MATA INDONESIA, JAKARTA – Bagi umat muslim, syarat utama yang harus mereka perhatikan saat beribadah adalah kebersihan area tersebut. Nah, untuk memastikan area yang mereka gunakan untuk salat benar-benar bersih, mereka biasa menggunakan sebuah karpet atau permadani kecil yakni sajadah.
Adapun alas untuk salat terbuat dari jalinan benang yang berhiaskan sulaman bermotifkan nuansa Islami. Sementara untuk karpet biasanya terbuat dari bahan kain sutera maupun katun dengan hiasan motif floral, pilar, masjid ataupun gambaran lainnya seperti Masjid Al Aqsha serta Kabah. Biasanya ukuran sajadah adalah satu meter atau sesuai dengan ukuran tubuh orang dewasa saat mereka berlutut maupun bersujud.
Sajadah berasal dari bahasa Arab “sajjada” atau “musallah”. Sedangkan orang Persia menyebutnya sebagai “janamaz” yakni alas salat yang terbuat dari kain. Biasanya memiliki gambar atau motif, tetapi ada juga yang bernuansa polos. Sebenarnya penggunaan sajadah ini sendiri tidaklah bersifat wajib, namun bagi sebagian orang yang memakai hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan saat melaksanakan salat.
Pada masa Rasulullah SAW maupun kekhalifahan Ummayah, lantai-lantai masjid di sana tidak menggunakan sajadah, karpet ataupun permadani. Bahkan lebih banyak hamparan tikar dari daun-daun pohon atau pelepah korma. Meskipun permadani atau karpet sewaktu itu sudah ada jauh sebelum Rasulullah lahir.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban di Arab, pembuatan karpet menjadi salah satu produk yang sangat umum. Pada awalnya hanya sebagai alas rumah atau hiasan dinding, berkembanglah fungsinya menjadi alas untuk salat.
Di bawah dinasti Ottoman, Safawi dan Mughal, industri sajadah berkembang. Sajadah dan karpet banyak terjual ke negara-negara Eropa.
Namun, selama periode Ottoman, banyak sajadah yang sebenarnya buatan orang-orang Kristen yang mencari nafkah melalui kerajinan tenun kuno. Sehingga tidak jarang ada sajadah atau karpet kuno dengan salib dalam desainnya. Salah satu sajadah dengan desain yang unik dan detail adalah sajadah Utsmani, yang memiliki hiasan dengan gambar lentera kaca atau lampu di bagian mihrabnya.
Berbagai simbol keagamaan pada Sajadah memiliki makna yang menjadi filosofi. Lampu masjid pada sajadah untuk mengingatkan lampu masjid. Sisir sebagai pengingat untuk menyisir janggut sebelum menjalankan sholat. Lalu kendi air yang menjadi pengingat kewajiban mencuci tangan atau berwudhu sebelum salat. Ada juga karpet salat dengan motif tangan di kedua sisi mihrab. Ini menunjukkan di mana posisi tangan seharusnya berada saat salat.
Sedangkan tren di Indonesia, sajadah tidak hanya berada di masjid-masjid saja, namun setiap indiviidu pun sudah mempunyainya. Bahkan jika orang-orang yang baru pulang dari ibadah haji dan umrah biasanya akan membawa berbagai souvenir salah satunya yakni sajadah.
Reporter: Azzura Tunisya