Kisah Lukisan Yesus yang Jadi Meme di Seluruh Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, MADRID – Lukisan Yesus Kristus karya seniman Elias García Martínez rusak karena usia. Seorang warga asal Spanyol Cecilia Giminez mencoba memperbaikinya. Ternyata hasil perbaikan ini malah lebih buruk dari aslinya. Tak heran, lukisan perbaikan ini menjadi meme di seluruh dunia.

Semua berawal pada 7 Agustus 2012. Sebuah unggahan di blog yang isinya mengupas kebudayaan Borja, sebuah kota kecil di Spanyol berpenduduk 5.000 orang.

Unggahan itu menyebutkan sebuah lukisan Ecce Homo fresco, yaitu potret Yesus Kristus karya Elias García Martínez yang terpasang di dinding gereja Sanctuary of Mercy, telah berubah secara misterius.

Hanya dalam waktu yang singkat kabar ini menyebar dengan cepat. Orang-orang berkunjung ke gereja itu untuk menyaksikan sebuah lukisan yang berubah. Pemerintah dan Gereja pun akhirnya turun tangan dan mulai menyelidiki kenapa lukisan yang rusak itu tiba-tiba berubah.

Cecillia Gimanez
Cecillia Gimanez

Barulah melalui penyelidikan pihak gereja, muncul nama Cecilia Gimenez. Ia sebenarnya seorang paroki berusia 81 tahun. Tak ada yang menyangka Cecilia memperbaiki sebuah lukisan antik yang sebenarnya merupakan warisan tua gereja. Cecilia tak berniat buruk mengubah lukisan itu. Ia juga tidak pandai melukis. Ia hanya gerah saja melihat lukisan Yesus yang rusak.

Meme dan Ejekan

Sejak itu, lukisan ini menjadi bahan ejekan dimana-mana. Dan muncul di media sosial. Bahkan, seluruh dunia memberitakan perubahan lukisan itu. Beberapa tayangan komedi menjadikan lukisan itu sebagai bahan ejekan.

Cecilia sampai depresi melihat respons yang cukup besar terhadap dirinya. Ia pun terancam hukuman pidana atas tindakannya sebagai “vandalisme”.

Namun tidak lama kemudian, semangatnya kembali pulih begitu menyadari bahwa karyanya telah tersebar di seluruh dunia. Perlahan, cemoohan terhadapnya berbalik menjadi apresiasi.

Hasil lukisan Cecilia ini bahkan muncul di gantungan kunci, t-shirt dan magnet kulkas.  Karya itu juga menginspirasi sebuah opera di Amerika Serikat karya Andrew Flack pada 2015.

Sepuluh tahun sejak skandal Ecce Homo itu, Borja masih menjadi kota yang merayakan kisah itu tanpa malu-malu.

Cecilia, yang telah berusia 91 tahun, kini tinggal di sebuah panti jompo. ”Kesehatannya memburuk, tapi dia masih ingat dengan fenomena itu,” kata Wali Kota Borja, Eduardo Arilla Pablo.

Pablo bahkan mengatakan bahwa Borja akan menggelar acara penghargaan untuk Cecilia dan Martinez pada 10 September 2022 mendatang.

Bagaimana pun, Cecilia telah membuat Borja terkenal di berbagai negara. Kota yang berlokasi di timur laut Aragon dan berjarak sekitar 300 kilometer dari Madrir itu juga telah diuntungkan oleh fenomena tersebut.

“Kami dikunjungi wisatawan dari 110 negara,“ kata Pablo.

Turis berdatangan ke Borja untuk menyaksikan langsung lukisan yang terpasang di gereja tersebut. Pada tahun pertama setelah fenomena ini terjadi, kunjungan wisata ke Borja melonjak menjadi 40.000 wisatawan.

”Saat ini kunjungannya berkisar antara 10.000 sampai 11.000 pengunjung per tahun untuk menyaksikan langsung apa yang mereka kenal secara online,” ujar Pablo, tergelak.

Reproduksi

Lukisan karya Garcia Martinez (1858-1934) merupakan reproduksi dari karya Ecce Homo lainnya. Ecce Homo, yang merupakan bahasa Latin, berarti “Lihatlah Manusia”.

Ecce Homo merupakan tema yang umum dalam karya-karya seni di Eropa pada abat ke-15 hingga ke-17. Karya-karya seni itu mengacu pada kalimat yang diucapkan Gubernur Yerusalem Pontius Pilates ketika Yesus Kritus dihadapkan kepada orang banyak di Yerusalem.

Martinez merupakan seorang profesor di Sekolah Seni Rupa di Zaragoza. Ia adalah orang terpandang dan berasal dari keluarga seniman. Keluarga Martinez biasanya menghabiskan musim panas di Borja, itu lah yang membuatnya melukis di dalam gereja itu pada 1930.

Tetapi, surat kabar ternama di Spanyol, El País, menyebut lukisan asli karya Martinez itu “bernilai artistik kecil”. Lukisan itu bahkan tidak masuk ke dalam katalog karya seni di Aragon.

Muncul perdebatan apakah hasil karya Cecilia bisa masuk kategori sebagai seni atau tidak. Peneliti dari AS Nathalia Lavigne memuji Cecilia karena menciptakan “sesuatu yang berbeda dengan dampak yang jauh lebih besar dari lukisan aslinya”.

“Gambar itu menembus budaya visual kontemporer karena memenuhi karakter sebuah meme: kasual, amatir, dan sedikit anarkis. Dia (Cecilia) tidak berniat mencapai titik itu,” kata Lavigne.

Selama “rehabilitasi” atas karya Cecilia, para penggemar tak terduga bermunculan membelanya.

Sutradara asal Spanyol, Alex de la Iglesia memuji karya Cecilia ini.  Melalui akun Twitter-nya, Alex menyebut karya Cecilia seperti ”ikon atas cara kita memandang dunia.

Kritikus seni asal AS, Bem Davis bahkan menyebut hasil “restorasi” Cecilia itu sebagai satu dari 100 karya yang mendefinisikan era 2010-an. Davis malah menyebutnya sebagai “mahakarya surealisme yang tidak sengaja.

Rob Horning, editor sebuah majalah teknologi, menulis bahwa meme yang bermunculan “memberi kesempatan untuk menyindir kesalehan sekaligus seni agama yang semu”.

Horning juga mengamati bahwa meningkatnya kunjungan wisatawan ke Borja memperlihatkan hubungan yang unik antara dunia di luar dengan di dalam jejaring internet. Horning mengamati bahwa peningkatan kunjungan wisatawan ke Borja juga menunjukkan hubungan yang aneh antara dunia offline dan dunia online. ”Padahal meme nya banyak bertebaran. Namun orang-orang ingin berkunjung dan melihat langsung lukisan ini,” katanya.

Sekarang ini Cecilia mendapatkan 49% dari hak cipta atas gambar lukisan Ece Homo versinya, yang secara rutin dia sumbangkan untuk pasien penderita penyakit otot degeneratif yang merenggut nyawa salah satu putranya.

BBC/Penulis: Alya 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini