MATA INDONESIA, JAKARTA – Romawi di masa lampau adalah salah satu kekaisaran terbesar di era Sebelum Masehi. Wilayahnya membentang di atas tiga benua. Namun sebelum Romawi bisa sebesar itu, Romawi sempat harus berjibaku dengan Kerajaan Kartago yang terletak di Afrika Utara.
Salah satu jenderal Kartago yang paling terkenal adalah Hannibal Barca. Selama terlibat perang melawan Romawi, Hannibal adalah sosok yang amat lihai dan merepotkan Romawi di banyak kesempatan.
Dalam Pertempuran Trebia pada tahun 218 SM misalnya. Pasukan Hannibal memancing pasukan Romawi untuk menyeberangi Sungai Trebia dan kemudian menyergap pasukan Romawi di sana. Kemudian dalam pertempuran di Danau Trasimene setahun sesudahnya, Hannibal berhasil memanfaatkan sifat keras kepala jenderal Romawi.
Namun Hannibal bukanlah sosok tanpa cela. Saat hendak menyerang ibukota Romawi, ia membawa pasukan gajah untuk menyeberangi Pegunungan Alpen. Hannibal bermaksud memanfaatkan ukuran gajah yang besar untuk melemahkan semangat juang pasukan Romawi.
Siasat tersebut sayangnya tidak berjalan sesuai harapan. Karena gajah tidak terbiasa melintasi pegunungan yang bersuhu dingin. Gajah-gajah tersebut keburu berada dalam kondisi lemah saat akhirnya berhadapan langsung dengan pasukan Romawi.
Politisi
Hannibal Barca adalah jendral, politisi, sekaligus pemimpin Kartago yang paling jenius dan terkenal. Ahli sejarah militer, Theodore Ayrault Dodge bahkan menyebut Hannibal sebagai “Bapak Strategi”. Karena Romawi sebagai musuh terbesarnya mengadopsi beberapa taktik militer Hannibal ke dalam taktik mereka sendiri.
Saat kecil, Hannibal pernah diajak ayahnya untuk pergi ke sebuah kuil dan membuatnya bersumpah bahwa ia akan selalu membenci Roma. Ayah Hannibal yang bernama Hamilcar adalah seorang komando utama di Perang Punisia I. Kini, misi hidup Hannibal adalah untuk menghancurkan semua bangsa Romawi dan mengembalikan kejayaan Kartago.
Masa kecil Hannibal di kamp militer hingga ia berusia 18 tahun. Sejak muda ia sudah terbiasa memimpin pasukan. Kematian ayahnya pada 228 SM dan saudaranya tujuh tahun kemudian membuat Hannibal memimpin semua pasukan Kartago di Semenanjung Iberia. Saat itu ia baru berusia 26 tahun.
Selama hampir dua dekade, Hannibal berperang melawan Romawi. Ia menginvasi Italia dan memaksa Roma untuk berperang melawan dirinya. Setiap pasukan Romawi yang berperang dengannya pasti kalah dan mati. Ia banyak menguasai serangkaian siasat dan taktik untuk mengalahkan dan mengalahkan setiap musuhnya yang superior.
Kekalahan Kartago pada Perang Punisia I membuat mereka harus membayarnya. Hannibal terpaksa harus menyerahkan kepulauan Sissilia kepada Roma sebagai bayaran. Kekayaan sumber daya di kepulauan Sissilia juga dapat membuat Hannibal memperbaiki pasukannya. Inilah alasan kenapa ia memutuskan untuk berekspansi lebih jauh ke Semenanjung Iberia.
Hannibal membawa pasukan yang besar dan banyak gajah serta kuda perang. Dia memimpin pasukannya menyeberangi pegunungan Alpen ke Italia. Melewati Pegunungan Alpen adalah sesuatu yang mustahil apalagi saat akhir tahun dengan cuaca yang ekstrem. Para prajurit harus menghadapi kondisi musim dingin yang parah, medan yang keras, longsoran salju, badai salju, dan suhu di bawah nol derajat.
Sementara itu, pasukan Hannibal juga menghadapi serangan dari suku-suku yang bermusuhan yang tinggal di pegunungan. Stok makanan yang hampir habis dan beberapa tentara hampir memberontak, membuat Hannibal dianggap melakukan sebuah tantangan yang mustahil. Tujuh belas hari kemudian, pasukannya sampai di lembah Po, Italia.
Pasukan Romawi sangat terkejut dengan kemunculan pasukan Hannibal. Terhitung ada sekitar 20.000 hingga 30.000 korban dari pasukan Romawi, dan hanya beberapa ribu di pihak Hannibal. Meskipun begitu, Roma tidak menyerah. Pada 216 SM, Republik memilih dua konsul baru: Terentius Varro dan Aemilius Paulus. Mereka menjadi komando gabungan dari pasukan besar sekitar 80.000 orang. Pasukan terbesar Roma dengan misi khusus; Hentikan Hannibal.
Pertempuran Cannae adalah perang antara Kartago dan Romawi yang paling menjadi kenangan dalam catatan sejarah perang. Pemenangnya Kartago. Ini adalah perang tersukses Hannibal sekaligus yang paling memalukan bagi Roma. Pasalnya, pasukan Roma yang sangat banyak itu masuk ke dalam perangkap strategi jenius yang Hannibal buat. Akibatnya setelah terpojok, pasukan Roma dihabisi saat malam tiba dan tidak ada lagi yang tersisa. Bahkan setelah itupun, Romawi sempat mengadopsi taktik perang Hannibal dan hampir mengalahkannya.
Namun, Romawi tetap tidak dapat menguasai Kartago. Tapi mereka tetap mengambil alih Spanyol. Romawi kemudian menempatkan sejumlah tentara di tempat yang kini adalah Maroko dan Aljazair di Afrika Utara. Lalu mereka memaksa Kartago untuk berjanji tidak melakukan perang lagi kecuali atas izin Romawi.
Penulis: Keshatita