MATA INDONESIA, JAKARTA – Roma berperang melawan berbagai macam musuh. Sebagai bangsa dengan budaya patriarki kental yang dominan laki-laki, menemui seorang pemimpin wanita menjadi daya tarik tersendiri bagi para peminat sejarah Romawi Kumo.
“Nenek moyang kita tidak mengizinkan wanita untuk melakukan bisnis pribadi apapun tanpa wali untuk campur tangan atas dirinya sendiri; mereka harus berada di bawah kendali ayah, saudara laki-laki, suami … ”
(Riwayat Livy, 34.2)
Lalu, siapa saja para pemimpin wanita tersebut? Dan bagaimana mereka melawan bangsa Romawi?
1. Ratu Teuta dari Illyria (231 – 227 SM)
Pertama, pemimpin wanita yang menentang Roma adalah ratu dari suku-suku Iliria yang ganas yang mendominasi garis pantai Adriatik dan Balkan. Mereka sering mengundang konflik pelayaran Romawi dan Yunani, hal ini sempat ditoleransi pada awalnya oleh Roma karena mereka fokus pada konflik lainnya yang lebih besar.
Namun, toleransi pembajakan di Laut Adriatik pun segera berhenti karena bangsa Romawi mulai menyadari ancaman yang suku tersebut. Selain itu, Seorang utusan dari Romawi pernah dibunuh dengan kejam karena telah menyinggung Ratu Teuta.
Bangsa Romawi yang murka mengirim pasukan besar-besaran pada 229 SM, hingga 200 kapal dan dua pasukan berjumlah 20.000 orang dan 2.000 kavaleri. Perang pun tak terelakkan dan kekuatan Roma kuno pun nyatanya tidak terkalahkan.
2. Ratu Cleopatra Dari Mesir (69 SM – 30 SM)
Cleopatra adalah anak dari keluarga Ptolemeus terakhir yang memerintah kerajaan mereka. Reputasinya terkenal dengan hubungan romantisnya yang pernah ia jalin dengan Julius Caesar dan letnannya, Marc Antony.
Ia terkenal sebagai wanita yang mempesona dan hal ini menjadi daya tarik sekaligus kekuatan baginya. Ia menggunakan daya tariknya untuk mengambil hari Caesar. Namun setelah pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM, ia kemudian menjalin asmara dengan Marc Anthony. Octavian (Augustus), pemimpin Roma setelah Caesar, melihat hubungan Antony dan Cleopatra sebagai ancaman politik dan Anthony pun sering melakukan kesalahan dan kontroversi yang tidak bertanggung jawab hingga membuat Octavian geram.
Pasangan tersebut menyebabkan permusuhan antara Roma dan Mesir. Mereka sempat melarikan diri. Saat berpisah, Anthony mendengar kabar angin kalau Cleopatra bunuh diri. Mendengar hal itu, Anthony pun bunuh diri.
3. Candace Amanirenas dari Kerajaan Kush (40 – 10 SM)
Setelah menghadapi Cleopatra dan Anthony, Octavian kembali bertemu dengan seorang pemimpin wanita bernama Candace Amanirenas. Kush adalah sebuah kerajaan yang berada di perbatasan Afrika dan Mesir. Wilayahnya yang terpencil membuat kerajaannya tidak banyak diketahui dan memiliki pengaruh.
Kerajaan Kush menolak menjadi bagian dari invasi Roma dan melawan dengan keras. Mereka menyerang berbagai daerah kekuasaan Romawi di Mesir. Sebetulnya, tidak dijelaskan apakah Octavian betul-betul ingin menguasai Kush, tetapi yang pasti Kerajaan Kush tetap berdiri pada saat itu.
4. Boudicca (60/61 SM)
Ratu Boudicca adalah orang Inggris kuno dan pemimpin suku Iceni. Sama seperti Kush, wanita suku Celtic memiliki peran yang dominan dalam politik dan sering menjadi pemimpin dan mendapatkan tahta di kerajaan.
Pada saat pemberontakan Boudicca pada tahun 61 M, di bawah pemerintahan kaisar Nero yang terkenal kejam, Inggris masih terjadi penaklukan militer besar-besaran. Padahal sebelumnya mereka telah menjadi bagian Romawi selama 20 tahun sebelumnya oleh Kaisar Claudius pada tahun 43 M. Pada saat pemberontakan Boudicca, pasukan Romawi melanjutkan proses penaklukan yang panjang, baik ke utara maupun ke barat. Kolonisasinya berlangsung sangat lambat.
Berita pemberontakan kemudian segera menyebar ke suku-suku lain. Seluruh kejahatan bangsa Romawi antara lain berpusat pada perpajakan, peminjaman uang, korupsi, pemukiman kolonialis, ketidakadilan sosial, dan hilangnya status.
Ada sumber menyatakan bahwa Boudica dan pasukannya membantai hingga 80.000 orang Romawi. Catatan arkeologi periode ini mendapati kehancuran yang luar biasa dengan bukti abu karbon yang sangat banyak, membuktikan adanya pembakaran pada masa itu. Kelangsungan hidup pemerintahan Roma di Inggris berada di dalam krisis.
Setelah perang yang berlangsung lama, bangsa Romawi akhirnya berhasil memukul mundur orang-orang Inggris tersebut dan memenangkan perang. Boudicca berhasil kabur dan bersembunyi. Namun ia kemudian jatuh sakit hingga meninggal.
5. Zenobia [250 – 275 M]
Sumber mencatat bahwa Zenobia adalah seorang Ratu dari kekaisaran Palmira. Ia merupakan sosok yang cerdas dan atletis. Ia juga sangat berbakat dalam berkuda, berburu, dan aktif dalam pasukannya.
Pada tahun 270, Zenobia melancarkan sebuah serangan yang menjadikannya sebagai penguasa seluruh wilayah Timur Romawi, bahkan ia berhasil mengambil alih wilayah Mesir. Pada pertengahan tahun 271, wilayahnya terbentang dari Ankira dan Anatolia tengah hingga Mesir Selatan, walaupun secara resmi ia masih tunduk kepada Romawi. Namun, tidak lama Kaisar Romawi Aurelianis menyatakan perang terhadapnya pada tahun 272.
Setelah berlangsungnya pertempuran yang sengit, bangsa Romawi berhasil memenangi perang melawan Zenobia. Sang ratu terkepung di ibu kotanya dan tertangkap oleh Kaisar Aurelianus. Zenobia kemudian ditahan di Roma dan menghabiskan sisa umurnya di sana.
Penulis: Keshatita