Perjuangan Partai Komunis dalam Perjalanan Long March

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Long March yang terjadi pada 1934-1935, merupakan perjalanan bersejarah sepanjang 6.000 mil (10.000 km) partai Komunis Cina, yang mengakibatkan relokasi basis revolusioner Komunis dari tenggara ke barat laut Cina dan melahirkan Mao Zedong sebagai pemimpin yang paling disegani.

Dalam upaya melawan pasukan Nasionalis di bawah Chiang Kai-shek (Jiang Jieshi), sepanjang perjalanan mereka, pasukan Komunis melintasi 18 pegunungan dan 24 sungai untuk mencapai provinsi barat laut Shaanxi.

Kepahlawanan yang dikaitkan dengan Long March ini kemudian menarik banyak pemuda di Negeri Tirai Bambu untuk bergabung dengan Partai Komunis Cina selama akhir 1930-an dan awal 1940-an.

Antara tahun 1930 dan 1934, Chiang Kai-shek meluncurkan lima strategi pengepungan militer terhadap Komunis Cina dalam upaya untuk memusnahkan wilayah basis mereka (Soviet Jiangxi) di perbatasan antara Jiangxi dan Fujian di Cina tenggara.

Komunis berhasil melawan empat strategi pertama menggunakan taktik infiltrasi bergerak dan perang gerilya yang dikembangkan oleh Mao Zedong. Dalam strategi kelima, Chiang mengumpulkan sekitar 700.000 tentara dan mendirikan beberapa benteng pertahanan di sekitar posisi Komunis.

Komite Sentral Komunis Cina, yang telah mencopot Mao dari kepemimpinan pada awal tahun 1934, meninggalkan strategi perang gerilyanya dan menggunakan taktik perang posisi reguler melawan pasukan Nasionalis yang memiliki jumlah lebih banyak serta bersenjata lebih canggih. Akibatnya, pasukan Komunis menderita kerugian besar bahkan hampir hancur.

Pada Oktober 1934, sebanyak 86.000 tentara yang tersisa di pangkalan perbatasan Jiangxi-Fujian—termasuk personel administrasi dan sekitar 30 perempuan, menerobos garis Nasionalis di titik terlemah mereka dan melarikan diri ke barat.

Saat peristiwa ini, Mao tidak turut andil. Tentara dipimpin oleh komandan Zhu De dan komisaris politik partai dipimpin oleh Zhou Enlai. Tiga bulan pertama peristiwa ini merupakan bencana bagi Komunis. Pasukan mereka mengalami pemboman terus-menerus dari angkatan udara Chiang dan serangan berulang-ulang dari pasukan daratnya, mereka kehilangan lebih dari setengah tentara mereka.

Semangat juang mereka pun melemah ketika mereka tiba di Zunyi,  Provinsi barat daya Guizhou, tetapi dalam sebuah konferensi di sana yang diadakan pada Januari 1935, Mao dapat mengumpulkan dukungan yang cukup untuk membangun dominasinya kembali atas partai.

Pasukan Komunis kemudian menuju ke barat laut Cina, dekat keamanan perbatasan Uni Soviet dan dekat dengan wilayah yang diduduki Jepang di Cina timur laut. Pada Juni 1935, sebuah pasukan yang berada di daerah perbatasan Sichuan-Shaanxi di bawah pimpinan Zhang Guotao, seorang pemimpin Komunis lama, bergabung dengan tentara utama.

Lalu di Mao’ergai, Sichuan utara, terjadi perebutan kekuasaan antara Mao dan Zhang. Rombongan Zhang, ditemani Zhu De, menuju bagian paling barat daya Cina. Pasukan utama di bawah Mao berjalan menuju Shaanxi utara, di mana para pemimpin komunis Gao Gang dan Liu Zhidan telah membangun pangkalan.

Mao kemudian tiba di Shaanxi utara pada Oktober 1935 bersama dengan sekitar 8.000 orang yang selamat. Sepanjang perjalanan ini, beberapa Komunis telah meninggalkan pasukan untuk memobilisasi kaum tani dan sebagian besar telah gugur dengan pertempuran, penyakit, serta kelaparan.

Pasukan Mao bergabung dengan kontingen Tentara Merah setempat yang terdiri dari 7.000 orang. Kedatangan unit lain berikutnya (termasuk Zhu De) menambah kekuatan total mereka pada akhir 1936 menjadi sekitar 30.000 tentara.

Pada Desember 1936 kaum Komunis pindah ke distrik terdekat Yan’an di Shaanxi, di mana mereka tetap tinggal selama Perang Cina-Jepang (1937–1945).

Peristiwa Long March telah secara tegas menetapkan kepemimpinan Mao atas Partai Komunis Cina dan telah memungkinkan Komunis yang diperangi untuk mencapai wilayah basis di luar kendali langsung kaum Nasionalis. Dari markas mereka di Yan’an, partai Komunis tumbuh dalam kekuatan dan akhirnya mengalahkan Nasionalis dalam perjuangan untuk menguasai daratan Cina.

Reporter: Sheila Permatasari

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini