MATA INDONESIA, JAKARTA – Pernikahan Dora Marie Sagir dengan Sumitro Djojohadikusumo bisa saja tidak terjadi jika Keluarga Besar Sumitro menolaknya, karena kedua mempelai tetap mempertahankan keyakinannya masing-masing. Dora tetap sebagai Kristen Puritan (Calvinis) dan Sumitro tetap Islam.
Ternyata Sumitro enggan memaksa Dora beralih keyakinan menjadi Islam, begitu pun Dora terhadap kekasihnya tersebut.
Hal serupa juga terjadi pada Margono, ayah Sumitro. Dia membebaskan anaknya untuk memilih agama dan menerima perbedaan keyakinan keduanya.
Wartawan senior almarhum Aristides Katoppo dalam salah satu buku biografi Sumitro mengungkapkan pernikahan itu merupakan hal yang menakjubkan.
Alasannya, pendidikan agama yang diterima Dora adalah kristen yang sangat kuat sekali atau Calvinis.
Mereka akhirnya memilih menikah dengan adat Jawa di rumah Sumitro, Kawasan Matraman, Jakarta Timur.
Ijab kabul hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat. Resepsi pernikahan baru beberapa hari kemudian yang diadakan khusus untuk teman-teman pengantin.