MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebagai salah satu gunung api teraktif di Indonesia, Gunung Merapi telah mengalami beberapa kali erupsi dahsyat sejak tahun 1006. Gunung ini berpotensi kebencanaan yang tinggi karena tercatat mengalami erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang padat.
Gunung Merapi terletak di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta yang memiliki ketinggian sekitar 2.968 meter. Sejak tahun 1548, Gunung Merapi telah meletus sebanyak 68 kali dan menjadi salah satu dari 16 gunung api dunia yang termasuk dalam Proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).
Gunung Merapi terbentuk akibat aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia sehingga menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa.
Erupsi Gunung Merapi mulai diriwayatkan sejak tahun 1006, yang diperkirakan merupakan letusan terdahsyat sekaligus mengubah peradaban Jawa. Namun, riwayat erupsi pada waktu ini masih menyimpan banyak perdebatan.
Berbagai mitos dan legenda pun bermunculan mengenai erupsi Gunung Merapi yang disebut-sebut merusak peradaban kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah. Diperkirakan erupsi yang terjadi lebih dari seribu tahun lalu ini disertai gempa yang mengakibatkan rusaknya sebagian Candi Borobudur dan candi lainnya yang dibangun pada abad ke-9. Berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkaniknya, erupsi ini membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu.
Erupsi Gunung Merapi yang besar berikutnya terjadi pada tahun 1872 dan tercatat sebagai letusan paling dahsyat dalam sejarah modern.
Erupsi yang bersifat eksplosif dan membentuk kolom setinggi lebih dari 10 kilometer ini terjadi pada 15 April 1872. Dua hari berikutnya sempat mereda sebelum letusan utama muncul selama tiga hari pada tanggal 17 hingga 20 April 1872.
Erupsi yang terjadi selama 120 jam tersebut mengeluarkan awan panas dan material yang memusnahkan permukiman yang berada pada ketinggian di atas 1000 mdpl.
Erupsi Gunung Merapi yang memiliki dampak besar selanjutnya terjadi pada tahun 1930 di mana awan panas muncul yang meluncur hingga 20 kilometer ke arah barat. Letusannya yang besar mengakibatkan 13 desa hancur, 23 desa yang dilalui awan panas rusak, dan menewaskan hampir 1400 orang.
Empat dekade berikutnya, Gunung Merapi mengalami erupsi dahsyat yang tercatat sebagai letusan terbesar selama 100 tahun terakhir.
Erupsi yang terjadi pertama kali pada 26 Oktober 2010 itu diketahui memiliki kekuatan yang hampir sama seperti tahun 1872. Erupsi terjadi saat sore hari dan sedikitnya mengeluarkan tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 kilometer dan disertai keluarnya awan panas.
Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan awan panas. Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak gunung pada tanggal 1 November yang menandai babak baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun, menyimpang dari karakter Gunung Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, justru yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas yang dimulai pada 3 November.
Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada 4 November pagi yang menghasilkan kolom awan setinggi 4 kilometer dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki gunung. Letusan terjadi tanpa henti hingga 5 November.
Rangkaian letusan ini disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20 hingga 50 kilometer. Besarnya letusan menghasilkan ujan kerikil dan pasir yang mencapai Yogyakarta bagian utara dan hujan abu vulkanik pekat di Purwokerto dan Cilacap. Selain itu, debu vulkanik juga mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.
Pascaerupsi tahun 2010, Gunung Merapi kembali mengalami erupsi magmatis pada 11 Agustus 2018 hingga September 2019.
Sejak itu, Gunung Merapi masih terus menunjukkan peningkatan aktivitas. Pada 5 November 2020, Gunung Merapi telah memasuki status siaga dan berpotensi ancaman bahaya berupa guguran lava, lontaran material, dan awan panas sejauh maksimal 5 km.
Pada 4 Januari 2021, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memberitahukan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi telah mencapai munculnya lava pijar yang disertai gempa guguran. Hal ini disinyalir dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan masyarakat sehingga diminta untuk tetap waspada.
Reporter: Safira Ginanisa