MATA INDONESIA, JAKARTA – Kondisi ekonomi Indonesia diprediksi sudah pulih menjelang akhir tahun ini. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta.
Menurut dia seperti dikutip Rabu 15 April 2020 skenario ekonomi pada kuartal pertama dan kedua tahun ini akan mendekati 0 bahkan mungkin negatif.
Tetapi, di kuartal ketiga ekonomi Indonesia diprediksi mulai pulih meski tekanannya sangat berat sehingga bisa negatif lebih dalam.
Baru saat memasuki 2021 ekonomi Indonesia akan bergerak naik di angka 5,5 hingga 4,5 persen.
“Masih akan dilihat karena hari ini masih melihat situasi di kuartal kedua dan kecepatan penanganan Covid19,” ujar Sri Mulyani seperti dikutip Rabu 15 April 2020.
Dia mengaku masih terus membuat proyeksi dan catatan. Namun alurnya diharapkan pada kuartal ketiga mulai pulih dan akselerasinya di kuartal keempat.
Hal yang memberatkan pemulihan ekonomi itu adalah implikasi naiknya jumlah kemiskinan dan pengangguran akibat Covid19 yang disebarkan virus corona itu.
Menteri Keuangan itu mengungkapkan langkah dalam jangka pendek, menengah, dan panjang tidak bisa dilepaskan satu per satu.
Menurutnya, jangka pendek seperti instruksi Presiden Jokowi dengan menaikkan anggota kartu prakerja dari Rp 10 triliun hingga Rp 20 triliun sehingga bisa menyerap dampak 5,6 juta orang yang terdampak PHK. Termasuk proyek-proyek padat karya.
Artinya dalam jangka pendek, dana desa selain untuk bansos dan padat karya akan digunakan agar semua instrumen yang ada bisa membuat dampak negatif akibat PHK atau pengurangan kesempatan kerja bisa diredam dengan mekanisme yang sekarang dilakukan
Sementara untuk jangka menengah dan panjang, menurut Sri Mulyani, pemerintah tetap fokus memperbaiki daya tahan dari dunia usaha dan meningkatkan daya tarik ekonomi Indonesia.
Menurut dia, jika kita fokus pada perubahan dan menjaga dampak wabah seminimal mungkin Indonesia masih punya potensi menarik investasi.