MINEWS.ID, JAKARTA – Lagu Bohemian Rhapsody tiba-tiba ramai diperdengarkan lagi setelah film biopic dengan judul yang sama box office di berbagai penjuru dunia akhir tahun lalu. Bagi Kamu, anak milenial, yang baru pertama kali mendengarnya memang akan disuguhkan dengan permainan musik kelas satu, tetapi setelah membaca liriknya pasti bingung terutama ada kata ‘Bismillah’ dicantumkan di refrainnya.
Gak perlu bingung, ternyata sejak lagu itu dirilis tahun 1975 pun para kritikus musik tidak bisa menerjemahkannya dengan pasti.
Mereka hanya menduga-duga dan mengaitkan dengan latar belakang Faroukh Bulsara kelahiran Tanzania 5 September 1946 itu. Ya, Faroukh adalah nama asli Freddie Mercury yang menganut Zoroaster, agama nenek moyangnya dari Persia.
Hal yang paling menarik para kritikus musik adalah penggalan lirik refrain yang berbunyi: “Bismillah! We will not let you go. (Let him go!) Bismillah! We will not let you go…. Beelzebub has a devil put aside for me, for me, for me…. Gallileo, Gallileo, Gallileo, Gallileo Gallileo figaro-Magnifico.”
Sedangkan kata yang paling menarik penggemar Queen, band yang dibesarkan Freddy bersama Brian May dan kawan-kawan, apalagi kritikus musik dan penikmat musik Indonesia adalah “Bismillah.”
Karena kesulitan memahami maksud Freddie saat menuliskan lagu itu, banyak orang kemudian mengaitkannya dengan latar belakang kehidupan Freddie.
Meski keturunan Persia, namun Freddie kecil tidak lahir di negara para mulah tersebut. Dia lebih banyak menghabiskan hidupnya di India. Karena ada pembantaian orang Arab dan India, ia bersama kedua orang tuanya, Bomi dan Jer Bulsara, serta adik perempuan, Kashmira, menjadi imigran di Inggris.
Masa kecilnya dihabiskan di India, mulai mempelajari piano pada usia tujuh tahun. Pada tahun 1954, di usia delapan tahun dia dikirim belajar di St. Peter School. Pada usia 12, Freddie membentuk band sekolah bernama The Hectics, dan menyanyikan ulang lagu rock and roll karya Cliff Richard dan Little Richard.
Freddie yang saat itu masih menggunakan nama Faroukh ternyata seorang jenius di bidang musik yang kemampuannya di atas rata-rata anak seusianya. Setiap selesai mendengarkan musik di radio, dia bisa langsung memainkannya menggunakan piano.
Entah kenapa, salah satu temannya saat itu sering memanggil Faroukh dengan sebutan “Freddieâ€. Itu lah yang menjadikannya dasar membuat nama panggung Freddie Mercury pada 1964.
Berdasarkan latar belakangnya itulah, Bohemian Rhapsody disebut sebagai tempat Freddie meletakkan jejak kegelisahan atas jalan hidup yang ditempuhnya. Namun dituangkan secara filosofis yang sulit diterjemahkan dan memunculkan berbagai macam pemahaman. Sedangkan Queen sendiri membiarkan publik untuk menerjemahkannya.
Maka, para kritikus tidak mau menerjemahkan kata ‘Bismillah’ yang digunakan pada lagu itu seperti kata aslinya, ‘Dengan menyebut nama Allah.” Sebab setelah kata sakral bagi umat Islam itu, Freddie menyantumkan kata beelzebub yang menggambarkan setan.
Jadi, kata itu kemudian diasosiasikan dengan kehidupan Freddie yang sering bersinggungan dengan Muslim. Dia mungkin tahu kata itu mengandung kebaikan, tetapi tidak tahu makna i persisnya.
Apalagi setelah itu ada kata galileo, magnifico dan fandanggo yang sangat sulit dipahami jika dijadikan satu.
Akhirnya banyak orang menerjemahkan Bohemian Rhapsody sebagai ritual dari kepercayaan pagan majusi yang dianut Freddie Mercury alias Faroukh Bulsara.
Dalam agama Majusi ada dua buah Tuhan yang diyakini, yaitu Tuhan Kebaikan dan Tuhan Keburukan. Kedua Tuhan itu dipercaya selalu bertarung untuk menentukan hidup seseorang.
Namun, sejak lagu itu tercipta Queen memang sengaja tidak ingin membuka luas maknanya. Mereka memang ingin tetap menjadikannya sebagai misteri yang terus hidup meski Freddie sudah pergi.
Baca Juga
Bismillah kata biasa di Yahudi juga ada