Keluar dari Jurusan Arsitektur, Orhan Pamuk Memilih Jadi Penulis

Baca Juga

MATA INDONESIA, ISTANBUL – Bagi para penggemar karya sastra tentu tak asing lagi dengan sosok Orhan Pamuk. Ia merupakan penulis asal Turki yang meraih Nobel Sastra 2006 saat usianya menginjak 52 tahun.

Orhan Pamuk telah menerbitkan puluhan novel serta beberapa karya nonfiksi dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk Indonesia. Di Indonesia, novel yang cukup populer diantaranya adalah Istanbul, The New Life, Snow, The White Castle.

Orhan Pamuk lahir di Istanbul, Turki pada 7 Juni 1952. Banyak kritikus sastra yang menjuluki Orhan sebagai penulis sastra pasca-modernis. Di Turki, Orhan sangat dihormati dan populer. Sebagai salah seorang novelis Eurasia paling terkemuka, karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Ia telah mendapatkan banyak penghargaan di dalam negeri maupun internasional.

Orhan Pamuk dilahirkan di lingkungan keluarga berada. Ayahnya adalah CEO pertama IBM Turki. Ia belajar di Sekolah Menengah Umum Amerika Robert College di Istanbul. Kemudian ia mengambil program arsitektur di Universitas Teknik Istanbul. Ia memilih berhenti kuliah setelah tiga tahun dan menjadi seorang penulis penuh waktu.

Orhan kemudian kuliah di Institut Jurnalisme di Universitas Istanbul pada 1977. Setelah itu Pamuk kuliah lagi di Universitas Columbia di New York City dari 1985 hingga 1988. Dan ia sempat pun menjadi mahasiswa di Universitas Iowa.

Tahun 1988, Orhan Pamuk kembali ke Istanbul dan menikah dengan Aylin Turegen. Sayangnya mereka bercerai pada 2001 dan mempunyai seorang anak perempuan, Rüya.

Sebelum menjadi penulis, Orhan sempat bimbang dengan pilihan kariernya. Ia tumbuh besar di wilayah Nianta, distrik Istanbul yang kaya dan kebarat-baratan. Awalnya Orhan menganggap dirinya sebagai pelukis, ia belum yakin kemampuannya sebagai penulis.

Meskipun Orhan Pamuk ingin menjadi seorang seniman, dia belajar di konservatori setelah lulus dari Robert College. Sebagai gantinya, ia justru ada di Departemen Arsitektur di Istanbul Technical University (T). Kuliah di bidang arsitektur dilakukan Orhan karena terpaksa menuruti keinginan keluarga.

Minat menulis dirasakan Orhan saat kuliah Arsitektur. Ia memilih meninggalkan sekolah itu dan pindah ke Institut Jurnalisme di Istanbul. Pilihannya tampaknya bergantung pada kenyataan bahwa dia menyerah dalam bidang melukis dan mulai menulis.

Pekerja Keras

Orhan Pamuk dikenal sebagai orang yang sangat gigih. Dia cepat mengambil keputusan dan bekerja untuk mencapai tujuannya. Bertekad untuk menjadi seorang novelis, ia bekerja selama lima tahun untuk menyelesaikan karyanya, Cevdet Bey ve Oullar (Cevdet Bey and Sons).

Padahal, judul awal buku itu adalah Karanlk ve Ik (Kegelapan dan Terang). Orhan Pamuk dinobatkan sebagai co-pemenang Penghargaan Kontes Novel Milliyet Press pada tahun 1979. Meskipun menang, ia tidak bisa menerbitkan bukunya tersebut.

Kemudian Orhan Pamuk menulis ulang dan mengubah judulnya sebelum dia memenangkan hadiah yang lebih signifikan, Hadiah Novel Orhan Kemal pada tahun 1983. Nama Orhan Kemal menyiratkan realisme dalam sastra,

Dua karya pertama Orhan Pamuk, Cevdet Bey ve Oullar dan Sessiz Ev merupakan aliran realistis. Novel Cevdet Bey ve Oullar adalah sejarah terperinci dari keluarga pedagang.

Orhan Pamuk memenangkan sejumlah penghargaan termasuk novel keduanya yang terbit tahun 1984 Sessiz Ev (Rumah yang Sunyi) dan Prix de la Découverte Européenne 1991. Novel historisnya, Beyaz Kale (Kastil Putih), terbit dalam bahasa Turki pada 1985 memenangkan Penghargaan Independen untuk Fiksi Asing 1990. Karya-karyanya diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan perlahan-lahan nama dia dikenal di luar Turki.

Tahun 2016, Orhan Pamuk dianugerahi Nobel Sastra karena karya-karyanya. Dalam sejarah kesusastraan Turki, Orhan Pamuk menjadi penulis Turki pertama yang berhasil meraih nobel kesusastraan.  Salah satu karya fenomenalnya, “My Name Is Red” menyabet penghargaan internasional untuk kategori novel terbaik di Jerman dan Irlandia.

Nama besar Orhan Pamuk tidak sebanding dengan sikap Pemerintah Turki kepadanya. Pada 2005, pemerintah Turki mengenakan tuduhan kriminal terhadap Orhan Pamuk setelah ia membuat pernyataan-pernyataan mengenai pembunuhan lebih dari 1 juta orang Armenia dan 30.000 orang Kurdi di Anatolia.  Tuduhan terhadapnya akhirnya dibatalkan pada 22 Januari 2006.

Bagi sebagian orang di Turki, Orhan Pamuk dicap sebagai orang yang sering menyerang negaranya sendiri. Orhan dianggap tidak nasionalis dan hanya bisa memberikan komentar-komentar untuk popularitas dia di luar. Ia dicap sebagai orang yang hanya mencari sensasional supaya mendapat perhatian dari dunia internasional.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Ketersediaan Pangan dan Harga Terjangkau Salah Satu Indikator Kesuksesan Libur Nataru

Jakarta – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengatakan pihaknya telah memastikan ketersediaan pangan pokok strategis serta...
- Advertisement -

Baca berita yang ini