MATA INDONESIA, JAKARTA – Masa kejayaan Korea di zaman dulu adalah saat Dinasti Joseon berkuasa. Hampir 5 abad lamanya (1397-1897) dinasti yang didirikan Jenderal Lee Seong Gye membawa Korea ke puncak kejayaan. Tak salah, di era sekarang era dinasti ini sering diadaptasi dalam film serta drama Korea.
Selama berkuasa, dinasti ini menghasilkan penemuan penting yang berpengaruh hingga sekarang. Namun sayangnya Dinasti Joseon mengalami kemunduran pada akhir abad ke-19 akibat konflik internal kerajaan, pemberotakan, tekanan internasional. Setelah lama berdaulat, penguasa Joseon yang bernama Raja Gojong mendirikan Kekaisaran Korea Raya pada 1897.
Nah, apa saja yang membuat Dinasti ini menjadi kebanggaan warga Korea?
Pada masa raja ketiga Lee Bang Won berkuasa antara 1400–1418, melakukan beberapa kebijakan untuk memajukan dinastinya.
- Kebijakan pertamanya adalah menghapus hak-hak khusus para pejabat dan bangsawan kerajaan untuk mempertahankan tentara swasta. Hal ini bertujuan untuk menghalangi terjadinya pemberontakan berskala besar.
- Merevisi undang-undang pajak kepemilikan tanah. Kebijakan ini memungkinkan pendataan tanah yang kemudian menunjang pendapatan negara yang lebih besar.
Lee Bang Won juga membubarkan Majelis Dopyeong yang merupakan dewan administrasi dari pemerintahan lama yang memegang monopoli kekuasaan istana. Pasalnya, dewan itu menjadi salah satu penyebab merosotnya Dinasti Goryeo yang akhirnya runtuh. Sebagai gantinya, ia membentuk Uijeongbu (Dewan Negara Joseon) di sisi raja dan istana untuk permasalahan ekonomi dan perpajakan.
Ia juga mengeluarkan dekrit yang menyatakan semua keputusan ada pada Uijeongbu dan persetujuan raja. Hal itu kemudian mengakhiri kebiasaan para menteri dan petinggi kerajaan untuk membuat keputusan tanpa persetujuan raja. Raja Lee Bang Won juga mendirikan Lembaga Sinmun, yang berfungsi sebagai pusat pengaduan apabila terjadi perselisihan dengan pemerintah.
Sejak itulah Dinasti Joseon menjadi besar. Apalagi setelah kerajaan ini menganut konfusius. Paham ini jadi sebuah ‘panduan’ berbagai aturan pada eranya dimana mereka percaya ajaran konfusius bisa menjaga perdamaian dan aturan.
Seni
Salah satu yang menonjol pada dinasti ini adalah seni. Padahal masyarakat Korea saat itu menyukai kesederhaan. Sebagai contoh, kebanyakan warga menyimpan gambar para petinggi. Gambar seperti ini lebih terkenal dari gambar pemandangan atau kehidupan sehari-hari. Karena mereka menganut konfusius, sehingga kultur budaya Cina sangat kental sekali baik dalam kehidupan sehari-hari maupun ritual keagamaan.
Salah satu contoh karya seni di masa dinasti Joseon adalah
- Lukisan Sin Sukju. Lukisan ini mengambarkan orang sedang duduk. Dari jubah dan topinya, ia terlihat seperti orang penting—sesuai dengan statusnya. Wajahnya datar yang memperlihatkan wibawanya dan fitur wajahnya tajam.
- Guci bulan. Warnanya putih melambangkan konfusius yang bersih, kesucian, rendah hati, dan bentuknya melambangkan kesuburan wanita. Pada zamannya, guci ini terkenal sekali.
- Kaligrafi Yun Baek-ha. Dulu kaligrafi itu seni tingkat tinggi. Salah satunya pelopornya adalah Yun-Sun dan anak didiknya Yi Kwang-sa. Salah satu karyanya berisi tentang bagaimana Agama Budha diterima walau ada ajaran ortodoks Konfusius.
- Pelukis Yi Che-Gwan. Dia seorang pelukis yang terkenal karena lukisannya punya sentuhan barat.
