MATA INDONESIA, JAKARTA – Ilhan Omar mengundang kekaguman banyak orang karena menjadi salah satu generasi baru politikus muda di negara Amerika Serikat. Ia merupakan sosok perempuan pemberani yang menjadi salah satu muslim pertama anggota kongres AS.
Terpilihnya Omar sebagai anggota kongres AS saat ia memenangkan pemilihan dengan jumlah telak di Distrik Kongres ke-5 di Minnesota tahun 2018. Seorang mantan pengungsi Somalia ini mampu mengalahkan perwakilan Partai Republik, Jennifer Zielinski, yang sama-sama memperebutkan posisi Ellison.
Namun Omar tak sendiri, bersama rekannya yakni Rashida Tlaib seorang wanita imigran dari Palestina yang juga Muslim dan terpilih sebagai anggota kongres AS. Tlaib merupakan keturunan Somalia-Amerika Serikat dan bukan kulit putih pertama yang terpilih sebagai anggota kongres Minnesota.
Melansir dari The Muslim, Ilhan Omar termasuk politisi yang cukup perduli dalam menyuarakan kelompok minoritas. Seperti kelas pekerja, mahasiswa, lingkungan, hingga Palestina. Atas keberaniannya pada isu-isu tersebut, ia kerap mendapatkan tentangan dari mantan Presiden AS, Donald Trump.
Pujian kepada Omar karena ia memperjuangkan perubahan larangan yang telah berumur 181 tahun terkait dengan pemakaian penutup kepala di House of Representatives atau DPR. Hal ini memungkinkannya mengenakan hijab saat pengambilan sumpah dan menjadi anggota House Foreign Affairs Committee atau Komite Masalah Luar Negeri DPR.
Dalam kampanyenya, Omar berjanji untuk memberikan kesetaraan merata pada semua rakyat di wilayah tersebut. Termasuk biaya pengobatan yang terjangkau. Upah minimum USD 15 (Rp 220.000), dan kuliah gratis.
Motif yang melatarbelakangi dirinya untuk terlibat dalam Dewan perwakilan, perempuan yang mengenakan hijab tersebut menegaskan bahwa itu datang karena adanya ketakutan politik publik atas kebijakan Donald Trump.
Omar menarik banyak dukungan karena pandangan politiknya yang cenderung ke kiri. Ia kritis terhadap agenda-agenda maju. Sikap inilah yang membuat Omar jadi sasaran target kritikan dari anggota kongres Partai Demokrat maupun Presiden Trump.
Reporter: Azzura Tunisya