MATA INDONESIA, JAKARTA – Selasa malam, 5 Januari 2021, Gunung Merapi dilaporkan kembali mengeluarkan lava pijar.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), melaporkan guguran lava pijar terjadi pada pukul 18.47 WIB.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, guguran lava pijar tercatat di jaringan seismik Gunung Merapi dengan amplitudo 3 mm dan durasi 32 detik. Namun pihaknya memastikan jarak luncurnya masih sangat pendek.
Satu minggu ini, Gunung Merapi kembali menunjukkan peningkatan aktivitas. Peningkatan aktivitas ini telihat melalui video dari CCTV mode night view yang menampilkan pendaran sinar yang diduga adalah lava pijar. Hasil pengamatan didukung dengan foto DSLR oleh relawan dan foto dari Pos Kaliurang yang menunjukkan rona merah di lokasi yang sama.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida melalui keterangannya mengatakan bahwa gempa guguran yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 33 mm dan berdurasi 60 detik tersebut disertai suara guguran yang terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan.
Terkait hal itu, Hanik menyimpulkan bahwa lava pijar telah muncul di kaki kubah 1997. Adanya sinar yang teramati sebelumnya pada 31 Desember 2020 kemungkinan besar merupakan indikasi awal akan munculnya api diam dan lava pijar.
Dalam siaran persnya pada Selasa, 5 Januari 2020, BPPTKG menyampaikan bahwa peristiwa guguran lava pijar yang terjadi menandakan bahwa magma di dalam tubuh Gunung Merapi telah keluar dan sampai di permukaan. Ini dikarenakan posisi bukaan berada di kaki kubah 1997 yang menyebabkan magma yang keluar di permukaan langsung runtuh. Diketahui bahwa selain material baru berupa lava pijar, guguran tersebut muncul bersamaan dengan sisa-sisa material lama.
BPPTKG juga merekam pertumbuhan gundukan baru yang berjarak sekitar 200 meter dari posisi bukaan atau tempat keluarnya magma tersebut. Namun, belum bisa dipastikan apakah gundukan baru ini akan menjadi kubah lava baru.
Sejak 5 November 2020, BPPTKG telah menetapkan status Gunung Merapi di tingkat Siaga (Level III). Hingga kini, aktivitas vulkanik terpantau masih tinggi.
Peningkatan aktivitas Gunung Merapi terpantau dari data kegempaan dan deformasi sejak 22 Desember 2020. Untuk itu, BPPTKG mengimbau masyarakat untuk meningkatakan kewaspadaan akan aktivitas Gunung Merapi, terutama di wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Kabupaten Klaten, Boyolali, dan Magelang. Meskipun demikian, BPPTKG belum merevisi rekomendasi daerah potensi bahaya yang masih tetap dalam jarak maksimal 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
BPPTKG juga mengharapkan masyarakat untuk tetap mengikuti arahan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD) dan pemerintah daerah setempat, serta selalu mengikuti informasi dari sumber yang terpercaya.
Reporter: Safira Ginanisa