Perhitungan Tahun Baru Islam Atas Usulan Ali bin Abi Thalib

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1444 Hijriah. Umat Islam di seluruh dunia merayakan pergantian tahun baru yang jatuh pada 30 Juli 2022.

Sistem penanggalan Hijriah ini awalnya berasal dari keresahan Gubernur Bashrah di Irak, Abu Musa Al-Asyari, pada sekitar abad ke-7 Masehi di zaman Khalifah Umar bin Khattab.

Saat itu  Abu Musa Al-Asyari mengeluhkan setiap surat dari Khalifah Umar bin Khattab yang tidak pernah bertanggal. Lantaran tak ada tanggal, Abu Musa Al-Asyari pun kesulitan untuk mengarsipkan surat-surat tersebut. Inilah yang mendasari umat Islam yang saat itu masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam untuk membuat kalender Islam. Pasalnya, peradaban pra-Islam hanya menggunakan bulan dan tanggal, tanpa mencantumkan tahun.

kehidupan masyarakat Arab pra-Islam, sebenarnya sudah dikenal kalender kamariah dan kalender campuran antara kalender kamariah (kalender bulan) dan kalender syamsiyah (kalender matahari). Demikian pula sudah ada nama-nama bulan dalam setahun. Meskipun demikian, masyarakat Arab pra-Islam menandai sebuah tahun bukan dengan hitungan angka, melainkan dengan memberi nama tahun tersebut berdasarkan sebuah kejadian besar.

Sebagai contoh, tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dalam penanggalan masehi sekitar tahun 571 masehi dikenal dengan nama Tahun Gajah.

Hal inilah membuat Abu Musa al-Asy’ari mengeluhkan hal ini karena ia mengarsipkan semua surat-surat yang keluar dan masuk. Menyadari hal ini, Khalifah Umar kemudian mengadakan musyawarah dengan para sahabat Nabi SAW.

Saat musyawarah itulah, terdapat perbedaan pendapat soal kapan mulainya penanggalan Islam. Ada setidaknya 4 pendapat yaitu

  • Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW
  • Diangkatnya Nabi SAW sebagai Rasul
  • Hijrahnya Nabi SAW dari Mekkah ke Madinah
  • Tahun ketika Rasulullah wafat.

Ali bin Abi Thalib kemudian mengusulkan agar tahun pertama dalam kalender Islam dihitung dari tahun hijrah, peristiwa Nabi Muhammad saw. berangkat dari Mekkah ke Madinah. Alasannya, hijrah menjadi pembeda antara yang benar dari yang salah. Dan hijrah menjadi titik awal kemenangan Islam.

Semua sahabat Nabi SAW sepakat dengan pendapat Ali bin Abi Thalib.

Permasalahan berikutnya adalah penentuan bulan pertama. Abdurrahman bin Auf mengusulkan bulan Rajab karena merupakan bulan suci pertama dalam setahun. Namun lagi-lagi Ali bin Abi Thalib mengusulkan agar bulan pertama adalah bulan Muharram.  Sesuai dengan kebiasaan saat itu. Apalagi di bulan itu, Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Akhirnya semua sepakat dan sejak itulah perhitungan tahun Islam berawal.

Berdasarkan peristiwa Hijrah menjadi patokan awal penanggalan Islam, maka sebutan penanggalannya adalah kalender Hijriyah. Dalam kalender ini menggunakan sistem penanggalan bulan. Sebuah hari mulainya dari waktu terbenamnya matahari (magrib) dan berakhir pada waktu yang sama pada hari berikutnya. Ini berbeda dengan kalender syamsiyah (matahari) yang mulainya pada tengah malam (pukul 00.00).

Setiap bulan dalam tahun Hijriah terdiri dari 29 atau 30 hari. Untuk menentukan datangnya bulan aru, maka penandanya adalah terlihatnya hilal atau bulan sabit pertama. Para sahabat Nabi SAW juga kemudian menetapkan penanggalan seminggu selama 7 hari. Yaitu,

  • Ahad (pertama, Minggu)
  • al-itsnain (kedua, Senin)
  • ats-tsalasa (ketiga, Selasa)
  • Arbi’a (keempat, Rabu)
  • al-khamis (kelima, Kamis)
  • al-jumuah (hari berkumpul, Jumat)
  • as-sabt (hari istirahat, Sabtu).

Sama seperti kalender Masehi, di tahun Hijriah ada 12 bulan, yaitu; Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’idah, Dzulhijjah.

Nama-nama dari bulan ini berlaku sejak lama di kalangan kaum Quraisy pada masa kenabian. Nama-nama bulan dalam kalender Hijriah menunjukan musim ada bulan tersebut. Seperti Rabi’ul awal yang berarti musim semi yang pertama. Ada juga Ramadhan yang berarti musim panas.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tindakan OPM Semakin Keji, Negara Tegaskan Tidak Akan Kalah Lawan Pemberontak

Organisasi Papua Merdeka (OPM) banyak melancarkan aksi kekejaman yang semakin keji. Maka dari itu, negara harus tegas untuk tidak...
- Advertisement -

Baca berita yang ini