MATA INDONESIA, JAKARTA – Menjadi pemimpin sejatinya merupakan amanah dari orang banyak. Jika jabatan itu dipaksakan atau diakui sendiri terhadap seseorang mungkin akan berujung pada kehancuran seperti terjadi era Nazi setelah Hitler ditunjuk sebagai Fuhrer atau pemimpin absolut Jerman, 2 Agustus 1934.
Hal itu dia lakukan ketika Presiden Jerman Paul von Hindenburg meninggal dunia dan Fuhrer Hitler memaksa kabinet Jerman mengesahkan “Undang-Undang Jabatan Negara Tertinggi Reich.”
Dengan undang-undang itu jabatan presiden dan kanselir menjadi dipegang pada satu orang. Sebelum tanggal itu Adolf Hitler adalah kanselir atau perdana menteri atau kepala pemerintahan Jerman.
Jabatan kanselir juga diperoleh Fuhrer Hitler dengan paksa setelah Presiden Hindenburg didesak sejumlah elit politik pro Hitler untuk menunjuknya.
Setelah jabatan kanselir dan presiden berada di tangannya Hitler pun dipanggil fuehrer atau pemimpin absolut Jerman. Dalam bahasa Jerman, Fuehrer memang berarti pemimpin atau pandu atau pemandu rakyat.
Namun pada bahasa Inggris kata itu hanya digunakan untuk hal yang berhubungan dengan pemimpin absolut Nazi Jerman, Adolf Hitler. Sedangkan di kalangan warga Jerman kata tersebut memiliki stigma sosial dan di bawah Hitler, kata ini sering menjadi bagian dari nama gelar-gelar dan pangkat tinggi militer dan organisasi pemerintah Jerman.
Dengan jabatan Fuehrer itulah, Hitler mengembangkan diri menjadi seorang diktator dan melakukan ambisi politiknya yang memicu Perang Dunia II dengan mengobarkan semangat “Uber Alles” atau Jerman di atas segalanya. Ras Aria di atas ras-ras lainnya di dunia.
Namun, perang itu justru bukan hanya menghancurkan Hitler dan kroninya tetapi juga Jerman yang terbelah menjadi dua sehingga memisahkan ‘tali darah’ banyak penduduknya saat itu. Sebab, usai perang negara itu terbelah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur dengan simbol Tembok Berlin.
Adolf Hitler lahir pada 20 April 1889 bukan di Jerman tetapi di Braunau, Austria, sebuah kota kecil di tepian Sungai Inn.
Ayahnya, Alois Hitler adalah seorang pegawai kantor bea cukai di Jerman, sedangkan ibunya Klara merupakan perempuan keturunan Yahudi. Keluarga mereka pindah ke Jerman saat Hitler berusia tiga tahun.
Masa kecil Hitler amat buruk karena kerap disiksa ayahnya dan kerap dihina kawan-kawannya. Namun, masa kecil yang tidak bahagia ini justru menjadikan Hitler menjadi pribadi berkarakter kuat.