MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Pesawat luar angkasa Cina yang membawa batu dan tanah dari Bulan kembali dengan selamat ke Bumi pada Kamis (17/12) pagi waktu setempat. Pesawat tersebut membawa misi pertama, yakni mengumpulkan sampel Bulan, kata kantor berita Xinhua.
Kapsul yang membawa sampel yang dikumpulkan oleh pesawat luar angkasa bernama Chang’e-5 mendarat di wilayah Mongolia Dalam Cina Utara, kata Xinhua, mengutip Administrasi Luar Angkasa Nasional Cina (CNSA).
Misi ini sekaligus membuat Cina menjadi negara ketiga di dunia yang berhasil mengambil sampel dari Bulan. Sebelumnya ada Amerika Serikat tahun 1960-an dan Uni Soviet tahun 1970-an.
Ini menjadi bukti, sekaligus kesungguhan Beijing yang ingin mengejar ketertinggalan dari Washington dan Moskow setelah menghabiskan beberapa dekade untuk menyamai pencapaian kedua negara. Cina sendiri menggelontorkan milliaran USD untuk program luar angkasa yang dikelola militer ini.
Nama Chang’e-5 diambil dari mitos Dewi Bulan Cina. Awal pendaratan Chang’e-5 di Bulan yakni pada 1 Desember 2020. Hal ini dibuktikan dengan berkibarnya bendera kebanggaan rakyat Cina di Bulan, kata badan antariksa negara tersebut.
Para ilmuwan berharap sampel tersebut akan membantu mereka mempelajari tentang asal-usul Bulan, formasi, dan aktivitas vulkanik di permukaannya. Kapsul itu akan diterbangkan ke Beijing dan sampel Bulan akan dikirim ke tim peneliti untuk dianalisis dan dipelajari, sambung badan antariksa itu.
Misi Chang’e-5 adalah mengumpulkan dua kilogram (4,5 pon) material di area yang dikenal sebagai Oceanus Procellarum – atau “Ocean of Storms” – dataran lava luas yang sebelumnya belum dijelajahi, menurut jurnal sains Nature.
Kantor berita Xinhua menggambarkan misi tersebut sebagai salah satu yang paling menantang dan rumit dalam sejarah kedirgantaraan Cina, melansir Al Jazeera, Kamis, 17 Desember 2020.
Pesawat itu terdiri dari pesawat yang terpisah untuk sampai ke Bulan, mendarat di atasnya dan mengumpulkan sampel, bangkit kembali dan kemudian mengembalikan bebatuan dan tanah ke Bumi, lanjut Xinhua.
Ini adalah upaya pertama untuk mengumpulkan sampel semacam itu sejak misi Luna 24 Uni Soviet tahun 1976.