MATA INDONESIA, JAKARTA – Maulid Nabi Muhammad atau yang lebih dikenal dengan sebutan Maulid Nabi adalah sebuah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awwal dalam kalender hijriyah. Di tahun ini, peringatannya berlangsung pada 19 Oktober 2021.
Peringatan Maulid Nabi di bulan Rabiul Awwal menjadi bulan mulia umat muslim. Hal ini karena terdapat sejumlah peristiwa yang terjadi di bulan ini, antara lain Nabi Muhammad SAW dilahirkan, hijrah untuk berdakwah dan membangun Masjid Quba, Nabi mendapatkan wahyu untuk mengerjakan salat Jumat, terjadinya peperangan umat muslim dengan kaum kafir, hingga Nabi wafat.
Biasanya di bulan ini, umat muslim melakukan beberapa amalan, seperti membaca sholawat nabi, melaksanakan puasa sunnah. Yang paling utama adalah memperbanyak sedekah, dan memperbanyak amal kebaikan.
Peringatan Maulid Nabi pertama kali pada 1193 Masehi yakni di zaman Shalahuddin Al-Ayyubi. Saat itu peringatan ini untuk membangkitkan semangat jihad kaum Muslimim yang sedang berperang melawan pasukan Salib. Namun pendapat ini masih perdebatan. Hal ini karena tidak adanya catatan sejarah Shalahuddin yang menjadikan Maulid Nabi sebagai bagian dari perjuangannya dalam Perang Salib.
Lalu pendapat lainnya dari Al-Maqrizy dalam kitabnya yang berjudul “Al-Khathat”. Peringatan ini kali pertama tercetus dari Dinasti Ubadiyyun syiah di Mesir. Dinasti Ubadiyyun atau Dinasti Fatimiyah/Fatimiyyun adalah dinasti yang berkuasa di Mesir. Raja dan keturunannya mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah, puteri Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah penganut Islam Syiah. Sehingga banyak sekali perayaan Maulid sepanjang tahun. Seperti Maulid Ali bin Abi Thalib, Maulid Fatimah binti Ali, hingga Maulid Hasan bin Ali dan Maulid Husain bin Ali.
Selain itu Dinasti Fatimiyah juga merayakan perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban. Ada juga perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun baru Persia), dan lainnya.
Pendapat Ahmad Tsauri yang mengacu pada bukunya “Sejarah Maulid Nabi” tahun 2015 menyatakan bahwa Maulid Nabi sudah berlangsung di tahun kedua hijriah oleh masyarakat muslim. Saat itu di masa Dinasti Abbasiyah. Jurasyiyah binti Atha atau Khaizuran, istri Khalifah Al-Mahdi bin Mansur Al-Abbas sekaligus ibu dari Amirul Mukminin Musa Al-Hadi dan Al-Rasyid, datang ke Madinah. Ia memerintahkan penduduk Madinah untuk mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad di Masjid Nabawi. Selain Madinah, Khaizuran juga memerintahkan hal yang sama ke penduduk Mekkah untuk merayakan Maulid Nabi di rumah masing-masing.
Kemudian, menurut pendapat KH Said Aqil Siroj. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ini mengatakan bahwa Maulid Nabi tercetus oleh Abu Tamim Maad Al-Muizz Lidinillah, seorang khalifah keempat dari Dinasti Fatimiyah.
Lalu pendapat Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Al-Hawi li Al-Fatawi. Ia mengatakan bahwa yang pertama kali mencetuskan Maulid Nabi adalah Raja Muzhaffar Abu Sa’id Al-Kukburi bin Zainuddin Ali. Ia seorang penguasa Irbil di wilayah Irak. Muzhaffar merayakan Maulid Nabi dengan perayaan yang meriah. Muzhaffar juga merupakan raja yang baik, mulia, pemurah, adil, serta memiliki peninggalan yang baik, yakni Maulid Al-Syarif. Yaitu perayaan maulid yang mulia setiap Rabiul Awwal.
Dari banyaknya pendapat, beberapa ulama termasuk pula Ustaz Abdul Shomad, lebih memilih Muzhaffar. Menurut Abdul Somad, Muzhaffar sebagai orang yang pertama kali mencetuskan Maulid Nabi karena dinilai lebih kuat riwayatnya.
Reporter: Intan Nadhira Safitri