Jon Koum, dari Gelandangan hingga Ciptakan WhatsApp

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Siapa yang tidak menggunakan WhatsApp dalam berbagi pesan? Pengguna WhatsApp hingga saat ini mencapai 1,5 miliar orang di seluruh dunia. Jumlah ini sangat fantastis tidak pernah dibayangkan penciptanya, Jon Koum.

Jon Koum kecil hidup di lingkungan keluarga miskin. Saking miskinnya kehidupan masa kecilnya ketika itu makan dengan mengandalkan jatah makanan gratis dari pemerintah untuk para tunawisma atau gelandangan.

Jon Koum juga pernah menjadi tukang sapu hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari ketika baru pindah ke Amerika Serikat. Ia merupakan keturunan Yahudi, memilih pindah dari Ukraina karena gejolak politik dari gerakan anti Yahudi.

Ia juga terkadang tidur di tempat umum hanya beralaskan tanah dan beratapkan langit. Untuk menyambung hidup, ia sering melakoni berbagai macam pekerjaan walaupun akhirnya tetap berada dalam serba kekurangan.

Kebangkitan bagi hidupnya dimulai karena bermodalkan kemampuan bahasa Inggrisnya. Ia diterima masuk ke salah satu sekolah di Amerika Serikat. Kemampuannya mulai terlihat dengan menggeluti dunia pemrograman komputer. Tidak hanya di sekolah, ia mendalami dan belajar komputer secara otodidak sampai membuat dirinya bergabung dengan grup hacker yang dikenal dengan nama ‘w00w00’ saat sekolah.

Lulus dari sekolah, ia melanjutkan studinya ke San Jose University. Sembari bekerja sebagai penguji sistem keamanan komputer di Ernst & Young untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pada tahun 1997, ia bertemu seorang pegawai Yahoo Brian Acton. Berbekal kemampuan mengenai komputer dan jaringan yang Jan miliki, Brian Acton menawarkan pria kelahiran 24 Februari  1976  itu bekerja di Yahoo.

Jan Koum menyaksikan jatuh bangun Yahoo selama bekerja di sana. Ia ditugaskan sebagai programer dan menangani berbagai proyek periklanan di Yahoo. Kala itu, Jan memutuskan untuk drop out dari kampusnya agar bisa fokus pada pekerjaan.

Tujuh tahun bekerja di Yahoo, Jan Koum dan Brian Acton memutuskan untuk mundur dari pekerjaan. Mereka berdua mencoba melamar di Facebook meskipun akhirnya tidak diterima.

Dari sinilah ia mulai membuat aplikasi yang sekarang dikenal dengan WhatsApp. Ide besar menciptakan aplikasi muncul karena dirinya melihat potensi dari aplikasi app store di iphone. Ia ingin menciptakan aplikasi yang dapat menampilkan status pada kontak telepon di iphone.

Jan Koum berkenalan dan menceritakan ide besarnya kepada developer aplikasi iphone, Igor Solomennikov. Dari pertemuan inilah ia berhasil mewujudkan ide dengan membuat aplikasi yang ia namai WhatsApp.

Pada Februari 2009 Jan Koum kemudian mendirikan perusahaan WhatsApp Inc yang berbasis di California, Amerika Serikat. Saat awal diluncurkan, WhatsApp belum sempurna dan baru diunduh sekitar 250 orang.

Meski sempat jatuh bangun, Jan masih terus berupaya mengembangkan aplikasic ciptaannya. Hingga pada 2009  peluang besar muncul pada perusahaannya dengan tawaran suntikan dana dari perusahaan Apple.

Dari sini Jan mengembangkan WhatsApp menjadi versi v2.0 yang dilengkapi dengan fitur pesan instan dan update status di kontak telepon. Sontak pengguna aplikasinya meningkat menjadi 250 ribu pengguna.

Memasuki 2011, WhattsApp masuk dalam 20 besar aplikasi populer di App Store dan kembali mendapatkan suntikan dana sebesar 50 juta dolar AS yang membuat nilai perusahaannya melambung menjadi 1,5 miliar dolar AS.

Google dan Facebook berebut untuk mengakuisisi WhastApp. Hingga akhirnya pada 2013 Jan Koum dan Brian Acton sepakat menjualnya kepada Facebook dengan harga 19 Miliar Dollar. (Maropindra Bagas/R)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

DBD dan Leptospirosis Ancam Warga Jogja di Musim Hujan, Dinkes Tekankan Hal Ini

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang musim hujan yang tiba pada Oktober 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mengimbau masyarakat agar waspada terhadap peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis. Hingga saat ini, sudah tercatat ratusan kasus DBD tersebar di hampir seluruh kelurahan di Jogja.
- Advertisement -

Baca berita yang ini