpura. “Coronel tampaknya ingin berkata, ‘El Chapo itu milikku.'”
Setelah bersaksi di pengadilan, Sanchez dikembalikan ke penjara, sedangkan Emma bersama teman-temannya pergi makan malam di New York.
Ditangkap
Tidak lama kemudian, nasib dua perempuan itu berubah. Sanchez telah menjalani masa hukuman di penjara dan kini bebas, sedangkan Emma masuk ke rumah tahanan tanpa ada hak jaminan. Banyak yang terkejut dengan cara Emma memamerkan gaya hidupnya selama persidangan, sekaligus kecewa dengan sikapnya yang tetap setia kepada suami.
”Dia terlihat seperti orang bodoh,” kata Grandmaison sebagai analis keamanan.
Tidak demikian dengan Sanchez.
Saat pengacaranya, Heather Shaner, mengabarkan bahwa Emma sudah dipenjara, Sanchez tidak menunjukkan kegembiraan.
Kehidupan Emma pun berubah. Ia yang sebelumnnya glamor kini harus menderita karena dijebloskan ke jeruji besi di Negara Bagian Virginia, Amerika Serikat.
Colon Miro, pengacara Emma Coronel mengatakan bahwa kliennya harus tinggal di sel yang sempit dan pengap. Sehari-harinya ia sibuk berkhayal dan menghabiskan waktu dengan membaca novel novel romantis.
Reporter : R Al Redho Radja S