MATA INDONESIA, JAKARTA – Amsterdamsche Football Club Ajax atau yang lebih dikenal dengan nama Ajax Amsterdam adalah klub sepak bola asal Amsterdam, Belanda. Klub ini merupakan salah satu klub terkuat di Belanda dan Eropa.
Ajax Amsterdam dibentuk oleh Floris Stempel, Carel Reeeser, dan Han Dade pada 18 Maret 1900 dan menjadi tanggal resmi kelahiran Ajax. Sebelumnya mereka mendirikan klub ini pada tahun 1894 tapi sempat tertunda.
Nama Ajax diambil dari pahlawan mitologi Yunani. Ajax dikenal sebagai kuat, pemberani, berwibawa, besar, dan tak pernah takut menghadapi siapa pun membuatnya selalu menang dalam peperangan.
Ajax Amsterdam mencapai kesuksesannya pada tahun 1911. Sebelumnya klub ini menghabiskan 10 tahun pertama di divisi dua sampai akhirnya memenangkan promosi ke divisi teratas Belanda. Sejak di bawah bimbingan Jack Reynolds dalam tiga periode (1915-1925, 1928-1940, dan 1945-1947), Ajax perlahan tumbuh menjadi klub terbaik di Belanda.
Pada 1917 adalah kesuksesan besar pertama untuk klub ini dengan memenangkan piala KNVB Beker, piala nasional Belanda. Keberhasilan pertamanya ini mengarah ke dua musim berikutnya. Ajax mempertahankan gelarnya dan membuat rekor sebagai satu-satunya tim yang tidak terkalahkan sepanjang musim di Kejuaraan Liga Sepak Bola Belanda, tahun 1918-1919.
Tahun 1920-an di tingkat nasional Ajax sukses dengan gelar nasional dan di kejuaraan Regional Barat di Belanda. Ajax menjadi penantang gelar hampir di setiap. Mereka berhasil memenangkan divisi Eerste Klasse West pada tahun 1921, 1927, dan 1928. Sepanjang tahun 1920-an merupakan tahun keberkahan bagi Ajax.
Klub yang juga dijuluki De Gondenzonen, yang berarti putra-putra dewa, ini mencapai era keemasan pertama mereka di tahun 1930-an. Saat memasuki tahun 1930-an Ajax mendapatkan dua gelar liga nasional. Lalu, memenangkan lima kejuaraan nasional (1921, 1932, 1934, 1937, 1939). Ajax menjadi klub Belanda paling sukses dalam dekade ini.
Selanjutnya, Ajax berambisi untuk lebih banyak mendapatkan trofi di tahun 1940-an. Mereka berhasil memenangkan piala KNVB kedua pada tahun 1942-1943 dan gelar liga Belanda tahun 1946-1947.Di tahun 1950-an, dunia sedang berubah, begitu pula dengan sepak bola Belanda. Tahun 1956 menjadi sejarah bagi klub ini, satu tahun setelah kelahiran Eredivisie dan sepak bola profesional di Belanda, Ajax menjadi klub sepak bola pertama yang memenangkan divisi profesional yang baru dibentuk.
Gelar ini yang membawa Ajax melangkah lebih jauh dan mendapat kesempatan untuk bersaing di Piala Champions Eropa. Di musim pertamanya klub ini mencapai perempat final sebelum berhadapan dengan juara Hungaria Vasas SC. Klub ini menjadi juara Eredivisie lagi pada tahun 1960 dan memenangkan piala KNVB ketiga pada tahun 1961.
Momen Ajax naik ke level selanjutnya datang di tahun 1965 ketika Rinus Michles, mantan pemain Ajax antara tahun 1946 dan 1958, ditunjuk sebagai pelatih. Rinus menerapkan filosofi total football yang akhirnya identik dengan Ajax dan tim nasional Belanda.
