MATA INDONESIA, JAKARTA-Terkait asal-usul masyarakat Baduy hingga kini masih jadi perdebatan. Gaya hidupnya dari dulu tidak berubah, walau kini sudah terlalu modern. Terlebih lagi buat Orang Baduy Dalam, mereka masih menghormati nilai-nilai adat nenek moyang dari dulu.
Suku Baduy memiliki sejumlah tradisi unik. Salah satunya adalah tradisi Kawalu atau penyucian diri. Tradisi kawalu ini biasa diikuti oleh Baduy Dalam maupun Baduy Luar dan disebut sebagai Bulan Sucinya Suku Baduy.
Tradisi Kawalu merupakan upaya menjalankan penyucian diri dengan melakukan puasa selama tiga bulan penuh dalam satu tahun sesuai penanggalan Suku Baduy. Tradisi ini dilaksanakan pada bulan Kasa, Karo, dan Katiga.
Ritual ini berlangsung dari 25 Februari hingga 30 Mei 2020 atau 1 Kawalu Tembey – 1 Safar menurut kalender Baduy.
Kawalu merupakan ritual rutin tahunan di mana masyarakat Baduy menutup diri dari wisatawan atau pendatang. Suku Baduy percaya bahwa cara isolasi melalui ritual ini akan menjauhkan mereka dari marabahaya dan akan mendatangkan keberkahan.
Pelaksanaan Kawalu sendiri seperti puasa Ramadan di agama Islam, bedanya dalam melaksanakan puasa Kawalu adalah tidak diperbolehkan makan setelah pukul 00:00 WIB dan berbuka puasa pada pukul 17:30 WIB.
Selain itu, terdapat ritual khusus yang wajib dijalankan yakni dengan memakan daun sirih sebagai tanda berbuka puasa, baru setelah itu bisa makan dan minum.
Nah, tidak semua orang baduy melakukan kawalu, hanya mereka yang berusia 15 tahun ke atas alias sudah baligh dan sudah dikhitan.
Selain menjalankan puasa, tradisi Kawalu juga dilakukan dengan melakukan permohonan doa agar diberikan keberkahan hidup, keselamatan semesta, dan menambah rasa syukur. Tradisi ini lebih banyak dilakukan oleh masyarakat adat Baduy Dalam di Desa Cibeo, Desa Cikawartana, dan Desa Cikeusik.