Perkenalkan Pol Pot, Penguasa Kamboja yang Sadisnya Hype

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dunia mengenal Kamboja sekarang sebagai surga wisata judi paling menjanjikan di Asia Tenggara. Siapa sangka di pertengahan 1970 -an wilayah yang diapit Thailand dan Laos di utara serta Vietnam di timur itu merupakan negara mengerikan di bawah kekuasaan seorang Khmer dengan ‘nama panggung’ Pol Pot.

Kengerian yang terjadi di negara itu bukan isapan jempol. Banyak buku sudah ditulis seperti “Neraka Kamboja” karya Haing Ngor dan Roger Wagner menggambarkan betapa kejamnya rezim Pol Pot terhadap orang-orang yang dituding sebagai lawannya.

Haing Ngor sendiri adalah orang terpelajar sebelum masa kelam Kamboja di tangan Pol Pot dimulai.

Kekuasaan Pol Pot sebenarnya tidak banyak disukai negara-negara tetangganya termasuk Vietnam. Padahal diktator Kamboja tersebut sempat belajar berpolitik di Vietnam dengan bergabung sebuah sel komunis organisasi rahasia pada 1951 yang bernama Cercle Marxiste (“lingkaran Marxis”).

Pada 1966 secara diam-diam Pol Pot yang lahir 19 Mei 1928 dengan nama Saloth Sar itu mendirikan Partai Komunis Kamboja.

Dia mendirikan partai secara diam-diam karena pernah ditolak Pemerintah Vietnam Utara untuk melakukan pemberontakan di Kamboja pada April 1965. Saat itu Pol Pot sudah berhasil dengan Gerakan Khmer Merahnya sehingga menarik para terpelajar untuk bergabung sehingga terjadilah perpindahan besar-besaran dan sembunyi-sembunyi dari kota ke desa.

Alasan penolakan Vietnam Utara adalah saat itu sedang melakukan negosiasi dengan Raja Norodom Sihanouk sebagai penguasa Kamboja.

Namun 1967 Pol Pot merencanakan pemberontakan nasional meskipun Vietnam Utara menolak membantu. Pemberontakan diluncurkan pada tanggal 18 Januari 1968 dengan serangan di pangkalan militer selatan dari Battambang. Pemberontakan juga digerakkan polisi dari desa-desa. Setelah itu dia mulai mengendalikan sendiri partai tersebut dengan otoriter, padahal sebelumnya kepemimpinan di organisasi itu egaliter.

Jalan menuju kekuasaan bagi Pol Pot adalah saat Raja Norodom Sihanouk memerintahkan protes anti-Vietnam pada Januari 1970 di Kamboja yang membuat Kedutaan Besar Vietnam Utara dan Selatan hancur karena protes yang di luar kendali.

Hal itu memancing kemarahan Vietnam Utara sehingga pecah perang melawan Kamboja setahun kemudian dan Pol Pot mengambil kesempatan itu membantu menghancurkan kerajaan.

Pada 1972 setelah memenangkan perang, Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan mulai lah Pol Pot mengambil alih kekuasaan terpusat. Prinsip-prinsip komunis diterapkan seperti tidak boleh ada harta individu.

Mereka yang dianggap lawannya, terutama orang-orang terpelajar di era kerajaan termasuk Haing Ngor dikumpulkan untuk tembak mati. Dia ingin membuat bangsa Kamboja di bawah kepemimpinannya dimulai dari nol, maka semuanya harus memiliki latar belakang yang seragam.

Beruntung Ngor dengan cepat berhasil menjelma seperti seperti orang desa yang tidak berpendidikan. Dia juga mulai sering melakukan pekerjaan berat seperti menggali parit maupun memecah batu untuk kepentingan rezim Pol Pot.

Melalui buku Neraka Kamboja itu juga Ngor menggambarkan cara-cara penyiksaan sadis yang dilakukan rezim tersebut terhadap warga yang melanggar peraturan.

Caranya sederhana saja, misalnya si pelanggar ditelanjangi kemudian tubuhnya dibaluri madu lalu dia diikat di sebuah tiang dekat sarang semut, lelaki atau perempuan bisa saja mengalami penyiksaan yang sama.

Ada lagi cara lain, orang yang bersalah ditidurkan dan diikat di sebuah tempat tidur tanpa kasur. Kemudian tepat di tengah keningnya atau pertemuan kedua alis di atas batang hidung ditetesi air dari ketinggian tertentu hingga pada suatu saat kening itu bolong.

Belum lagi cara-cara dengan menyetrum, kolam lintah hingga cabut kuku kaki. Semua itu pemandangan biasa di rezim Pol Pot.

Akibat cara sadis yang dia terapkan, Kamboja kehilangan sekitar 30 persen penduduknya. Jika jumlah penduduk negeri Pagoda tersebut sekitar 8 juta jiwa, berarti ada sekitar 2 juta jiwa melayang di masa kepemimpinannya atau saat Pol Pot menjadi perdana menteri antara 1975 sampai dengan 1979.

Jenazah orang-orang itu dikabarkan tidak diperlakukan dengan layak. Pemerintah Pol Pot hanya menggali lahan-lahan seluas beberapa puluh meter persegi dengan kedalaman satu meteran dan melemparkan begitu saja tubuh-tubuh tak bernyawa ke dalamnya.

Fenomena itu menjadi inspirasi sebuah film ‘The Killing Field’ yang dirilis 1984. Bukan hanya meraih kesukesan di box office serta menjadi hit di kalangan kritikus, film itu juga meraih tiga Oscar dan menjadi delapan nominasi. Lalu ditasbihkan sebagai film terbaik di masanya.

Sementara itu, dengan alasan Pol Pot tidak bisa dikendalikan lagi, Vietnam akhirnya menginvasi Kamboja pada 1978 dan Saloth Sar masuk ke hutan Thailand melarikan diri. Keberhasilan invasi itu juga berkat bantuan Hun Sen yang pernah bergabung dengan Pol Pot.

Hun Sen kini menjadi perdana menteri Kamboja terlama mengalahkan masa jabatan Soeharto. Sampai sekarang, Hun Sen telah berkuasa lebih dari 33 tahun. Sementara Pol Pot dikabarkan meninggal dunia karena serangan jantung pada 15 April 1988 dan jasadnya dibakar.

Hingga kini tidak ada kesaksian atau satu dokumen yang mengungkap alasan Saloth Sar menggunakan nama Pol Pot. Tidak seperti pemimpin negara-negara komunis lain yang menggunakan nama samaran saat berjuang, Saloth tetap menggunakan nama Pol Pot saat berkuasa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Online Ancaman yang Lebih Mematikan dari Narkoba dan Merusak Perekonomian

Oleh: Ratna Soemirat Judi online telah menjadi momok baru yang mengancam masyarakat Indonesia. Dampaknya tidak hanya merusak kesehatan mental dan finansial,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini