Vo Nguyen Giap dan Perannya Hancurkan Prancis dalam Pertempuran Dien Bien Phu

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Keberhasilan Vietnam menghancurkan AS dan Prancis dalam perang Indocina memang tak bisa dipisahkan dari jasa Ho Chi Minh. Namun, ada satu sosok yang tak bisa diabaikan perannya dalam menyusun strategi bertempur dan membakar semangat Prajurit Viet Cong dalam perang Vietnam.

Dia adalah Jenderal Vo Nguyen Giap. Kehadirannya sebagai Panglima Perang Vietnam Utara mampu membantu negara tersebut mematahkan rekor tak terkalahkan AS dalam berperang. Sekaligus menghancurkan Prancis di Dien Bien Phu.

Menurut Jenderal Jean Dufourcq, Kepala Redaksi Majalah Pertahanan Nasional Perancis, Vo Nguyen Giap memang punya kepandaian militer alami. Ia juga dianggap memiliki semangat bertanggung jawab secara politik.

Giap belajar hal itu di medan perang dan belajar dari Presiden Ho Chi Minh. Kepandaiannya berdasarkan pada satu pola fikir dialektik yang amat kuat ketika mengananlisis dan menilai lawannya. Demikian petikan wawancara Dufourcq dengan Radio Suara Vietnam pada Oktober 2013 silam.

Soal perang Vietnam, Dufourcq mengatakan bahwa Pertempuran Dien Bien Phu adalah keberhasilan terbesar bagi Giap.

Lebih lanjut ia menjelaskan bhwa ada dua hal penting lainnya yang menjadi bukti kehebatan Giap. Pertama, ia sukses menghimpun dan membangun dari satu kelompok pasukan yang kecil dan serba kurang menjadi satu pasukan yang terorganisasi, menjadi batalyon, divisi yang cukup tenaga untuk menentang tentara Prancis dan AS.

Kedua, Giap telah membuka zona perang perlawanan yang menyambungkan garis perbatasan Vietnam-Cina dengan daerah Tonkin. Jenderal Giap telah membangun satu tempat sandaran, satu sabuk militer logistik sehingga dari situ menimbulkan tekanan dan mengalahkan tentara Prancis di semua front di Vietnam Utara.

Sementara dalam buku Dien Bien Phu: Titik Temu Sejarah, Giap mengisahkan tentang proses kemenangan Vietnam dalam menghancurkan Prancis.

Dien Bien Phu, yang dikelilingi lembah dan perbukitan merupakan tempat paling strategis di Indochina barat-laut, memiliki akses menuju Laos di barat dan Tiongkok di utara. Tempat itu juga menjadi basis pertahanan Prancis.

Berbekal pengetahuan dan pengalamannya dalam pertempuran, Giap nampaknya lebih berhati-hati dalam membuat strategi dan taktik. Terlebih sejak militer Prancis di Indochina dipimpin Jenderal Henri Navarre.

Navarre memiliki konsep dan strategi yang jelas dan mantap untuk memenangi perang, dikenal dengan Navarre Plan. Untuk mencapai tujuan itu, dia menerapkan taktik “landak” yang bertumpu pada konsep pertahanan udara.

Dengan membagi pertahanan menjadi tiga sektor, yang masing-masing diperkuat dengan benteng dan artileri-artileri kaliber besar maupun sedang, Prancis ingin membuat satu basis kuat yang kecil kemungkinan diserang lawan yang bertumpu pada taktik gerilya. Di tengahnya, sebuah lapangan udara memungkinkan hubungan dengan dunia luar terjaga dan cepat.

Ini menjadi kesulitan tersendiri bagi Giap untuk membongkar pertahanan Prancis. Mula-mula ia mengambil keputusan untuk mengurung Dien Bien Phu dan menyerangnya secara masif dengan artileri. Pasukannya pun segera membawa kanon-kanon ke perbukitan yang mengelilingi Dien Bien Phu.

Namun strategi itu lantas mentah karena Paman Ho (sapaan Ho Chi Minh) berpesan agar Giap bertempur hanya jika yakin. Giap pun menunda penyerangan. Di hadapan sidang rapat, Giap mengemukakan,

“Untuk menjaga prinsip kunci ‘Bertempur yakin menang’, saya simpulkan, kita harus mengubah dari ‘Fast strike, fast victory’ menjadi ‘Steady attack, steady advande’. Jadi kita sekarang sebaiknya menunda serangan,” ujar Giap dalam buku yang ditulisnya dan dialihbahasakan oleh Letjen TNI (Purn.) M Munir tersebut.

Meski banyak yang kecewa, pasukan tetap menjalankan perintah. akhirnya Giap melihat titik lemah Prancis. Hemat dia, Titik sentral musuh yang mesti ditaklukkan adalah lapangan udara.

“Jika kami bisa membatasi atau memotong rute udaranya, maka pertahanan mereka akan cepat kehilangan kemampuan bertempurnya. Menguasai lapangan udara atau menghancurkannya sekaligus tidak terlalu sulit bagi kami,” ujarnya menukil historia.id.

Baru setelah jalur udara musuh lumpuh, pasukan Vietnam bisa merangsek ke jantung pertahanan lawan via parit-parit yang telah mereka persiapkan. Dan strategi ini sukses mendatangkan kekalahan besar bagi Prancis.

Giap telah berpulang pada 4 Oktober 2013, di usia 102 tahun. Namun namanya dan pertempuran Dien Bien Phu tetap abadi. Pertempuran ini pun dianggap sebagai penentu dalam perjuangan rakyat Vietnam mempertahankan kemerdekaannya, yang diproklamasikan Ho Chi Minh pada 2 September 1945.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini