MATA INDONESIA, JAKARTA – Wajah tirus tinggi semampai. Cenderung tak cantik. Namun, Taylor Alison Swift sudah mendapat takdir akan jadi penghibur kelas dunia. Saat usia 9 tahun, saat berwisata dengan keluarganya, tiba-tiba Taylor menyanyikan lagu “I Just Can’t Wait to Be King” yang merupakan soundtrack film “The Lion King” di hadapan wisatawan. Usai menyanyi, seluruh wisatawan yang menonton itu memberikan applaus. Taylor sukses berhasil menghibur mereka.
Penyanyi yang lahir pada 13 Desember 1989 di Reading, Pennsylvania tumbuh dan besar dari keluarga yang cinta musik. Ia tinggal di Wyomissing, Pennsylvania. Orang tua Taylor bernama Scott Kingsley Swift dan Andrea Gardner Swift. Taylor juga memiliki adik bernama Austin.
Saat usia 10 tahun, orang tuanya kaget saat Taylor bisa membuat lagu sendiri. Ia pun rajin dan tekun dalam menulis lagu dan sering mengikuti kontes karaoke, lomba menulis lagu, ataupun festival musik lainnya.
Ibunya yang menyadari kejeniusan anaknya akhirnya membawa Taylor saat usia 11 tahun ke Nasville. Mereka mengunjungi label-label rekaman yang ada di sana. Taylor sangat suka dengan musik country, dan Nashville adalah pusat musik country.
Di usia 15 tahun, bersama ibunya mulai mengirim demo-demo lagu ke berbagai station radio. Banyak yang menolak. Lagian, siapa yang akan mendengarkan lagu anak usia 15 tahun? Dengan genre country pula. Saat itu, pop tentu jauh lebih populer. Namun usaha Taylor tidak gagal. Beberapa lagunya masuk dalam Hot Country Songs dalam Billboard di tahun 2007.
Dari Country ke Musik Pop
Pada tahun 2006 Taylor Swift menandatangani kontrak dengan label independen Big Machine Records. Ia menjadi penulis lagu termuda yang bekerja di Sony/ATV Music publishing house. Perilisan album self-titled pada tahun tersebut juga membuatnya menjadi bintang musik country termuda.
Lewat single ketiganya yang berjudul “Our Song” nama Taylor pun mulai terkenal. Ia anak usia remaja yang mampu menulis dan menampilkan lagu nomor satu di Hot Country Songs chart. Dia juga menerima nominasi Best New Artist di Grammy Award di tahun tersebut.
Setelah berhasil dengan musik-musik contry, Taylor kemudian mencoba hal baru dengan menggabungkan genre country dan pop. Pada era ini banyak lagu populer yang dia ciptakan seperti You Belong With Me, Enchanted, dan Love Story.
Dua lagu ini adalah single album Fearless. Orang-orang juga tahu atau pernah dengar lagu-lagu ini. Sampai sekarang, kedua lagu ini masih jadi anthem anak muda, terlebih tahun 2000an.
Dia dapat banyak penghargaan dengan albumnya ini. Bahkan saat ia merilis re-recording album ini. Fearless masih menjadi album ikonic-nya Taylor Swift sampai sekarang.
Album-album yang ia rilis setelahnya juga masih sukses. ‘Red’ sebagai album galau dan masih mendapat respons hingga sekarang. Saat itu, banyak kritik atas karya Taylor. Orang bilang Taylor terlalu banyak ‘patah hati’.
Taylor pun akhirnya ‘banting stir’. Ia merilis album pop bernama 1989 di tahun 2014. Kali ini, lagunya jauh dari kata ‘galau’ dan lebih seru. Salah satu lagunya Shake It Off masuk jajaran top hits di sejumlah negara. Album 1989 bahkan menerima 3 Grammy. 1989 disebut sebagai album pop terbaik di eranya.
Di tahun 2019, ia bermasalah dengan Big Machine Records. Master-master dari albumnya di jual tanpa persetujuan dari Taylor Swift. Ini jadi awal mula Taylor akhirnya keluar dari label yang membesarkan namanya tersebut. Dengan berbagai cara, Taylor ingin kembali memiliki musiknya tapi gagal. Banyak yang berbeda pendapat mengenai masalah ini. Akhirnya, Taylor Swift memutuskan untuk merekam ulang albumnya dulu.
Albumnya yang rilis setelah permasalahan ini tetap sukses. Folklore (2020), hasil ‘karatina’ Taylor selama pandemi, kembali memecahkan rekor. Ia membawa pulang Grammy dengan gelar Album of The Year. Saat ini, Swift adalah satu-satunya musisi solo wanita yang mendapatkan 3 Grammy atas albumnya.
Kekuatan Lirik
Kenapa sih banyak yang masih menyukai Taylor Swift? Jawabannya hanya satu, lirik. Memang lirik yang ia tulis sederhana, puitis dan mudah terdengar. Belum lagi musiknya. Intinya lagunya mudah didengar banyak orang.
Belum lagi dengan liriknya yang puitis namun relatable, Taylor Swift bisa merebut hati pendengar. Bagi fans, perkembangan Taylor Swift sebagai musisi dapat dilihat dari liriknya. Bagi yang pendengar kasual, lagunya ‘aman’ didengar.
Sejak pindah genre ke pop, musiknya makin menarik. Emosi dalam narasi lagunya menjadi trademark. Mungkin rasanya seperti pendengar adalah bagian dari lagu itu sendiri. Temanya juga bervariasi, dari pertemanan hingga putus cinta. Untuk lagu galau, Taylor Swift terlihat sangat berbakat dalam urusan ini.
Apa lagi daya tariknya? Taylor juga terus kembali dengan hal ‘baru’. Tiap album memiliki ‘feel’ yang berbeda dari album sebelumnya. Orang banyak tertarik dengan keberagamannya. Tanpa rasa takut, Taylor Swift mencoba berbagai genre untuk karyanya.
Rilisnya ‘folklore’ di tahun 2020 membuktikan hal ini. Beda dengan Lover yang cerah, folklore jauh lebih ‘kalem’. Beberapa lagunya berkaitan satu sama lain. Sisanya? Ditulis dengan lirik naratif khas Taylor Swift. Kali ini sedikit lebih puitis.
Sosial Media
Selain album, Taylor Swift juga aktif di sosial media. Dia kerap menggunakan influencenya untuk menyuarakan berbagai isu. Mulai dari royalti untuk para musisi hingga pandangan publik terhadap wanita. Ia terbuka atas rasa tidak adil dari respons yang ia dapat mengenai musiknya. Baginya, penyanyi pria tidak dikritik walau merilis lagu tentang mantan pacar mereka. Banyak musisi wanita yang setuju dengan opininya.
Taylor juga meminta platform streaming untuk lebih menghargai para musisi. Sejak ia menulis surat kepada Apple Music, Taylor Swift berhasil memberikan safe space untuk banyak musisi indie yang bisa saja tidak mendapatkan uang dari hasil streaming lagu mereka. Taylor Swift berhasil membuat environment yang nyaman untuk musisi lain.
Hingga saat ini, Taylor Swift masih berjaya. Banyak yang ragu akan kesuksesan album yang sudah pernah dirilis sebelumnya. Tapi Taylor bisa membuktikan sebaliknya. Album yang dirilis bertahun-tahun lalu masih sukses besar. Hal ini membuktikan bahwa Taylor Swift memiliki influence yang besar di mata publik.
Penulis: Deandra Alika Hefandia