- Guci dengan gambar Macan dan Murai. Dulu guci seperti ini didesain seperti karakter pada legenda zaman dulu. Macan dan burung murai. Macan dianggap roh di gunung dan burung murai adalah hewan pembawa berita baik.
Penemuan
Selama periode Joseon, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Salah satu penemuannya adalah Angbuilgu atau jam matahari, yang ditemukan pada masa pemerintahan Raja Sejong (1418-1450) pada abad ke-15. Jam matahari ini digunakan untuk menceritakan 24 istilah musim matahari, serta menghitung jam dalam sehari dengan menggunakan garis dan kurva untuk menunjukkan waktu dengan batang tipis panjang di tengah.
Raja Sejong juga mengawasi penemuan alat pengukur hujan dan tanda air sebagai cara untuk mengukur dan mencatat curah hujan secara objektif.
Selain itu, Raja Sejong pula yang kemudian membuat alfabet Korea (hangeul) untuk menggantikan hanja atau aksara Cina tradisional, yang telah digunakan masyarakat Korea selama berabad-abad. Temuan lainnya adalah Chiljeongsan (tujuh komponen pengatur sistem kalender), Bagan Konstelasi, jam air, kerajinan tangan terutama keramik Joseon,dan ilmu kedokteran juga berkembang pesat.
Istana Kerajaan di Seoul
Istana Seoul adalah lambang tertinggi dinasti Joseon. Berdiri sejak tahun 1400an. Entah karena perang atau dimakan waktu, bangunan-bangunan ini sudah mengalami rekontruksi.
Kompleks Istana besar dan indah. Atapnya melengkung dengan khas gaya Korea. Di luarnya ada gerbang. Kompleks dalamnya berisi berbagai bagian kecil, baik untuk kantor administrasi atau ruangan privat.
Di dekatnya ada istana yang paling besar. Di bagian utara-selatannya ada tempat para majelis berkumpul. Ada aula untuk menyambut tamu.
Ada juga kebun, perpustakaan dan sebuah kolam kecil untuk keluarga kerajaan. Untuk sekarang, yang biasa dikunjungi adalah aula singgasananya.
Tempat Tinggal Cendekiawan
Salah satu ciri dari dinasti Joseon adalah rumah pengetahuan atau rumah cendekiawan. Di kompleks perumahan ini, pihak kerajaan menyediakan segala sesuatunya untuk para ilmuwan dan cendekiawan.
Mereka punya rumah dengan dinding kayu dan atap batu. Lantainya pun begitu.
Di rumah cendikiawan senior, ada teras kecil untuk menerima tamu. Isi ruang belajar mereka juga simpel, seperti Konfusius. Isinya buku dan alat tulis. Di ruangannya ada tembikar putih dan dinding lipat. Ada beberapa yang punya halaman kecil.
Untuk kamar wanita, ada berbagai alat menenun dan menjahit. Dapur untuk wanita yang jadi istri cendikiawan senior lebih besar.
Sembilan Awan Mimpi
Sembilan Awan Mimpi adalah sebuah kisah buatan Kim Man-jung. Karya ini adalah salah satu sastra paling penting di Korea.
Isinya tentang perjalanan seorang biksu muda. Ia kesulitan melakukan meditasi dan ingin hidup sebagai cendekiawan. Karakter biksu bernama Songjin sebenarnya punya peruntungan yang baik.
Suatu saat Songjin bermimpi. Di mimpinya itu ia berubah menjadi Soyu. Ia adalah seorang warga desa yang mengikuti tes untuk menjadi pegawai pemerintah. Ia ikut ujian, lolos dan akhirnya menjadi pegawai kerajaan. Saat tes ia bertemu dengan seorang wanita dan jatuh cinta.
Tak lama ia menjadi Komandan dan punya pasukan tentara. Selama kariernya, ia bisa membuktikan diri kalau ia dapat mengerjakan seluruh tanggung jawabnya dengan baik.
Seiring kesuksesannya berkembang, dia semakin memahami ajaran Budha. Setelah pensiun, ia menceritakan isi mimpinya kepada keluarganya saat berlibur. Lalu terbangunlah Songjin. Ia masih biksu muda yang terbawa mimpi. Isi dari buku ini mengajarkan moral baik dan wejangan tentang hidup.
Penulis: Deandra Alika Hefandia