Mengenal Dinasti Abbasiyah dan Para Khalifahnya pada Zaman Keemasan Islam

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dalam sejarah, Islam pernah mengalami zaman keemasan di berbagai aspek kehidupan, yaitu pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Kota Baghdad.

Dinasti Abbasiyah menempati kedudukan penting dalam sejarah Islam, antara lain karena kejayaan Islam mencapai puncaknya dalam rentang waktu yang panjang. Dinasti ini berkuasa selama lima abad, mulai dari tahun 750 hingga 1258. Seorang Islamolog terkemuka bernama Philip Khuri Hitti menyebut masa Dinasti Abbasiyah sebagai masa yang paling cemerlang.

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang berkuasa setelah Dinasti Umayyah di Damaskus runtuh. Setelah keruntuhan Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah membangun peradaban Islam atas dasar ilmu pengetahuan. Dinasti ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia.

Para penguasa Dinasti Abbasiyah merupakan keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah Al-Saffah yang memerintah dalam waktu singkat, yakni dari tahun 750 sampai 751. Pada awal pemerintahannya, dia memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Baghdad. Setelahnya, dia digantikan oleh Abu Ja’far Al-Mansur pada tahun 754 sampai 775.

Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaan pada masa Dinasti Abbasiyah. Hal ini dikarenakan Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.

Mengutip History of the Arabs, Dinasti Abbasiyah mencapai masa-masa keemasannya pada saat dipimpin oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur, Khalifah Harun Ar-Rasyid, dan Abdullah Al-Makmun. Sebab, mereka merupakan khalifah-khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, yang dengan kecintaannya, khalifah-khalifah sangat menjaga dan memelihara buku-buku. Baik buku-buku yang bernuansa agama maupun umum, karya ilmuan Muslim maupun non-Muslim, dan karya-karya ilmuwan yang semasanya maupun pendahulunya.

Abu Ja’far Al-Mansyur memimpin Dinasti Abbasiyah selama 25 tahun (750 – 775). Selama masa pemerintahannya, dia berhasil memunculkan gairah dunia Muslim terhadap ilmu pengetahuan dan telah tumbuh banyak karya sastra.

Setelahnya, kejayaan Islam selama Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786 – 809) dan anaknya, Abdullah Al-Makmun (813 – 833).

Ketika Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, ilmu pengetahuan berkembang, keamanan terjamin, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India. Ar-Rasyid juga sangat menjaga baik buku-buku. Selama pemerintahannya, dia memerintah para tentaranya untuk tidak merusak kitab apapun yang ditemukan dalam medan perang.

Ar-Rasyid juga banyak membangun pusat pendidikan formal seperti Darul Hikmah. Beberapa proyek besar yang dihasilkan selama pemerintahannya adalah keamanan dan kesejahteraan seluruh rakyat, pembangunan Kota Baghdad, pembangunan sejumlah tempat ibadah, dan sarana pendidikan.

Sementara, pada masa Al-Makmun, ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual mengalami banyak kemajuan. Dia mendirikan Baitul Hikmah, sebuah perpustakaan terbesar pada zamannya dan menjadi pusat kegiatan ilmu. Baitul Hikmah juga berfungsi sebagai tempat penerjemahan karya-karya intelektual Yunani dan Persia. Al-Makmun menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan lainnya untuk menerjemahkan buku-buku Yunani dan Persia tersebut, sampai pada akhirnya menjadikan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Tidak heran apabila saat itu banyak sarjana Muslim dan dari wilayah Barat yang belajar di Kota Baghdad.

Al-Makmun juga melakukan langkah terobosan dengan mengirim tim sarjana ke berbagai pusat keilmuan di dunia, untuk mencari kitab-kitab penting yang harus diterjemahkan. Hal itulah salah satu alasan yang menjadikan Islam mengalami banyak kemajuan. Sebab, umat Islam bisa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang ada di penjuru dunia.

Pada masa pemerintahan Al-Makmun telah berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan umum ataupun agama, seperti Alquran, qiraat, hadis, fiqih, kalam, bahasa dan sastra. Di samping itu pula, berkembang empat madzhab fiqih yang terkenal, di antaranya Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi, Imam Maliki bin Anas pendiri madzhab Maliki, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i pendiri madzhab Syafi’i, dan Muhammad bin Hanbal pendiri madzhab Hanbali.

Kemudian, berkembang pula ilmu-ilmu umum seperti ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, alam, geometri, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan di Baitul Hikmah dari berbagai bahasa, termasuk Persia, Yunani, dan India.

Peta Kekuasan Kekhalifahan Abbasiyah
Peta Kekuasan Kekhalifahan Abbasiyah

Namun, kejayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah tidak dapat bertahan, setelah Baghdad dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah kepemimpinan Kulagu Khan pada tahun 1258. Semua bangunan kota termasuk istana emas dihancurkan oleh pasukan Mongol, termasuk perpustakaan beserta isinya hingga tidak ada yang tersisa. Peristiwa itu bukan saja mengakhiri kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Baghdad, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam.

Selama beberapa abad, Baghdad yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam, terus mengalami penyerangan. Pada tahun 1400, Baghdad diserang oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 oleh tentara Kerajaan Safawi.

Reporter: Safira Ginanisa

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Berperan Jaga Kondusivitas Pasca Pilkada

Yogyakarta - Pelaksanaan Pilkada serentak 2024 telah usai. Namun, tantangan menjaga stabilitas nasional baru saja dimulai. Berbagai pihak menyerukan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini