MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebuah film dokumenter berjudul Unsolved: The Murders of Tupac and The Notorious B.I.G, dirilis tahun 2018. Film yang bisa kalian saksikan via Netflix ini menarik karena menceritakan rekaman kesaksian pembunuhan rapper legendaris, Tupac Shakur.
Dalam film tersebut, terdapat rekaman pengakuan dari Keffe D Keffe, nama aslinya Duane Keith Davis. Ia anggota geng yang berada di kursi depan mobil yang menembaki rombongan Tupac Shakur pada saat terjadi penembakan rapper ini. Rekaman suara Keffe menyatakan ”Tembakan datang dari kursi belakang.” menandakan bahwa pelakunya adalah Orlando Anderson dan anggota gang Southside.
Orlando sebenarnya sudah menjadi tersangka utama pembunuhan Tupac. Namun, sebelum sempat diadili karena bukti-bukti masih kurang, Orlando keburu tewas dalam tembak-menembak lawan geng lain. Apa alasan Orlando dan rekan satu gengnya menembaki mobil yang ditumpangi Tupac? Sederhana saja. Orlando sempat dikeroyok anggota label rekaman Death Row Records. Dia marah, lalu memanggil bala bantuan, lantas terjadilah insiden tersebut.
Pada 7 September 1996 Tupac, yang sedang berada di mobil BMW 750iL hitam, ditembak di Las Vegas. Empat peluru menembus tubuhnya: satu di lengan, satu di paha, dan dua di dada—salah satunya menembus paru-paru.
Tupac yang koma langsung dilarikan ke University Medical Center of Southern Nevada. Pada 13 September 1996, Tupac Shakur, salah satu rapper paling berpengaruh dan dihormati itu, meninggal dunia di usia 25.
Tupak Shakur yang nama aslinya Lesane Parish Crooks, lahir pada 16 Juni 1971 di Harlem, New York. Orang tuanya, Billy Garland dan Afeni Shakur, adalah anggota Black Panther, kelompok Negro di Amerika yang menentang supremasi kulit putih di tahun 60 an.
Ketika Lesane berusia setahun, Afeni mengubah nama anaknya menjadi Tupac Amaru Shakur, diambil dari Tupac Amaru II, pemimpin perlawanan masyarakat Andes pada Spanyol di Peru.
Afeni membawa Tupac dan Sekyiwa pindah ke Baltimore pada 1984. Di sana, Afeni berjuang mengatasi banyak masalah—sendirian, membawa dua anak, dan banyak kawan dipenjara—sembari membesarkan dua anaknya.
Di kota ini Tupac masuk ke Baltimore School for the Arts (BSA). Ini bukan sekolah unggulan. Sekolah ini berdiri sejak 1979 dan ingin menjaring murid-murid yang punya ketertarikan pada seni. Di sini pula Tupac bertemu dengan Jada Pinkett (istri aktor Will Smith), yang kelak jadi sahabat baiknya dan inspirasi bagi beberapa puisinya, yang dimuat di bunga rampai puisi Tupac, The Rose that Grew from Concrete (1999).
Idola Tupac adalah Shakespeare. Lakon favorit yang sering jadi bahan diskusnya adalah “King Lear” dan “Hamlet”. Dari dramawan asal Inggris itu pula Tupac banyak mendapat perspektif. Tupac rutin membuat puisi, entah yang bernada hopeless romantic hingga puisi-puisi yang memperlihatkan ketertarikannya pada perlawanan dan revolusi.
Saat itu tak banyak orang yang tahu bahwa Tupac menggemari musik hip hop. Ia jatuh cinta pada rhyming dan adrenalin yang menyembur ketika melakukan rap battle. Di sekolah, dia dikenal sebagai MC New York. Semua kehidupan di sekolah berbanding terbalik dengan kehidupan di rumah. Afeni sedang mengalami titik terendah dalam hidup. Tupac sering kali harus menghidupi dirinya sendiri dengan jadi pelayan dan tukang cuci piring di restoran Inner Harbor. Puisi, juga teater, adalah pelariannya.
Tupac indah ke California pada 1988. Di sini, karier musik dan film Tupac mulai menanjak. Ia kenal Leila Steinberg, aktivis sosial dan pebisnis yang kelak jadi manajernya; bergabung dengan kelompok rap Digital Underground sebagai penari dan roadie; dan dengan nama panggung 2Pac ia berkontribusi pada lagu “Same Song” (1991) milik Digital Underground.
Beberapa bulan setelahnya, ia tampil sebagai cameo di film Nothing but Trouble. Dunia baru melirik serius 2Pac saat dia merilis album debut 2Pacalypse Now pada November 1991. Di album itu, Tupac yang masih berusia 20 menuliskan lirik-lirik tajam yang amat relevan dengan kisah hidupnya dan orang-orang kulit hitam.
Nama Tupac mulai dikenal saat mengedarkan single ‘Dear Mama’ yang sukses di pasaran. Sejak itulah kehidupan Tupac berubah menjadi seorang bintang. Lagu-lagu yang ditulis dan dinyanyikannya laris. Sayangnya, perilaku Tupac tetap tidak berubah. Ia terlibat beberapa tindak kekerasan, penyalahgunaan senjata api, menembak polisi, juga dipenjara karena pemerkosaan.
Ketika Tupac ditembak, banyak orang menduga ini karena persaingan antar geng serta buah dari perseteruan kancah hip hop West Coast dan East Coast. The Notorious “Biggie” B.I.G—kawan yang lantas jadi rival Tupac—rapper dari kancah East Coast sempat jadi tersangka utama, sebelum ia juga tewas ditembak enam bulan setelah tragedi Tupac.
Reporter : R Al Redho Radja S