MATA INDONESIA, JAKARTA – Henry VIII adalah seorang raja Inggris yang menikahi gadis muda, Anne Boleyn. Pernikahan ini menjadi kontroversi karena Anne masih di bawah umur. Hal ini menjadi catatan kelam dan revolusi bagi kerajaan Inggris selama abad ke-16.
Pada 1509, Henry Tudor naik takhta kerajaan Inggris dengan gelar Henry VIII. Henry menikahi Catherine the Aragon, putri bungsu Raja Ferdinand dari Spanyol di tahun yang sama. Setelah beberapa tahun menikah, Catherine ternyata tidak kunjung memberi Henry pewaris laki-laki untuk takhta kerajaannya. Hal ini membuat hubungan antara keduanya tidak harmonis.
Keinginan Henry ingin memiliki seorang putra membuatnya mulai melirik wanita lain. Henry mulai tertarik dengan salah seorang dayang Ratu Catherine, Anne Boleyn. Saat itu, Anne berusia 18 tahun.
Selama beberapa tahun, Henry terus mengejar dan mendekati Anne, tetapi ia selalu menghindar. Akhirnya, sekitar 1529, Anne menyadari, ia tidak dapat lagi menolak Henry. Pada 1530, Henry ingin menceraikan Catherine dan menikahi Anne. Ia pun memohon kepada pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Celement VII untuk membatalkan pernikahannya dengan Catherine.
Paus Celement tak mau menanggapi permintaan Henry. Ia mengetahui Henry melakukan hal yang sama ketika ingin menikahi Catherine. Saat itu, Henry diberi dispensasi kepausan oleh Paus Yulius II.
Henry mendapat penolakan dari Paus Celement. Ia yang tidak sabar akhirnya mengumumkan pendirian gereja baru di Inggris, yaitu Gereja Katolik Inggris. Henry sebagai pemimpin gereja.
Henry segera mengeluarkan keputusan pembatalan pernikahan dirinya dengan Catherine, dan melangsungkan pernikahan dengan Anne pada 1533. Setelah Henry menikah dengan Anne, ia kembali kecewa karena gagal memberinya anak laki-laki. Anne memang melahirkan anak yang sehat dan cantik, tetapi itu tidak memuaskan keinginannya.
Pandangan Henry terhadap Anne mulai berubah. Anne memiliki perangai keras yang tidak dapat diatur oleh aturan-aturan Henry. Henry amat sangat kecewa, ia melaporkan istrinya ke pengadilan pada 1536 dengan tuduhan telah berzina dan berkhianat pada aturan kerajaan.
Tuduhan-tuduhan palsu yang dibuat Henry mendapat pertentangan dari anggota kerajaan lain. Pengadilan Inggris menyatakan, Anne bersalah atas segala tuduhan. Anne pun dihukum pancung di Tower of London pada 19 Mei 1536.
Setelah itu, Henry menikah sebanyak empat kali untuk memiliki seorang pewaris laki-laki. Salah satu pernikahannya memberi Henry seorang putra, Edward. Edward hanya sebentar memerintah kerajaan.
Setelah kematian Mary Tudor (putri Henry dan Catherine), Elizabeth (putri Anne Boleyn) menjadi ratu Inggris, dengan gelar Elizabeth I. Hubungan Henry VIII dengan Anne Boleyn menjadi jalan bagi terbentuknya Gereja Anglikan, serta terlahirnya pemimpin besar yang membawa Inggris pada puncak kejayaannya, yang dikenal juga sebagai Zaman Elizabeth.
Reporter : Ade Amalia Choerunisa