MATA INDONESIA, MEXICO CITY – Udara siang yang lembab di Mexico City, 20 Agustus 1940. Saat itu Leon Trotsky sedang memberi makan ayam dan kelinci di pekarangan.
Seorang pegawai yang kemudian diketahui bernama Ramon Mercader mendatangi Leon Trotsky. Mereka berbincang dan kemudian sama-sama masuk ke ruang baca. Di dekat meja, posisi Ramon Jacson berada di kiri belakang Trotsky.
Tak lama kemudian, Ramon mengambil kapak-es dan menghantamnya dengan segenap tenaga ke arah Leon Trotsky. Ia sempat melawan. Alarm menyala. Trotsky tertatih-tatih keluar dari ruang baca. Wajahnya sudah berlumur darah. ”Lihat apa yang telah mereka lakukan padaku!” pekik Trotsky.
Para pengawal Trotsky langsung menangkap Ramon. Trotsky kemudian ditemukan terluka di ruang makan. Natalia Sadova, istri Trotsky, hanya menangis. Luka kepala Trotsky sekilas tampak tidak parah.”Saya terluka parah…,” kata Trotsky.
Sebelum pingsan karena kehabisan darah Trotsky sempat memberi perintah, “Beritahu anak-anak untuk jangan membunuhnya,” kata Trotsky. “Dia harus berbicara!”
Trosky pingsan. Setelah koma 24 jam, Trotsky meninggal. Ramon Mercader ternyata suruhan Stalin untuk membunuhnya.
Ahli Teori Marxis
Leon Trotsky, nama aslinya adalah Lev Davidovich Bronstein. Lahir pada 7 November 1879. Ia adalah ahli teori Marxis. Bersama dengan Lenin, dia adalah salah seorang pemimpin Revolusi Oktober 1917 yang menumbangkan kekuasaan Tsar Rusia.
Trotsky terlibat aktif di gerakan buruh semenjak berumur 18 tahun, ketika dia membantu mengorganisasi Serikat Buruh Rusia Selatan di Nikolayev pada awal tahun 1897. Tidak lama kemudian, pemerintah Rusia menangkap dia dan 200 anggota serikat buruh. Semuanya masuk penjara di Siberia. Pada tahun 1902, dia melarikan diri dari Siberia dan pindah ke London. Dia bertemu dengan Lenin. Mereka berdua menerbitkan koran Iskra.

Pada 1905, Trotsky menyelinap kembali ke Rusia dan aktif di bawah tanah. Lalu Revolusi 1905 meledak dan pemerintahan komunis Soviet yang pertama terbentuk di St Petersburg. Leon Trotsky terpilih menjadi presidennya. Revolusi ini menemui kegagalan. Pemerintahan Komunis St Petersburg bubar.
Revolusi Oktober
Dengan pecahnya Perang Dunia Pertama (PD I) pada tahun 1914, Trotsky bersama-sama dengan Lenin menentang keterlibatan Rusia. Perang Dunia Pertama ini menggoncang situasi politik di Rusia dan akhirnya mendorong Revolusi Februari 1917 yang menumbangkan Tsar. Setelah itu Revolusi Oktober 1917, membawa Lenin dan Trotsky ke tampuk kekuasaan. Trotsky duduk sebagai Presiden Soviet Petrograd dan juga pemimpin dari Komite Militer Revolusioner.
Setelah kemenangan Revolusi Oktober, Trotsky menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sampai tahun 1918. Lalu dia menjabat sebagai pemimpin Tentara Merah. Trotsky membangun Tentara Merah untuk melawan serangan dari para pendukung Tsar.
Dengan kereta apinya yang bergerak dengan cepat dari satu wilayah ke wilayah lain, Trotsky memadamkan pemberontakan. Kiprahnya di Tentara Merah dalam perang sipil (1918-1922) cukup dominan. Sampai akhirnya mereka berhasil mengalahkan pasukan Tsar. Sejak itu nama Trotsky pun populer. Ia menjadi tangan kanan Lenin saat memimpin Uni Sovyet.
Kudeta Stalin
Saat Lenin sakit keras, banyak kalangan meramalkan Leon Trotsky akan mengambil alih kekuasaan. Namun setelah kematian Lenin pada 1924, Stalin justru mengambil alih. Akibatnya Trotsky tersingkit. Beserta pendukungnya ia membentuk kelompok Oposisi melawan Stalin.
Stalin bertindak keras. Ia memerintahkan pemecatan semua pendukung Trotsky dari Partai Komunis. Stalin memenjarakan dan mengasingkan ribuan orang ke Siberia. Ia juga mengasingkan Leon Trotsky ke Alma Ata pada tahun 1928, dan lalu mengusirnya dari Uni Soviet.
Dari tempat pengasingannya di Turki (1929-1934) dan Meksiko (1934-1940), Leon Trotsky meluncurkan perlawanan kepada Stalin. Dari tempat pengasingannya, Trotsky mengorganisir kelompok Oposisi Internasional yang menyatukan semua pendukung-pendukungnya di seluruh dunia.
Pada tahun 1936, Pengadilan Moskow mengadili ‘kejahatan Trotskisme’. Ribuan orang dinyatakan bersalah atas dosa ‘Trotskisme’ dan dieksekusi. Leon Trotsky diadili in absentia dan dinyatakan bersalah. Akan tetapi, Trotsky tidak luput dari eksekusi ini, karena pada tahun 1940 dia dibunuh di Meksiko.
Saat mau dimakamkan, rakyat Meksiko memadati iring-iringan jenazah Leon Trotsky sepanjang 13 kilometer. Kaum komunis di Amerika meminta pemakaman Trotsky di New York. Amerika Serikat menolak permintaan itu dan akhirnya jenazah dikramasi. Abunya kini berada di rumah terakhirnya yang sekarang menjadi museum.
Reporter : Firda Padila