Mengenal Tokoh Asal Gorontalo, dari Ahli Bahasa Sampai Tekhnokrat

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak tokoh nasional yang berasal dari Gorontalo memiliki catatan historis dan berjasa untuk Indonesia. Mulai dari pahlawan nasional yang berjuang untuk kemerdekaan Gorontalo pada tahun 1942, hingga ilmuwan yang jasa-jasanya sangat pengaruh di Indonesia.

Lantas, siapa saja tokoh-tokoh terkenal sebagai pahlawan nasional yang berdarah Gorontalo?

  1. Djalaludin Tantu

Mayor Udara (Anumerta) Djalaludin Tantu adalah seorang penerbang TNI Angkatan Udara, yang gugur saat menjalankan tugas menerbangkan pesawat Hercules C-130B berkode ekor T-1307 dalam misi penerjunan pasukan payung ke Kalimantan Utara pada masa kampanye Dwikora.

Nama Djalaludin Tantu dikenal sebagai nama Bandar Udara Provinsi Gorontalo, yang berada di Kecamatan Isimu, Kabupaten Gorontalo.

Djalaludin merupakan mayor penerbangan (Anumerta) di Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 23 Agustus 1945 dan termasuk pencetus lahirnya Badan Keamanan Rakyat Oedara (BKRO).

Pada masa kemerdekaan, Djalaludin bersama pemuda Gorontalo lainnya berusaha merebut lapangan terbang Gorontalo yang masih dikuasai Tentara Kekaisaran Jepang setelah Proklmasi Kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya di Gorontalo, Djalaludin juga memimpin pasukan dalam merebut tanah Irian Barat yang saat itu dalam kekuasaan Belanda, di bawah operasi Gajah Putih.

  1. Hans Bague (HB) Jassin

Hans Bague Jassin atau dikenal H.B. Jassin adalah seorang pengarang, penyunting dan kritikus sastra berkebangsaan Indonesia yang lahir di Gorontalo pada 13 Juli 1917. Tulisan-tulisannya digunakan sebagai sumber referensi bagi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan.

Dia juga mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang kemudian mendapat bantuan gedung dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Karena kiprahnya di bidang kritik dan dokumentasi sastra, dia dijuluki sebagai Paus Sastra Indonesia.

Setelah menamatkan Gouverments HIS Gorontalo pada tahun 1932, H.B. Jassin melanjutnya studinya ke HBS-B selama 5 tahun di Medan, dan tamat akhir 1938. Pada tahun 1957, dia meraih gelar kesarjanaannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI).

H.B. Jassin sempat bekerja sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu sebelum dia menerima tawaran Sutan Takdir Alisjahbana untuk bekerja di badan penerbitan Balai Pustaka tahun 1940. Selepas meniti karier di tempat tersebut, dia dipercaya menjadi redaktur dan kritikus sastra pada berbagai majalah budaya dan sastra di Indonesia.

Tidak hanya itu, sejak dia kembali ke Gorontalo tahun 1939, dirinya bekerja sebagai pimpinan redaksi dan redaktur dari berbagai macam kantor majalah.

Atas jasa-jasanya di bidang sastra, dia menerima banyak penghargaan, di antaranya Satya Lencana Kebudayaan dari Pemerintah RI pada 20 Mei 1969, Hadiah Martinus Nijhoff dari Prins Bernhard Fonds di Den Haag, Belanda dan anugerah Bintang Mahaputra Nararaya oleh Pemerintah RI.

H.B Jassin meninggal dunia pada 11 maret 2000 di usianya yang ke-83 tahun.

  1. Nani Wartabone

Nani Wartabone adalah tokoh perjuangan dari Gorontalo yang memerdekakan rakyat Gorontalo dari penjajahan kolonialisme pada tahun 1942. Dia lahir pada 30 April 1907 di Suwawa, Gorontalo.

Pada 6 November 2003, dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Ri. Sejak masih bersekolah di Surabaya, Nani mulai memperjuangkan kemerdekaan di daerahnya. Di Surabaya, dia mendirikan organisasi pemuda yang disebut Jong Gorontalo dan menjabat sebagai sekretaris. Pada tahun 1928, dia kembali ke Gorontalo dan membentuk perkumpulan tani.

Melihat penjajahan Belanda yang semena-mena, Nani mulai membangun strategi dengan masyarakat setempat untuk mengusir penjajah yang ada di Gorontalo. Kegigihannya bersama rakyat Gorontalo membuatnya berhasil menangkap semua pejabat Belanda di Gorontalo pada 1942. Pada 23 Januari 1942, dia memproklamasikan kemerdekaan Gorontalo.

Nani meninggal dunia di kampung halamannya di Suwawa pada 3 Januari 1907.

  1. John Ario Katili

John Ario Katili atau lebih dikenal J.A. Katili adalah seorang saintis di bidang geologi, pendidik, birokrat, politisi, serta diplomat Indonesia. Dia juga dikenal pernah mendalami ilmu-ilmu sastra secara langsung dari H.B. Jassin, Idroes dan AOH Kartahadimaja.

J.A Katili lahir di kampung Bugis di Gorontalo pada 9 Juni 1929. Dia dikenal sebagai tokoh paling revolusioner dalam perkembangan ilmu geologi di Indonesia. Hingga kini, dirinya masih menjadi kiblat dalam pembelajaran di kalangan siswa dan mahasiswa.

Atas karya-karyanya di bidang Ilmu Saintis Geologi, dia telah mendapat sejumlah penghargaan, antara lain penghargaan Bintang Mahaputera Adipradanan pada tahun 1997, Ordre National Du Merite dari pemerintah Prancis, dan berbagai bintang kehormatan dari Swedia, Prancis, Belanda hingga Rusia.

J.A. Katili meninggal dunia di usia 79 tahun di Jakarta pada 19 Juni 2008.

  1. Jusuf Sjarif Badudu

Jusuf Sjarif Badudu atau J.S Badudu adalah seorang sastrawan dan pakar bahasa Indonesia yang lahir di Gorontalo pada 19 Maret 1926. Dia memperoleh gelar doktor dari ilmu sastra khusus linguistik di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan menjadi Guru Besar Linguistika di Universitas Padjadjaran.

J.S. Badudu aktif dan dikenal luas masyarakat sebagai pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI sejak tahun 1977. Dia juga dikenal sebagai penatar bahasa Indonesia untuk berbagai lapisan masyarakat, seperti mahasiswa, dosen, guru, wartawan, pegawai pemerintah, dan polisi.

Atas jasa-jasanya terhadap pembinaan bahasa Indonesia, J.S. Badudu diberi bintang jasa oleh pemerintah RI, yakni Satyalencana 25 tahun Pengabdian dan Bintang Mahaputra yang diserahkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001.

J.S. Badudu meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat di usianya yang ke-89 tahun pada 12 Maret 2016.

Reporter: Safira Ginanisa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan IKN Era Presiden Prabowo Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: Adnan Ramdani )* Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang tengah berlangsung di Kalimantan Timur bukan hanya sebuah proyek infrastruktur besar,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini