Home Kisah Masjid Al Nejashi, Makkah Kedua di Benua Afrika

Masjid Al Nejashi, Makkah Kedua di Benua Afrika

0
381

MATA INDONESIA, ADIS ABABA – Banyak warga Ethiopia khususnya umat Muslim menganggap Masjid Al Nejashi sebagai tempat ibadah suci. Muslim Ethiopia menjuluki masjid ini sebagai ‘Makkah kedua’.

Sayangnya bangunan Masjid Al Nejashi ini rusak sebagian karena mendapat tembakan senjata berat di berbagai titik, termasuk bagian menaranya. Hal ini terjadi selama operasi militer pada November 2020 oleh pemerintah Ethiopia melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).

Kompleks masjid Al Nejashi memiliki makam di belakang bangunan utama masjid. Ada 15 makam merupakan kuburan para sahabat Nabi Muhammad SAW yang hijrah ke Habasha, sebutan Ethiopia dalam bahasa Arab atau Abyssinia.

Saat itu para sahabat Nabi Muhammad itu melarikan diri dari penganiayaan di Makkah dan mendapat perlindungan di tempat yang ketika itu bernama Kerajaan Aksum pimpinan Raja Negus.

Masyarakat setempat meyakini bahwa masjid yang berada di dekat kota Wukro, sekitar 800 km (500 mil) dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, itu adalah yang tertua di Benua Afrika.

Raja yang Adil

Saat sejumlah sahabat Nabi Muhammad SAW menghadapi persekusi di Mekkah pada abad ke-7, Nabi meminta mereka untuk hijrah ke Abyssinia.

Habasyah atau Abyssinia dan kini dikenal sebagai negara Ethiopia–sebuah kerajaan di daratan benua Afrika. Para sahabat itu hijrah ke Habasyah atas saran Rasulullah SAW. Raja Negus (Najasyi) yang berkuasa di negeri itu adalah orang yang bijaksana, adil, lapang hati, dan suka menerima tamu.

Inilah proses hijrah pertama kaum Muslimin sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Di antara sahabat yang hijrah ke Ethiopia itu antara lain adalah Usman bin Affan dan istrinya Ruqayyah yang juga putri Rasulullah SAW.

Setibanya di Ethiopia, Raja menyambut mereka dengan penuh keramahan dan persahabatan. Inilah kali pertama ajaran Islam tiba di Afrika. Raja Ethopia lalu menempatkan mereka di Negash yang terletak di sebelah utara Provinsi Tigray. Wilayah itu lalu menjadi pusat penyebaran Islam di Ethiopia yang masuk dalam bagian Afrika Timur.

Dalam sejarah Islam, kepindahan sejumlah sahabat Nabi ke Aksum dikenal sebagai hijrah yang pertama sebelum hijrah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Setelah tiga bulan menetap di Ethiopia dan mendapat perlindungan, para sahabat mencoba kembali pulang ke kampung halamannya, Makkah. Namun, situasi Makkah ternyata belum aman. Rasulullah SAW lalu memerintahkan umat Muslim agar kembali ke Ethiopia untuk yang kedua kalinya. Jumlah sahabat yang hijrah pada gelombang kedua itu terdiri atas 80 sahabat. Rasulullah pun berpesan kepada para sahabat untuk menghormati dan menjaga Ethiopia.

Orang kafir Quraisy lalu mengirimkan utusannya, Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah al-Makhzumi, untuk menghadap Raja Najasyi. Keduanya meminta Raja Najasyi mengusir umat Islam dari tanah Ethiopia. Permintaan orang kafir Quraisy itu mendapat penolakan dari Raja Najasyi. Para sahabat tetap tinggal di negeri itu hingga Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Tak semua sahabat kembali berkumpul dengan Rasulullah SAW, sebagian di antara mereka memutuskan menetap di Ethiopia. Mereka lalu menyebarkan agama Islam di wilayah timur ‘benua hitam’ itu.

Saat ini, sekitar 34 persen penduduk Ethipia — dari total 115 juta jiwa — memeluk agama Islam.

Reporter: Firda Padila

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here