Jauh Sebelum Pandemi, Sempat Terjadi Kerusuhan Konser Musik Rock di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Konser musik menjadi salah satu hiburan yang banyak peminatnya. Bahkan konser-konser musik di Indonesia sudah banyak terjadi dari puluhan tahun lalu. Dari tahun ke tahun Indonesia sudah menjadi tujuan bagi musisi-musisi hebat di dunia.

Namun konser musik musisi Rock internasional di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Tak semuanya indah. Beberapa konser rock ini berakhir rusuh.

Konser musik rock terbesar terjadi pada tahun 1975 di Indonesia, terutama Jakarta yang gempar karena kehadiran band legendaris yaitu Deep Purple. Deep Purple adalah sebuah band beraliran rock yang lahir pada tahun 1968 di Inggris, band ini menjadi yang pertama kali menyelenggarakan konser di Indonesia.

Konser Deep Purple di Jakarta tahun 1975 berakhir rusuh
Konser Deep Purple di Jakarta tahun 1975 berakhir rusuh

Band rock ini berhasil menjual tiket konsernya kurang lebih sebanyak 150.000 dalam dua hari di Stadion Senayan atau yang sekarang menjadi Stadion Gelora Bung Karno. Tidak hanya dari Jakarta, penonton berdatangan dari luar kota dan bahkan luar negeri, seperti Malaysia, Singapore, dan Filiphina.

Kedatangan Deep Purple ke Indonesia ini memiliki tujuan untuk mempromosikan album terbaru mereka yang berjudul “Come Taste the Band”. Deep Purple juga menggandeng musisi dari Indonesia, yaitu God Bless untuk mengisi pembukaan dari konser tersebut.  God Bless membuka acara pada hari kedua dengan membawakan lima buah lagu selama kurang lebih 30 menit.

Konser ini tidak berjalan mulus. Pengunjung yang tidak memiliki tiket memaksa menerobos masuk stadion untuk menonton Deep Purple di atas panggung. Konser ini meninggalkan trauma yang buruk bagi para personel Deep Purple. Akibatnya di hari kedua Deep Purple bermain lebih cepat dari waktu yang ditentukan.  Akibat kerusuhan tersebut, Stadion Senayan mengalami kerusakan berat.

Tidak hanya Deep Purple, konser Metallica 11 April 1993 juga berakhir rusuh. Konser ini digelar selama dua hari pada 10 dan 11 April 1993 di Stadion Lebak Bulus.

Namun, dari hari pertama berlangsung, konser ini menimbulkan kerusuhan yang terjadi di sekitar Stadion Lebak Bulus. Kerusuhan ini terjadi karena para pengunjung yang tidak memiliki tiket masuk memaksakan diri untuk masuk kedalam arena Stadion. Kerusuhan ini melebar hingga sepanjang jalan Pondok Indah Mall. Massa melakukan aksi anarkis dengan menghancurkan toko-toko di sepanjang jalan, merampok bank, merusak dan membakar mobil-mobil yang berada di pemukiman Pondok Indah.

Walaupun sempat terjadi kerusuhan, di hari kedua konser berlangsung tertib meski sempat terancam dibatalkan. Polisi dan TNI menjaga ketat di sekitar area.

Kerusuhan juga terjadi saat Jakarta Pop Alternative Festival digelar. Konser tersebut menampilkan band-band grunge seperti Foo Fighters, Sonic Youth, dan Beastie Boys. Lokasinya di Plaza Timur Senayan Jakarta. Festival musik tersebut juga menampilkan band-band Indonesia seperti PAS Band, Netral, dan Nugie.

Kerusuhan terjadi karena para penonton yang tidak memiliki tiket memaksakan diri untuk masuk ke area konser. Pihak keamanan segera mengamankan kondisi tersebut dengan anjing penjaga. Beruntungnya konser tersebut bisa tetap berjalan dan tetap memberi kesan yang baik bagi Foo Fighters.

Kerusuhan berikutnya terjadi pada tahun 2008. Band beraliran metal, Beside, mengadakan konser di Gedung Asia Afrika Culture Centre atau AACC, Bandung. Konser tersebut sebenarnya sebagai launching album perdana Beside yang bertajuk ‘Against Ourselves‘. Saking besarnya animo masyarakat, gedung berkapasitas 500 orang padat dan penuh oleh sekitar seribu orang.

Kericuhan tak bisa terhindari. Setelah konser usai, para penonton berduyun-duyun segera keluar karena tak kuat menghadapi kepadatan di dalam gedung tersebut. Hal yang tak terduga terjadi, 11 orang tewas akibat kehabisan napas. Tragedi ini juga membuat pelarangan dan pembatasan penonton konser musik rock atau metal yang memiliki massa yang besar di Bandung.

Rusuh berikutnya juga terjadi saat Bon Jovi konser di Jakarta. Pada 11 September 2015, Bon Jovi menggelar konser di Gelora Bung Karno. Konser ini sebenarnya yang kedua setelah duapuluh tahun lalu tepatnya 6 Mei 1995, Bon Jovi sukses menyihir penonton di kawasan Ancol, Jakarta Utara.

Di konser kedua ini, kerusuhan berawal saat ribuan pengunjung yang tidak mempunyai tiket memaksa masuk. Ratusan Polisi kewalahan menghadapi keberingasan ribuan pengunjung. Puluhan orang luka-luka dalam insiden ini.

Reporter: Fachmi Juniyanto, Tiara Sopyani

 

1 KOMENTAR

  1. Bangsa indonesia ini watak preman dan gga ada disiplin sama sekali. …ibarat rampok gga ada karcis maksa masuk. Tdk menghargai penonton yg udh beli karcis.

    Mental Barbar begini menghambat kemajuan bangsa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini