MATA INDONESIA, JAKARTA – Di tengah wabah Covid 19 akibat virus corona yang mendunia, neraca perdagangan Indonesia Maret 2020 masih mencatat surplus. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto surplus tertinggi masih pada ekspor non-migas.
Menurut Suhariyanto dalam keterangan persnya, Rabu 15 April 2020, angka surplus ekonomi Indonesia adalah 743,4 juta dolar AS sebab nilai ekspor tercatat di angka 14,09 miliar dolar AS dan impor hanya 13,35 miliar dolar AS.
“Sektor non-migas mengalami surplus 1,7 miliar dolar AS, sedangkan sektor migas justru diefisit 932 juta dolar AS,” kata Suhariyanto, Rabu 15 April 2020.
Jika diakumulasikan sejak Januari hingga Maret ini neraca perdagangan kita surplus 2,62 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 41,79 miliar dolar AS dan impor 39,17 miliar dolar AS.
Posisi itu jauh lebih bagus dari periode yang sama tahun lalu karena mengalami defisit hingga 62,8 juta dolar AS.
Meski begitu Suhariyanto mengingatkan, komposisi impor perlu diwaspadai karena sepanjang Januari-Maret 2020 impor bahan baku mengalami penurunan 2,82 persen dan impor barang modal mengalami penurunan 13,07 persen. Hal itu kemungkinan besar akan berpengaruh pada pergerakan sektor industri,perdagangan dan investasi.
Jika dilihat negara mitra dagang, surplus terbesar terjadi karena perdagangan dengan Amerika Serikat senilai 3 miliar dolar AS, sedangkan dengan India dan belanda masing-masing surplus 500 juta dolar AS.
Sedangkan perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara yang mengalami defisit yaitu Australia defisit 562 juta dolar AS, Thailand defisit 892 juta dolar AS, dan Cina defisit 2,9 miliar dolar AS.