MATA INDONESIA, JAKARTA-Harry Roesli merupakan seorang figur yang memiliki perjalanan hidup yang menarik, mulai dari perjalanan pendidikan, karier musik, kiprahnya di dunia sosial sampai urusan asmara yang mempertemukannya dengan wanita yang sampai saat ini tetap setia menjadi istrinya yaitu Kania Perdani Handiman.
Harry Roesli resmi menikah dengan sang istri Kania Perdani Handiman pada tahun 1981 dan dikaruniai dua anak laki-laki kembar, Layala Khrisna Patria dan Lahami Khrisna Parana.
Kedua putranya tidak secara formal memperlajari seni, tetapi sampai saat ini kedua anaknya menjadi penerus salah satu cita-cita Harry yang memiliki empati terhadap anak-anak jalanan untuk dibina.
Namun, tak banyak orang tahu, bagaimana sih perkenalan dua insan tersebut hingga bisa menikah dan bagaimana jatuh cintanya sang istri kepada Harry Roesli.
Nah, Minews,id menyambangi kekediaman sang dokter musik di jalan Supratman No.57, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat. Kedatangan kami disambut oleh kedua anaknya dan sang istri Kania Perdani Handiman.
Tak banyak basa-basi, kamipun memperkenalkan diri dan maksud kedatangan ke rumah almarhum Harry Soesli. Sang istri dengan gaya santainya menggunakan celana tanggung sedengkul dan menggunakan jaket putih mulai bercerita mengenai sang musisi Bengal tersebut.
Pada awalnya mengenai pementasan pertama teater tentang Ken Arok pada tahun 1975. Dan itu menjadi titik awal dirinya bertemu dengan sang suami.
Dirinya dulu tinggal lama di Inggris sejak tahun 67-72. Dan merupakan keluarga pemusik, mulai dari sang ayah hingga adik-adiknya serorang pemusik. Nah, awal datang ke Indonesia, dirinya tidak terlalu berkesan dengan lagu-lagu disini karena dianggap banyak yang cengeng. “Saya tidak terlalu suka, tidak masuk dengan saya,” kata Kania.
Namun, tanpa sengaja ia saat itu mendengarkan sebuah lagu yang dibawakan tetangganya dengan judul malaria. Setelah didengarkan, liriknya berbeda dan musik serta melodinya unik. “Saat itu saya bertanya-tanya siapa sih yang menyanyi, Harry Roesli saya piker bukan orang Indonesia,” katanya.
Nah, seiring waktu berjalan, entah berjodoh atau disengaja, saat itu dirinya yang merupakan siswa sekaligus ketua kesenian dari SMA 1 Bandung diajak untuk bermain di teater untuk menjadi penyanyi.
Saat itu, mas Harry meminta vokalis untuk pertunjukan teater Ken Arok. Lalu dirinya kirimkan lima orang yang menurutnya bagus dan sesuai kriteria.
Tapi, kenyataannya pada saat pementasan, ada beberapa orang yang dicalonkan tidak bisa ikut, lalu dirinya dipilih. “Saat itu kaget, apa sih ini, musiknya berbeda sekali dengan yang sering didengarnya di TV dan Radio,” katanya.
Pada saat itu Kania bercerita bahwa tidak tahu mengenai cerita Ken Arok, tahunya saat itu merupakan cerita tentang sejarah. Namun, ketika terjun dan mulai mengikuti pertunjukan tersebut, ia mulai terkesan dengan sosok Harry Roesli.
Menurutnya, dalam sebuah cerita Ken Arok tentang sejarah, namun, sang suami bisa memasukan isu politik dan sosial di dalam pertunjukan tersebut. “Ini orang gila dan pintar, saya suka, dan sejak itu saya mengenal siapa dia,” kenang Kania.
Diceritakan Kania, banyak orang tak mengerti dari pertunjukan Ken Arok, yang diketahui adalah mengenai sejarah. Tapi disini yang penting justru adalah medianya dimana Ken Arok menjadi jembatan untuk pemikiran politis dan kritik sosial dari seorang Harry Roesli.
“Disana ada isu yang sedang diceritakan, dia ungkapkan atau ekspresikan lewat sebuah pertunjukan teater,” kata dia.
Baginya, Harry Roesli adalahs seorang pemusik yang memiliki karakter yang berbeda dengan yang ada, sangat kuat dan dirinya menyukainya.
“Saya tidak suka dengan musik yang cengeng tapi saya suka musik yang power ful kuat dan itu yang saya suka dari dia dan musiknya,” katanya.
Tak lama sejak saat itu, dirinya mulai intens bertemu dan memutuskan untuk berpacaran. Ternyata kata dia, banyak kesamaan antara dirinya dan Harry. Mulai dari soal musik yang di dengar, lalu pemikiran, kekhawatiran tentang bangsa ini, serta ide dan harapan semua sama.
Tapi menurut sang suami, dirinya lebih keras kepala. “Karena bagi saya kalau sudah prinsip tidak ada kompromi. Ya mungkin kita jadi nikah karena banyak kesamaan, saat itu akhirnya saya punya teman yang bisa saya ajak ngbrol,” katanya.
Karena, kata Kania, menurut orang-orang, dirinya diangap terlalu dewasa dibanding umurnya saat itu dan cocok dengan dia.