MATA INDONESIA, JAKARTA – Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW menjadi contoh tidak hanya untuk umat Muslim, tapi seluruh umat manusia. Sifat Muhammad SAW yang lembut, pemaaf dan rendah hati ini sudah tak bisa diragukan lagi, bahkan ketika ada yang mencaci maki, Nabi selalu membalasnya dengan kebaikan.
Salah satu kisah yang menarik semasa hidup Nabi adalah ketika Rasulullah bertemu dengan seorang perempuan Yahudi Tuna Netra di sudut Pasar Madinah pada 627 M. Perempuan Yahudi itu merupakan seorang pengemis yang selalu mencela Rasulullah kepada setiap orang yang mendekatinya.
“Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya” tutur wanita Yahudi itu.
Putra Abdullah bin Abdul Muthalib itu tak marah, bahkan ia dengan setia selalu menyuapi perempuan Yahudi itu setiap paginya. Walaupun ia harus mendengar caci maki yang keluar dari mulut wanita Yahudi itu setiap hari.
Muhammad SAW selalu menyuapi perempuan tuna netra itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Pengemis tuna netra itu mengenali seseorang yang datang dengan suara langkah kakinya. Ketika dia di sana tak satu orang pun penduduk Madinah yang mendekatinya, hanya Nabi Muhammad lah yang mendekatinya.
Tanpa mengetahui bahwa yang datang kepadanya di setiap pagi adalah Nabi Muhammad SAW, ia terus menanti kedatangan orang yang selalu menyuapinya. Sesekali kepalanya bergerak-gerak, berusaha mencari suara langkah kaki yang biasa datang dan menyuapi makanan setiap pagi. “Dia datang, dia datang,” kata si pengemis itu setiap pagi ketika mendengar suara langkah kaki Nabi.
Muhammad SAW selalu menyuapi wanita tuna netra itu setiap hari hingga menjelang wafat. Setelah wafat, tak ada lagi yang membawakan makanan dan menyuapi wanita tua itu.
Pengemis perempuan itu terheran-heran ketika ada ya, yang mendatanginya dengan suara langkah kaki yang berbeda, ia juga menyuapinya. Pada suapan pertama, pengemis itu bertanya “Siapa kamu. Kamu bukan orang yang bisa menyuapi aku,” kata si pengemis.
Lelaki itu menjawab, “Aku orang yang biasa menyuapimu.” Ujarnya.
Pengemis itu menjawab, “Jika benar kamu yang biasa menyuapiku, tidak akan susah mengunyah makanan ini. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu. Barulah kemudian dia menyuapiku dengan makanan itu.” Dengan nada kesal.
Lelaki yang menggantikan Nabi Muhammad SAW menyuapi wanita Yahudi itu adalah Abu Bakar. “Aku memang bukan orang yang biasa datang dan menyuapimu. Aku Abu Bakar, sahabat beliau. Orang mulia yang biasa datang dan menyuapimu itu telah tiada. Dia adalah Nabi Muhammad SAW.” ujar Abu Bakar dengan suara isak tangis, teringat Rasulullah.
Pengemis Yahudi yang selalu mencaci maki Rasulullah itupun kaget. Ia tak menyangka bahwa pria yang baik hati yang selalu datang kepadanya dan selalu menyuapinya adalah orang yang selalu ia caci maki dan ia benci selama ini.
Dalam isak tangisnya, pengemis tua itu menyesal karena ia belum sempat minta maaf kepada baginda Nabi, orang yang sangat peduli dengannya. Karena tidak ada seorang pun keluarga yang peduli dengan keadaanya. ”Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia,” katanya.
Sejak mengetahui itu, perempuan Yahudi itu langsung mengucap dua kalimat syahadat di hadapan Abu Bakar.
Reporter : Indah Suci Raudlah