MATA INDONESIA, JAKARTA – Kalau ada yang langsung kenal Sumanto, pasti dia angkatan 90 -an atau 2000 -an. Saat itu lelaki lugu yang dijuluki kanibal karena hobinya memakan daging jenazah membuat orang takut dekat dengannya, namun 15 tahun berlalu dia berubah 180 derajat. Percaya atau tidak Sumanto kini menjadi penceramah.
Begini perjalanan kisahnya;
Pada 2003 yang lalu, Indonesia sempat dihebohkan dengan kasus terbongkarnya kuburan di Jawa tengah dengan kondisi jasad yang tidak utuh lagi. Setelah dilakukan penyelidikan, diketahuilah bahwa hal itu merupakan kelakuan warga sekitar bernama Sumanto. Warga semakin tercengang setelah mengetahui lelaki itu bukan hanya merusak makam, tetapi memakan daging jenazah di dalamnya.
Daging itu bahkan sempat disate dan diberikan kepada anggota keluarganya. Pernyataannya yang mengejutkan adalah dia mengaku menikmati daging manusia itu. Sumanto mengaku rasanya lebih enak dibandingkan daging kambing, sapi dan lainnya.
Awalnya warga mengira Sumanto mengalami gangguan jiwa karena memiliki hobi super aneh tersebut. Namun saat diperiksa polisi, dia mengaku melakukan keanehan tersebut karena keinginannya menguasai salah satu ilmu hitam.
Dia melakukannya atas anjuran sang guru yang bernama Taslim. Guru itu mewajibkan dia memakan daging tujuh jenazah agar bisa memperoleh ilmu tersebut.
Ilmu yang akan dia miliki adalah ilmu kebal, ketenangan batin hingga mampu menghidupkan orang yang sudah meninggal dunia.
Namun Sumanto tidak kuasa memenuhi permintaan gurunya. Bahkan dia sudah merantau ke Lampung pada 1988 namun baru mampu memakan tiga jenazah. Aksinya sudah didahului aparat kepolisian.
Lima tahun hidup di balik jeruji besi dikabarkan banyak penghuni penjara menolak disatukan dengannya. Namun, karena melakukan perbuatan baik hukumannya dikurangi hanya tiga tahun saja.
Usai menjalani masa hukumannya Sumanto menjalani rehabilitasi Mental An-Nur di Purbalingga.
Bukan hanya sementara, dia justru memilih tinggal di pesantren tersebut karena warga desa maupun sekitarnya menolak Sumanto pulang karena mereka khawatir akan mengulangi perbuatannya.
Akhirnya, di pondok pesantren itu juga Sumanto perlahan tapi pasti mempelajari ilmu agama hingga akhirnya bertobat.
Pengajar dan pengurus pesantren semula sempat kewalahan menangani lelaki tersebut yang secara intelektual amat rendah. Tetapi kesungguhan mereka membuat lelaki fenomenal tersebut berubah.
Kesibukannya pun berubah. Dia rajin ikut pengajian bahkan mengikuti ceramah. Pemimpin Pondok Pesantren An-Nur ternyata sering diajak berkeliling kiainya mengikuti pengajian. Bahkan, sesekali Sumanto menjadi pembicara pembuka.
Jadi itulah kegiatan rutin Sumanto sekarang, sudah berubah 180 derajat. Bahkan dalam salah satu pameran seni, Sumanto didaulat sebagai pemukul gong dan pemotong pita simbul pembukaan.