MATA INDONESIA, JAKARTA – Semasa di Orion Genomic, Muhammad Arief Budiman, berhasil menorehkan namanya sebagai peneliti teknologi gen paling top di Amerika Serikat setelah menemukan alat memindai gen kanker.
Alat itu berbentuk cip yang dia kembangkan selama lima tahun. Hebatnya cip itu telah mendapat paten untuk Muhammad Arief Budiman.
Bukan hanya satu, ada tujuh temuan lainnya yang semuanya berkaitan dengan pemindai gen untuk kanker lainnya yaitu payudara, kanker ovarian, hati kolon, paru, kanker melanoma, kandung kemih, kanker ginjal hingga kanker endometrial.
Daya endus alat-alat itu sangat bisa diandalkan, karena memiliki sensitivitas di atas 90 persen.
Alat itu bahkan bisa menemukan sel berbahaya tersebut sebelum dia tumbuh dan menyebar sehingga bisa segera disingkirkan dari tubuh manusia.
Arief juga terlibat dalam pengembangan tes kelapa sawit untuk mengetahui kandungan minyak sejak tanaman itu masih muda.
Menurut Arief, banyak tanaman asli Indonesia juga bisa dioptimalkan manfaatnya dengan teknologi genomic, seperti akasia yang digunakan untuk industri bubur kertas, serta tanaman tebu.
Bukan hanya di Orion Genomic, desertasinya di Texas A&M Technology merupakan tonggak pertamanya sebagai ahli genetika ternama di Amerika.
Disertasi yang membahas bacterial artificial chromosome (BAC) itu ternyata menciptakan miliaran dolar AS karena digunakan untuk “International Rice Genome Sequencing Project” yang dipimpin Jepang ini mengerjasamakan laboratorium genome di Amerika, Cina, Prancis, Taiwan, India, Thailand, Korea, Brasil, dan Inggris.
Namun, masih ada satu cita-cita Muhammad Arief Budiman yang belum kesampaian yaitu ingin kembali ke Indonesia dan mengabdikan diri kepada Tanah Air.