MATA INDONESIA, LONDON – Dalam acara resmi dan penting, Ratu Elizabeth II terlihat mengenakan mahkota, Walau dikabarkan memiliki banyak mahkota, namun ada satu mahkota yang paling berharga melebihi mahkota-mahkota lainnya. Mahkota tersebut adalah Crown of Queen Elizabeth yang dihiasi berlian 105 karat bernama Koh-i-Noor.
Koh-i-Noor adalah salah satu berlian berharga dan berkualitas terbaik sedunia yang ditemukan di Tambang Kollur dekat tepi Sungai Krishna di Golconda, yang sekarang lebih dikenal dengan Andhra Pradesh, India.
Koh-i-Noor berarti gunung cahaya dalam bahasa Persia. Ini merupakan berlian paling terkenal di mahkota permata. Berlian ini telah menjadi subyek penaklukan dan intrik selama berabad-abad. Koh-i-noor telah berpindah tangan dari mulai Raja Mughal, prajurit Iran, penguasa Afghanistan hingga Maharaja Punjab.
Ratu Wufa Begum dari Afghanistan pada abad ke 18 pernah mengibaratkan nilai dari berlian Koh-i-Noor itu. Menurutnya jika seorang pria kuat melemparkan empat batu, satu ke utara, satu ke selatan, timur dan barat dan batu kelima ke udara, jika ruang diantara itu semua dipenuhi emas masih belum sama dengan nilai Koh-i-Noor.
Batu tersebut awalnya ditemukan di wilayah tambang Golconda India sebesar 186 karat. Pada 1849 berlian diserahkan ke Inggris di bawah perjanjian setelah perang Anglo-Sikh. Perjanjian ditandatangani penguasa Sikh berusia 10 tahun setelah ibunya dimasukkan ke penjara.
Berlian sempat dipotong berbentuk mawar untuk dipamerkan pada 1851. Sayangnya saat itu bentuk berlian tak membuat pengunjung terkesan. Akhirnya berlian itu dipotong lagi berbentuk oval.
Namun hal itu membuatnya kehilangan 40 persen beratnya. Batu mulia itu akhirnya hanya memiliki berat 105,6 karat dan dipasangkan ke mahkota Ratu Elizabeth, Ibu Ratu.
Berlian ini punya catatan kelam saat dimiliki. Di tambang India pada tahun 1300-an, permata menakjubkan ini sering berpindah tangan. Bak batu bertuah yang tak habis dimakan zaman, Koh-I-Noor membawa kejayaan bagi pemiliknya, namun juga kutukan.
Sejak awal ditemukan di gua tambang Kollur (dekat kota modern Hyderabad, Telangana) milik Kerajaan Golkonda, cahayanya telah menyilaukan mata setiap insan yang melihatnya, tidak terkecuali para maharaja.
Masyarakat India percaya berlian ini diturunkan oleh Sang Surya atau Dewa Matahari sebagai hadiah untuk Bumi. Sementara umat Hindu meyakini permata seindah itu telah dicuri dari Dewa Khrisna saat tengah lelap tertidur. Kisah-kisah itu semuanya dihubungkan dengan perhiasan syamantaka yang terkenal berkekuatan supranatural dalam mitologi Hindu-India.
Sebagaimana dilansir dari Worthy, orang yang memiliki berlian Koh-I-Noor berhak menjadi penguasa dunia. Petuah inilah yang kemudian membuatnya menjadi berlian yang paling direbutkan bangsa-bangsa melalui perang berdarah.
Pemilik pertamanya maharaja Golkonda dari Dinasti Kakatiya di India. Sampai pada keruntuhannya dinasti ini di 1323, berlian itu pindah ke Alauddin Khilji, penguasa kedua dari Dinasti Khilji yang mendirikan Kesultanan Delhi di India. Dibantu jenderal perangnya, Malik Kafur, ia merebut Koh-i-Noor.
Berlian tersebut kemudian diwariskan turun-temurun. Raja Babur pada 1526 takjub dengan berlian ini sehingga berencana merebutnya. Tak hanya merebut, Raja Babur menghancurkan Kerajaan India dan menjadikan wilayahnya menjadi bagian dari Kerajaan Mughal.
Sejak saat itu juga, berlian tersebut diklaim menjadi Batu Permata Babur. Dan diwariskan kepada keturunannya hingga Raja Kelima, Shah Jahan, yang dikenal sebagai pembangun Taj Mahal. Pada masa pemerintahan Shah Jahan (1628–1658), kristal putih itu diletakkan sebagai hiasan pada dudukan berlian megah yang disebutnya Peacock Throne di Red Fort, Delhi.
Setelah Shah Jahan mangkat, kepemilikan Koh-I-Noor diambil oleh putra mahkotanya, Aurangazeb. Saat dipegang raja keenam Moghul inilah berlian terbesar di dunia itu terpecah tanpa sengaja oleh Hortenso Borgio, pemahat batuan berharga dari Venezia, menjadi 186 karat dengan berat 37,2 gram. Akibat kecorobohannya, raja pun berang dan mendendanya 10.000 rupee, jumlah yang sangat besar pada masa itu.
Setelah runtuhnya Kerajaan Mughal akibat kalah perang dari pasukan Persia, semua kekayaannya dirampas oleh Raja Persia Nader Shah. Sampai pada 1747, ia dibunuh dan berlian itu jatuh ke tangan jenderalnya Ahmad Shah Durani yang kemudian mendirikan Kerajaan Emir di Afghanistan.
Durani sangat menyukai berlian itu dan menyimpannya sendiri selama bertahun-tahun. Hingga suatu saat kerajaannya diserang oleh Persia. Ia pun lari meminta bantuan ke Kerajaan India. Maharaja Ranjit Singh yang tahu bahwa berlian leluhurnya direbut Durani, bersedia bekerja sama dengan satu syarat yakni menyerahkan Koh-i-Noor.
Tentu saja Durani menolak, tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia akhirnya sepakat setelah wajahnya dilempari sepatu maharaja dan diancam dibunuh.
Maharaja Ranjit Singh akhirnya memiliki berlian tersebut hingga ia wafat pada 1839. Sayangnya, tidak ada lagi pemimpin yang kuat untuk meneruskan takhtanya. India pun berakhir dalam penjajahan Inggris.
Di bawah kekuasaan Ratu Victoria, harta terpendam India Koh-I-Noor diboyong ke London dan kemudian disematkan di mahkota raja dan ratu Inggris.
Awalnya karena percaya dengan kutukan berlian tersebut, Ratu Victoria sempat menyimpan tanpa pernah memakainya. Tak hanya itu ia merasa bersalah telah merampas benda berharga dari seorang anak kecil, Maharaja Duleep Singh, yang saat itu hanya berusia 10 tahun. Dengan berat hati, raja cilik itu menyerahkan berlian tersebut sebagai hadiah pada 1849.
Selama beratus-ratus tahun sudah, Mountain of Light (julukan Koh-i-Noor) berada di bawah perlindungan Inggris. Meski begitu, seperti Duleep muda (Raja Pakistan terakhir), banyak negara yang pernah terlibat dengannya tak rela berlian itu menjadi milik Kerajaan Inggris.
Reporter : Ananda Nuraini