Jejak Mahakarya Pierre Cardin yang Melegenda

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pierre Cardin merupakan salah satu perancang busana dunia yang paling terkenal dan pada saat yang sama, sering kali dicerca di dunia fesyen. Semasa hidupnya, Cardin sudah meluncurkan berbagai koleksi fenomenal yang mewarnai industri fesyen dunia.

Tak bisa dipungkiri bila Cardin telah menelurkan sisi kreativitasnya menjadi terobosan di industri fesyen. Namun, terlalu seringnya Cardin mencantumkan lisensi mereknya di semua barang mulai dari dasi hingga tisu toilet menimbulkan kontroversi. Hal ini sering kali mengundang kritikan dan cercaan dari berbagai pihak.

Lahir di Italia tahun 1922, Cardin menghabiskan sebagian besar hidupnya di Prancis. Dia memulai kariernya dengan bekerja untuk rumah mode Paquin dan Christian Dior. Tahun 1950, Cardin mendirikan rumah modenya sendiri dan membuat pakaian adibusana (haute couture).

Tahun 1954, Cardin meramaikan dunia fesyen dengan busana ikonisnya, yakni bubble dress. Sebuah rancangan gaun koktail bersiluet gelembung, dengan korset fit body yang dikencangkan di dekat garis pinggang dan bagian roknya melebar. Gaunnya ini menjadi sensasi di dunia fesyen.

Lima tahun berikutnya, Cardin yang ingin membuat pakaian haute couture lebih mudah diakses sehingga dia meluncurkan lini pakaian siap pakai (ready-to-wear) secara massal. Gaya mod chic Cardin ini termasuk rok mini dan maxi yang dipadukan dengan lengan seperti lonceng dan menggunakan bentuk yang menekankan pada gerakan si pemakai. Selain itu, dia juga menciptakan lini pakaian uniseks pertama dan memasarkannya secara global.

Peluncuran lini pakaian siap pakainya itu sempat menuai protes Chambre Syndicale, organisasi resmi adibusana di Prancis, yang berujung pada pemecatan Pierre sebagai anggota. Namun, konsep itu malah mendunia dan menjadi standar para perancang busana sampai saat ini.

Tahun 1960, Cardin meluncurkan koleksi pakaian pria pertamanya bertajuk ‘Cylindre’ dengan menampilkan 250 murid dari Prancis untuk memakainya.

Tiga tahun berikutnya, dengan perlombaan penjelajahan angkasa mendominasi Eropa dan Amerika Serikat, Cardin meluncurkan koleksinya bertajuk ‘Cosmocorps’. Koleksi ini menggunakan bahan nonkonvensional seperti vinil untuk menciptakan tampilan futuristik yang dipadukan dari pakaian untuk penjelajahan antariksa asli. Rancangan terobosannya ini disukai oleh berbagai selebriti papan atas termasuk Raquel Welch dan Jackie Kennedy serta digunakan untuk kostum beragam film dan teater.

Sebagai seorang inovator, Cardin terus melakukan terobosan. Dia menciptakan pakaian yang terbuat dari kulit sintetis bertajuk ‘Cardine’ tahun 1968, dengan cetakan bentuk geometris di bagian roknya yang memberikan tampilan arsitektur.

Seiring dengan berkembangnya lini eponymous (penggunaan merek pada barang) miliknya, Cardin terus menghasilkan sejumlah karya ikonis yang terinspirasi dari tema-tema futuristis dan kemudian menjadi ciri khas tren mode di era 1960 hingga 1970-an.

Kejayaan Cardin sebagai label high fashion mulai bergeser pada era 1990-an. Kendati memutuskan untuk rehat panjang dari hiruk pikuk industri fesyen, Cardin tetap konsisten menggelar pameran rancangan busananya di berbagai negara.

Tahun 2017, Cardin kembali unjuk gigi di industri fesyen dengan meresmikan sebuah butik baru di Rue Royale, Paris dengan menampilkan rangkaian gaun bertemakan mod chic khas era 1960-an yang dibalut dalam pilihan warna solid khas rancangan futuristis ala Cardin.

Setahun berikutnya, Cardin menampilkan pameran retrospektif bertajuk “Pierre Cardin: Pursuit of the Future” yang menampilkan deretan pakaian bergaya futuritis.

Sejumlah peragaan busana telah dia gelar dari Eropa hingga Asia. Meskipun telah tiada, mahakarya Cardin akan terus abadi dan melegenda bagi pencinta fesyen.  

Reporter: Safira Ginanisa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemkab Serahkan BLT Bagi Ribuan Pekerja Kulon Progo dari Cukai Tembakau

Mata Indonesia, Kulon Progo - Sebanyak 1.056 warga Kulon Progo mendapat bantuan langsung tunai (BLT) dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT).
- Advertisement -

Baca berita yang ini