MATA INDONESIA, JAKARTA – Di balik kepopuleran Albert Enstein, ternyata ada seorang yang sangat berjasa dan bisa dikatakan ikut andil dalam penemuan-penemuannya yang mendunia. Namun sosok itu seperti tidak diakui bahkan harus mengalami nasib malang hingga akhir hayatnya.
Siapakah sosok tersebut? Dia lah Mileva Maric, wanita keturunan Serbia yang merupakan istri pertama Einstein.
Mileva dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas, bahkan melebihi Einstein. Diketahui bahwa Einstein awalnya sangat mencintai Mileva, bahkan sebelum menikah ia pernah menulis surat untuk istrinya yang berisi, “Aku selalu merasa kesepian di sisi orang lain kecuali kamu.”
Namun ternyata itu tak berlangsung lama. Dilansir dari kompasiana.com, semuanya berawal ketika Einstein dan Mileva menimba ilmu di Politeknik Federal Swiss di Zurich pada tahun 1896.
Pada masa itu, Mileva adalah satu-satunya perempuan yang bisa belajar di tempat tersebut karena kecerdasan di atas rata-rata, terlebih untuk wanita pada masanya.
Di tengah keterbatasan karena kakinya yang tidak sempurna, Mileva menempuh pendidikannya penuh perjuangan. Dia juga harus bersabar menghadapi berbagai jenis hinaan teman-temannya dan juga prasangka serta ketidakyakinan para pengajarnya.
Maka, Mileva tak pernah mengeluh dan selalu gigih untuk mempertahankan cita-citanya. Tekad untuk menguasai fisika dan matematika-lah yang membuatnya masuk politeknik, bukan karena ingin memperbanyak teman atau menyenangkan orang lain.
Ia juga berusaha mengingat fakta sederhana itu saat menguatkan diri menghadap dosen dan teman-temannya yang selalu merendahkannya.
Tekad serta kemampuan yang tinggi pada ilmu fisika dan matematika itu mampu merubah paradigma dosen dan teman-temannya, bahwa ketidaksempurnaan fisik bukan menjadi penghalang untuk tetap bersinar.
Einstein menjadi orang pertama yang sangat kagum akan kecerdasan Mileva sampai akhirnya mereka menjadi dekat hingga lama-kelamaan hubungan yang hanya sekadar teman berubah menjadi sepasang kekasih.
Sayangnya hubungan keduanya ditentang ibunda Einstein yang berujung pada kesalahan fatal dan merengggut masa depan Mileva.
Mileva hamil, ia harus berhenti dari kuliahnya dan gagal memperoleh gelar akademis. Namun, Einstein terus melanjutkan kuliah.
Hal itu membuat Mileva sangat terpukul, ia juga sangat depresi. Mileva diketahui harus melahirkan sendiri dan kabarnya anak yang dilahirkan tidak jelas keberadaanya hingga dia dan Einstein meninggal dunia.
Diduga anak itu langsung diadopsi sebuah keluarga. Sempat berpisah, akhirnya Einstein dan Mileva menikah pada tahun 1903. Di awal pernikahan hubungan mereka sangat harmonis, Mileva selalu membaca buku-buku dan memberikan ide gagasan kepada Einstein untuk menciptakan penemuan-penemuan baru.
Mereka selalu mengerjakan penelitian bersama-sama, Mileva bahkan senantiasa selalu membantu Einstein untuk menyelesaikan makalah penelitiannya.
Hal manis itu tak berlangsung lama. Saat anak kedua mereka lahir, sikap Enstein mulai berubah dan sama sekali tidak menunjukan sosok suami dan ayah yang baik.
Saat di rumah, sikapnya berbanding terbalik dengan di tempat kerjanya. Ia menunjukkan sikap tempramentalnya.
Selain itu Einstein terus menggagalkan impian Mileva menjadi pasangan yang sama-sama menyintai sains dengan menciptakan karya bersama. Einstein terbukti selalu menghapus nama Mileva pada karyanya saat dikirim ke beberapa penerbit makalah jurnal ilmiah di luar pengetahuan istrinya.
Einstein melakukannya dengan cara membuat Mileva sibuk dengan pekerjaan rumah dan melayaninya dengan tugas-tugas domestik selama pernikahan.
Padahal, di tengah kacaunya hubungan rumah tangga, Mileva justru mendapat ide yang sangat cemerlang. Ia memberikan gagasan kepada Einstein lalu membantunya membuat makalah penelitian secara bersama-sama untuk kemudian dikirimkan ke jurnal ilmiah Annalen der Physik dengan dua nama sebagai penulisnya, yaitu Albert Einstein dan Mileva Maric, itulah epistimologi lahirnya teori relativitas khusus.
Tapi ia sangat kecewa kepada suaminya ketika jurnal itu terbit namanya tidak dihapus dengan alasan Mileva tidak memiliki gelar akademis. Penerbit jurnal itu menyetujui usul Einstein menghapus nama Mileva.
Hubungan keduanya memburuk ketika mengetahui perselingkuhan Einsten dengan sepupunya sendiri yaitu Elsa Lowenthal. Sikap Einstein juga semakin aneh, ia membuat aturan-aturan untuk Mileva.
Aturan itu mulai dari menyediakan makan spagheti tiga kali sehari dengan kadar kalori dan waktu yang tepat, berhenti bicara ketika Einstein menginginkan sehingga Mileva tidak bisa “protes” sedikitpun jika sikap Einstein salah, hingga tidak boleh mengharapkan hubungan suami-istri dari Einstein.
Awalnya Mileva tetap mengikuti aturan tersebut, bahkan ia tak sedikitpun memiliki rasa dendam pada Eisntein, namun setiap manusia pasti punya batas kesabarannya. Pada tahun 1919 Einsten dan Mileva resmi bercerai.
Mileva juga sempat mengungkapkan kekecewaannya pada Einsten dalam sebuah surat yang tertulis “Dia hidup hanya untuk ilmu. Kami tidak penting baginya, dan ditempatkan di peringkat kedua.”
Dari kejadian tersebut, banyak spekulasi bermunculan bahwa Einstein merupakan seorang Misoginis. Ia tidak suka jika Mileva berada di atasnya apalagi lebih pintar darinya. (Dhelana Unggul Parastri)