Pesta Teh Boston, Awal Pembangkangan Rakyat Amerika Terhadap Inggris

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK  – Pada 16 Desember 1773, sebuah peristiwa yang mengawali dan menyulut perang Revolusi Amerika terjadi di pelabuhan Boston.

Puluhan orang yang berpakaian ala suku Indian menyerang kapal-kapal milik Inggris di Pelabuhan Boston, Amerika Serikat. Para pelaku tergabung dalam organisasi rahasia Sons of Liberty atau Whigs. Mereka membuang ratusan peti kayu dari atas kapal sebagai bentuk protes terhadap monopoli serta penetapan pajak tinggi.

Peristiwa ini kemudian terkenal dengan sebutan Boston Tea Party. Tak ada yang menyangka dari peristiwa ini kemudian berujung dengan deklarasi kemerdekaan rakyat Amerika dari Inggris tiga tahun setelahnya.

Yang menarik, ratusan peti kayu yang dibuang oleh kelompok Whigs ini adalah komoditas yang saat itu jadi tren di Eropa, daun Camellia sinensis, alias teh.

Konsumsi Teh

Awal mula peristiwa ini terjadi karena orang-orang Eropa terutama Inggris sedang keranjingan minum teh.

Rakyat Inggris menjadi salah satu negara peminum teh terbesar di dunia. Rata-ratanya mencapai 1,9 kg per kapita.

Teh yang mereka datangkan dari wilayah koloni seperti Cina dan India. Kegiatan mengimpor teh dilakukan oleh korporasi bernama British East India Company.

Pada awal hingga pertengahan 1700-an, aktivitas impor mereka mengalami peningkatan hingga empat kali lipat. Parlemen Inggris malah sampai melarang impor tekstil dari Asia agar bisa fokus mengimpor teh.

Teh menggantikan posisi kopi karena harganya yang semakin mahal. Teh menjadi komoditas yang bisa terjangkau dari semua kalangan karena harganya murah.

Nah, problem muncul saat muncul korporasi-korporasi pengepul Teh yang kemudian menyaingi East India Company. Salah satu pesaingnya adalah VOC dari Belanda yang menjual teh seludupan dengan harga murah ke Eropa. Tak hanya itu, para pedagang pun mulai beralih membeli komoditas teh dari VOC.

Hal ini membuat parlemen Inggris blingsatan. Untuk menjaga praktik monopolinya, pada tahun 1721 Parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang mengatur jual beli teh di wilayah koloni. Warga koloni tak boleh membeli teh dari korporasi lain kecuali hanya dari Inggris.

Namun, aturan ini tidak menuai hasil. Penjualan teh selundupan dari Belanda tetap berjaya di pasaran.

Kondisi ini semakin parah setelah kondisi keuangan kerajaan Inggris yang mulai turun.

Parlemen Inggris kemudian membuat dan menjalankan Undang-undang Townshend sebagai solusi.

Undang-undang Townshend adalah aturan penetapan pajak pertama yang Inggris tetapkan di wilayah koloni dengan tujuan untuk menambah kas kerajaan.

Undang-undang ini jelas merugikan rakyat koloni terutama di Amerika. Sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok Whigs adalah pihak yang paling keras menentang aturan ini.

Mereka berargumen bahwa Undang-undang tersebut adalah pelanggaran konstitusi Inggris yang menyatakan pajak hanya bisa berlaku jika koloni memiliki perwakilan di parlemen.

Argumen ini terkenal melalui slogan “no taxation without representation” (menolak pajak tanpa perwakilan). Dan ini menjadi basis filososi rakyat Amerika yang menghendaki kemerdekaan.

Saat protes anti-Undang-undang tersebut kian meluas, Parlemen Inggris mencabutnya pada tahun 1770. Namun, mereka tetap mempertahankan sub-pasal mengenai cukai teh. Parlemen beralasan bahwa kerajaan Inggris memang punya hak untuk menetapkan pajak kepada rakyat Amerika. Cukai ditarik saat peti-peti teh mendarat di Pelabuhan Boston yang menjadi pusat importir teh kolonial terbesar di dunia.

Sementara penyelundupan teh ilegal tetap terjadi di Pelabuhan New York dan Philadelphia. Aturan cukai teh hanya bertahan hingga tahun 1772. Oleh karena itu Parlemen Inggris segera mengesahkan Undang-undang Teh untuk melanggengkan penetapan cukai teh.

Rakyat Amerika yang makin muak karena tingkat kerugian semakin besar.  Aksi-aksi protes pun banyak. Kelompok Whigs, yang kadang menyebut dirinya sebagai Sons of Liberty, menjadi kelompok pelopor.

Mereka menggalang kampanye di pelabuhan-pelabuhan untuk sosialisasi sekaligus merekrut para korban kebijakan pemerintah Inggris. Di koloni-koloni lain, massa aksi mampu memaksa kapal pengangkut teh untuk kembali ke Inggris.

Selain memboikot kiriman teh dari Inggris, rakyat Amerika tetap menyelundupkan teh milik Belanda. Hal ini membuat kerugian yang cukup besar bagi British East India Company. Korporasi ini malah terancam bangkrut. Untuk mengatasi itu, Parlemen Inggris mengeluarkan Tea Act pada 10 Mei 1773 guna memperbesar monopoli teh British East India Company ke seluruh koloninya. Selain itu, Undang Undang ini memiliki tujuan untuk mengurangi kelebihan teh British East India Company dan mengurangi pasokan teh ilegal milik Belanda.

Kebijakan tersebut menimbulkan reaksi keras.

Kelompok Whigs atau Sons of Liberty kemudian melakukan aksi mereka.  Pada 16 Desember 1773, seorang patriot bernama Samuel Adams memimpin orang-orang Sons of Liberty menggunakan kostum Indian menyerang 3 kapal Inggris pengangkut teh, Dartmouth, Beaver dan Eleanor.

Penyerangan tersebut berjalan lancar tanpa adanya perlawanan balik dari Inggris. Sebanyak 342 peti kayu berisi teh dibuang ke laut dari atas kapal dan membuat pelabuhan dipenuhi teh.

Sejak itulah peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Pesta Teh Boston.

Peristiwa tersebut merupakan aksi pembangkangan besar-besaran koloni Amerika yang pertama sekaligus membuat ketegangan antara Inggris dengan Amerika terus meningkat. Peristiwa itu juga merupakan awal dari terbentuknya Coercive Act oleh Parlemen Inggris. Selain itu, peristiwa tersebut membangkitkan semangat penduduk Amerika dalam meraih kemerdekaan sehingga memicu serangkaian perang.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini