Jules Verne, Lulusan Sarjana Hukum yang Menulis Fiksi Ilmiah

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Pada tahun 1850 an Tak pernah terpikirkan bahwa suatu saat manusia akan bisa mendatangi Bulan. Atau menyelam dengan sebuah kapal selam ke dalam dasar lautan. Dan menuju pusat bumi yang di dalamnya ternyata ada kehidupan. Semua khayalan di masa itu ditulis dalam sebuah novel oleh seorang lulusan sarjana Hukum, Jules Verne.

Penulis asal Prancis ini layak mendapat gelar bapak fiksi ilmiah. Jules Verne tak hanya menulis fiksi ilmiah, ia juga menulis banyak drama, esai, buku nonfiksi, dan cerita pendek.

Lahir pada tahun 1828 di Nantes, Prancis, Jules Verne berasal dari keluarga pengacara terpandang. Ayah Jules Verne ingin ia meneruskan jejaknya menjadi pengacara. Verne terpaksa kuliah hukum. Meski selama ia kuliah, ia malah rajin menulis cerita-cerita fiksi dan drama. Sejak remaja Jules Verne tertarik di bidang seni teater. Ia bahkan pernah menuliskan puisi-pusi romantis saat naksir kepada perempuan

Saking cintanya dengan menulis, setelah lulus kuliah Jules Verne menolak tawaran ayahnya untuk membuka kantor praktek hukum di tempat kelahirannya, Nantes. Ia bertekad besar untuk melanjutkan kariernya sebagai penulis. Namun, perjalanannya dalam meniti karir sebagai penulis tidaklah mudah.

Jauh sebelum sukses, Jules Verne pernah menjadi broker untuk pasar saham Paris. Hal ini karena ia menikah dan memenuhi kebutuhan perekonomiannya. Ia pernah bekerja di Theater Lyrique sebagai penulis cerpen dan esai ilmiah. Tulisannya memang berkaitan dengan penemuan-penemuan baru dan fakta ilmiah. Selain menulis cerpen, ia juga menulis skenario untuk pertunjukan teater.

Ceritanya yang sukses besar adalah “Five Weeks in a Balloon” pada tahun 1863. Cerita ini menarik perhatian penerbit terkenal, Pierre Jules Hetzel. Akhirnya Jules Verne mendapat kontrak untuk menulis novel-novelnya di penerbit ini termasuk secara berseri  di majalah. Tulisan-tulisan Jules Verne ternyata mendapat sambutan. Malah saat menjadi novel menjadi best seller. Ia menulis cerita-cerita ilmiah dalam sebuah serial bernama ‘Perjalanan Luar Biasa’.

Jules Verne pun kaya raya karena keberhasilan novelnya itu. Ia pun memutuskan pensiun dari broker dan fokus pada penulisan.

Selama 40 tahun Jules menjadi penulis, ia telah menghasilkan lebih dari 60 karya fiksi ilmiah. Beberapa karyanya yang sangat terkenal adalah Five Weeks in a Balloon (1863), Journey to the Center of Earth (1864), From Earth to the Moon (1865), Twenty Thousand Leagues Under the Sea (1870), dan Around the World in Eighty Days (1873).

Meskipun Jules bukan penulis fiksi ilmiah yang pertama, ia adalah salah satu yang berpengaruh. Banyak novelnya yang diproduksi menjadi film, serial televisi, acara radio, animasi kartun, dan novel grafis.

Beberapa judul Verne yang paling terkenal meliputi:

Five Weeks in a Balloon  (1863):  

Balon udara telah ada selama hampir satu abad ketika novel ini terbit. Tapi tokoh utama di novel ini Dr Fergusson, mengembangkan perangkat yang memungkinkan balon ini dengan mudah mengubah ketinggiannya tanpa bergantung pada pemberat. Fergusson dan teman-temannya melintasi benua Afrika dengan balon, bertemu dengan hewan liar dan suku kanibal di sepanjang jalan.

Journey to the Center of the Earth (1864) 

Karakter dalam novel ketiga ini tidak benar-benar pergi ke pusat bumi yang sebenarnya. Mereka melakukan perjalanan ke seluruh Eropa melalui serangkaian gua bawah tanah, danau, dan sungai.

Dunia bawah tanah ciptaan Jules Verne diterangi oleh gas hijau bercahaya. Petualangan tersebut menghadapi segala sesuatu. Mulai dari pterosaurus, kawanan mastodon hingga manusia setinggi dua belas kaki. Perjalanan ke Pusat Bumi  adalah salah satu karya Verne yang paling sensasional dan paling tidak masuk akal. Tetapi karena alasan itu, menjadi salah satu karyanya yang paling populer.

From the Earth to the Moon (1865)

Dalam novel keempatnya, Verne membayangkan sekelompok petualang membangun meriam yang sangat besar. Sehingga dapat menembakkan kapsul berbentuk peluru dengan tiga penghuni ke bulan. Tak ada penjelasan ilmiah bagaimana ketiga orang ini bisa terbang ke atas dan berhasil menembus atmosfer. Namun, dalam dunia fiksi Verne, karakter utama tidak berhasil mendarat di bulan, tetapi mengorbitnya. Kisah mereka berlanjut di sekuel novel, Around the Moon  (1870).

Twenty Thousand Leagues Under the Sea (1870):

Ketika Jules Verne menulis novel keenamnya, kapal selam itu kasar, kecil, dan sangat berbahaya. Dengan Kapten Nemo dan kapal selamnya Nautilus, Verne membayangkan sebuah kendaraan ajaib yang mampu mengelilingi dunia di bawah air. Novel favorit Verne ini membawa para pembacanya ke bagian terdalam lautan dan memberi mereka gambaran sekilas tentang hewan dan tumbuhan yang aneh di dasar laut. Novel ini juga memprediksi kapal selam nuklir yang mengelilingi dunia pada abad ke-20.

Around the World in Eighty Days (1873):

Sementara sebagian besar novel Jules Verne mendorong sains jauh melampaui abad kesembilan belas. Around the World in Eighty Days menghadirkan perlombaan di seluruh dunia yang, pada kenyataannya, memungkinkan.

Penyelesaian Jalur Kereta Transkontinental Pertama, pembukaan Terusan Suez dan pengembangan kapal uap besar dengan lambung besi. Novel ini tentu saja memasukkan unsur petualangan.

Inspirasi

  • Kapal selam nuklir pertama, USS Nautilus, namanya sesuai nama kapal selam Kapten Nemo di Twenty Thousand Leagues Under the Sea.
  • Hanya beberapa tahun setelah penerbitan  Around the World in Eight Days,  dua wanita berhasil berlomba keliling dunia. Nellie Bly memenangkan perlombaan melawan Elizabeth Bisland. Ia menyelesaikan perjalanan dalam 72 hari, 6 jam, dan 11 menit.
  • Astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional mengelilingi dunia dalam 92 menit. Verne’s From the Earth to the Moon menyajikan Florida sebagai tempat paling logis untuk meluncurkan kendaraan ke luar angkasa. Terbukti, NASA meluncurkan roket pertama dari Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida.

Reporter: Dinda Nurshinta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Ketua Generasi Garuda Sakti Papua Apresiasi Komitmen Presiden Prabowo dalam Membangun Papua

Papua - Komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam membangun Papua terusmendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Absalom Kreway Yarisetouw, Ketua Generasi Garuda Sakti Indonesia Provinsi Papua. Menurutnya, kunjungan perdana Presiden Prabowo ke Merauke, Papua Selatan, beberapa waktu lalu adalah bukti nyata keseriusan Pemerintah dalam memajukanwilayah Papua. Presiden Prabowo Subianto memilih Merauke sebagai lokasi kunjungan pertamasebagai presiden untuk menegaskan komitmennya terhadap ketahanan panganIndonesia. Di Merauke, Pemerintah tengah mengembangkan kawasan tersebutmenjadi pusat lumbung pangan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhanpangan di Papua serta daerah lainnya. Dalam kunjungannya, Presiden Prabowo juga meninjau langsung proses tanam dan panen padi, serta memantaupengembangan program swasembada pangan nasional yang berfokus pada pertanian berkelanjutan. Absalom Kreway Yarisetouw mengungkapkan, kunjungan tersebut menunjukkankomitmen Presiden Prabowo dalam memperhatikan sektor pertanian di Papua. "Saya sangat mengapresiasi langkah konkret Presiden Prabowo yang langsungterjun ke lapangan untuk bertemu dengan petani di Merauke. Selain itu, pemilihanMerauke sebagai pusat lumbung pangan adalah langkah strategis yang dapatmembawa dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakatPapua," ujar Absalom. Lebih lanjut,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini