Revolusioner Cinta Ala Jean Paul Sartre

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dari sekian banyak kisah cinta yang nyentrik dari para pemikir, kisah romansa sang pemikir eksistensialisme Jean Paul Sartre dan Simone De Beauvoir lah yang paling terkenal.

Sartre, novelis asal Prancis ini terkenal karena menyatakan kebebasan manusia secara individu. Ia pun aktif dalam gerakan politik kiri. Aktivitasnya sebagai filsuf dan juga kritikus sastra membuatnya mendapat anugerah Nobel Sastra pada tahun 1964. Namun secara mengejutkan, ia menolak penghargaan tersebut.

Sedangkan kekasihnya Simone De Beauvoir adalah tokoh feminisme modern. Pemikirannya banyak menginspirasi berbagai gerakan pembebasan perempuan. Dari hubungan ini, muncul ide-ide radikal soal kebebasan hak manusia.

Sarte dan Beauvoir bertemu pada tahun 1929. Saat mereka masih menjadi mahasiswa Filsafat di Universitas Sorbonne. Di awal pertemuan, mereka masih sama-sama memiliki pasangan. Bahkan, Sartre sudah tunangan dengan kekasihnya.

Di tahun yang sama juga akhirnya mereka menjalin hubungan asmara. Tentunya saling mencintai. Keduanya berjanji tidak akan saling membohongi. Beauvoir menganggap Sartre adalah sosok lelaki yang cerdas dan sangat ambisius.

Beauvoir juga mengatakan, pencapaian terbesar dalam hidupnya bukanlah seberapa banyak buku yang ia tulis, atau penghargaan yang diterima. Bahkan bukan seberapa besar pengaruh ia dalam gerakan perempuan. Bagi Beauvoir, hubungan cintanya dengan Sartre lah sebagai pencapaian terbesar dalam hidupnya.

Hubungan kedua kekasih yang tak menikah ini saling mengisi. Setiap kali Sartre ingin membuat buku, ia selalu meminta Beauvoir membaca dan mengkritisinya. Sebaliknya, tiap kali Beauvoir membuat buku, dia selalu minta Sartre juga mengkritisinya.

Setiap saat keduanya berdiskusi, bercinta dan berdiskusi. Mereka memilih tidak menikah karena mereka percaya cinta tidak butuh pernikahan. Bahkan Sartre membuat perjanjian bahwa mereka boleh memiliki kekasih lain, tetapi mereka harus saling menceritakan segalanya dengan jujur. Mereka juga kerap kali mendapat sebutan pasangan “Kumpul Kebo”. Meskipun tidak menikah, hubungan keduanya terjalin begitu lama bahkan sampai ajal menjemput.

Ketika Sartre wafat pada 15 April 1980. Beauvoir menerbitkan buku Adieux: A Farewell to Sartre. Yang berisi rangkaian percakapan dengan Sartre. Buku ini juga menjadi karya terakhir Beauvoir. Satu-satunya karya Beauvoir yang belum sempat dibaca Sartre.

Pada 14 April 1986. Beauvoir meninggal. Sepasang kekasih ini akhirnya dikuburkan di bawah nisan yang sama. Di Montparnasse Cemetery, Paris.

Reporter: Fadila Aliah Hakim

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Penanganan Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata Lambat, Arpi Kembali Gelar Aksi

Mata Indonesia, Sleman - Aliansi Rakyat Peduli Indonesia (ARPI) kembali menggelar aksi unjuk rasa di halaman Kejaksaan Negeri (Kejari) Sleman. Massa mendesak Kejari Sleman untuk segera menetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana hibah pariwisata tahun 2020.
- Advertisement -

Baca berita yang ini