Setahun sebelumnya, Johan Cruyff, yang menjadi pesepakbola Belanda terhebat sepanjang masa, melakukan debutnya. Di antara mereka, Rinus dan Johan, memimpin Ajax melalui masa paling sukses dalam sejarah dengan memenangkan tujuh gelar Eredivisie, empat piala KNVB dan tiga piala Eropa.
Setelah tiga gelar berturut-turut pada tahun 1966, 1967, dan 1968, klub ini membuat sejarah kembali pada 1968-1969 dengan masuk ke final piala Eropa pertama mereka melawan AC Milan di Santiago Bernabeu. Sayangnya, Ajax kalah 1-4. Penggemar Ajax pulang dengan bangga karena Ajax menjadi klub Belanda pertama mereka bisa memasuki final Piala Champions.
Tahun-tahun berikutnya adalah tahun spesial yang diimpikan dan dambakan oleh fans Ajax. Masuk final Piala Eropa 1971, Ajax memenangkan pertandingan 2-0 lawan Panathinaikos untuk menjadi juara Eropa pertama kalinya. Cruyff dinobatkan sebagai pemain terbaik Eropa tahun ini sekaligus tahun yang hebat bagi Ajax. Musim yang hebat ini dilalui dengan dua trofi Eropa dalam dua musim berikutnya, menempatkan Ajax dalam sejarah sebagai satu dari sedikit tim yang memenangkan lebih dari satu Piala Champions berturut-turut.
Pada tahun 1973 dunia terkejut saat Barcelona memecahkan rekor transfer dunia dengan mendatangkan Cruyff. Cruyff kembali ke Ajax pada tahun 1980-an untuk bekerja sama dengan bintang-bintang muda, Marco van Baten dan Frank Rijkaard.
Mereka bertiga berhasil memenangkan gelar Everdivisie berturut-turut pada 1982 dan 1983. Setelah Cyruff dijual ke Feyenoord pada tahun 1983, Van Basten menjadi pemain kunci Ajax, pencetak gol terbanyak di Eredivisie musim 1983-1984 dan 1986-1987.
Pada tahun 1985, Cyruff kembali ke Ajax sebagai manajer dan Ajax mengakhiri musim pertama Cruyff sebagai pelatih dengan 120 gol dari 34 pertandingan. Namun, Ajax hanya finis runner-up di bawah PSV dengan selisih delapan poin. Musim berikutnya, Ajax kembali kehilangan gelar Eredivisie dari PSV, tetapi memenangkan Piala Winners Eropa. Setelah ini Cyruff meninggalkan klub untuk menjadi manajer Barcelona, Rijkaard dan Van Basten dijual ke sporting CP dan AC Milan.
Louis Van Gaal mengambil alih sebagai pelatih pada 1991 dan menanamkan filosofi uniknya di klub. Van Gaal dengan cepat membentuk tim yang sama sekali baru. Antara 1991 dan 1999, klub ini memenangkan empat gelar Eredivisie, tiga piala KNVB, piala UEFA, dan Liga Champions. Titik tertinggi adalah kemenangan Liga Champions tahun 1995 setelah mengalahkan AC Milan di final.
Dibandingkan dengan era emas mereka sebelumnya, tahun 2000-an sedikit mengecewakan bagi penggemar. Dengan kepergiaan Van Gaal yang paling penting dari klub dan kebangkitan PSV yang meroket, Ajax harus puas dengan dua gelar Eredivisie dan empat piala KNVB. Meski begitu, Frank De Boer menjadi pelati pada 2010 mengubah segalanya dari berbagai aspek, terbukti dengan empat gelar Eredivisie berturut-turut.
Peter Bosz mengambil alih klub dan memimpin mereka ke final Liga Europa di 2017. Mereka kalah dari Manchester United. Tahun 2018-2019 Ajax meraih pencapaian yang luar biasa di Liga Champoins UEFA dengan mencapai semifinal.
Ajax berada di posisi pertama berdasarkan selisih gol ketika Eredivise 2019-2020, tapi dinyatakan batal karena pandemi Covid-19. Kompetisi dihentikan di tengah jalan.
Reporter: Laita Nur Azahra