Saat Frederich Silaban Ragu Rancang Masjid Istiqlal Karena Beda Agama

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Frederich Silaban adalah arsitek generasi awal di Indonesia yang memiliki kisah hidup unik sehingga harus menggunakan nama samaran “ketuhanan.”

Kisah itu terjadi saat lelaki kelahiran 16 Desember 1912 tersebut ingin mengikuti lomba sayembara mendesain masjid yang diselenggarakan Yayasan Masjid Istiqlal pada 1950 -an.

Lomba yang panitianya diketuai Presiden Soekarno dengan anggota antara lain Buya Hamka, Abubakar Atjeh dan Oemar Husein Amin tersebut bermaksud mencari rancangan masjid terbaik.

Silaban yang beragama Kristen tersebut awalnya ragu ketika mengungkapkan keinginannya mengikuti lomba tersebut kepada sahabatnya, Soekarno.

Namun, Soekarno mengizinkannya asal tidak menggunakan nama aslinya sehingga dituliskanlah kata “ketuhanan” pada gambar arsiteknya yang diikutkan lomba tersebut.

Frederich pun mempelajari bentuk masjid dari Aceh hingga Madura hingga bisa menghasilkan mesjid termegah di Asia Tenggara tersebut pada 1955.

Lelaki yang lahir di Bonan Dolok tersebut akhirnya dijuluki “by the grace of God” oleh Soekarno karena berhasil memenangkan sayembara membuat desain maket Masjid Istiqlal. Dia pun memperoleh piagam Tanda Kehormatan dan sejumlah uang sebagai hadiah.

Namun pembangunan masjid itu membutuhkan waktu 17 tahun karena di awal pembangunannya Indonesia belum menjadi negara yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi.

Mesjid itu selesai pada 22 Februari 1978. Dua tahun kemudian, saat sudah sakit-sakitan, Frederich memaksa para pembantunya untuk membawa dia melihat bangunan rancangannya.

Frederich meninggal pada 14 Mei 1984 diusianya yang ke 71 tahun. Frederich dimakamkan di pemakaman Cipaku, Kota Bogor.

Selain Masjid Istiqlal, banyak karya Frederich menghiasi negeri ini, seperti berikut;

Gedung Bentol
Bagian bangunan dari Istana Kepresidenan Cianjur yang terletak di Jalan Raya Puncak, Jawa Barat. Gedung Bentol sering disebut sebagai tempat Soekarno mencari inspirasi. Nama itu diberikan karena bangunan tersebut terdapat batu-batu alam yang ditempelkan sehingga membuat kesan bentol-bentol.

Tugu Khatulistiwa
Bangunan yang terletak di Pontianak ini juga sangat dikenal dan menjadi penanda (landmark) Kota Pontianak. Awalnya dibangun seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda pada 1928 dan 10 tahun kemudian dibangun ulang serta disempurnakan oleh Frederich.

Kampus Cibalagung
Bangunan yang terletak di daerah Bogor tersebut juga menjadi salah satu hasil karya Frederich. (Indah Suci Raudlah)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini