Disiplin dan Teratur Gaya Hidup Filsuf Immanuel Kant

Baca Juga

MATA INDONESIA, BERLIN – Tidak ada yang terlalu istimewa dari hidup Immanuel Kant.

Cenderung membosankan. Kenapa? karena Kant salah satu filsuf yang mengandalkan penggunaan akal dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengabadikan dirinya bagi suatu kehidupan rutin dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan publik.

Filsuf yang satu ini hidupnya amat sederhana; berbeda dari kehidupan beberapa filsuf besar lainnya. Misalnya Socrates yang terpaksa minum racun karena membela keyakinannya, Giordano Bruno yang dibakar hidup-hidup di alun-alun kota Firenze demi mempertahankan keyakinan hidupnya.

Kant tokoh filsafat di Jerman pada Abad Pencerahan ini hanya menghabiskan hidupnya hanya di sekitar kota tempat tinggalnya di Konigsberg di Jerman. Kant juga bukan seperti Hegel yang menempati posisi tinggi di universitas ternama di Berlin. Sebab, Kant hanyalah profesor di universitas biasa yang tidak terkenal di kotanya sendiri.

Nyaris membosankan dalam tahun-tahun hidupnya. Kant menjalani hidup yang rutin dari keseharian. Kant hidup sangat normal justru karena ketekunan, kesetiaan, dan kerajinannya menggeluti hidup keseharian yang teratur dari waktu ke waktu.

Setiap hari dia bangun pagi sebelum jam 5.00. Setelah satu jam minum teh dan menghabiskan rokoknya, dia mulai aktivitas hariannya yang rutin dari hari ke hari. Menyiapkan perkuliahan dan mengajar. Saat makan siang adalah saat Kant mengundang teman-teman dekatnya. Kant amat menikmati suasana mengobrol di siang hari.

Sore hari jam 16.30, Kant biasanya berjalan-jalan di taman kota Konigsberg.

Hidup Kant sangat tertib dan teratur. Dia mengabdikan hidupnya bagi ilmu dan filsafat. Ia tak mau menikah. Namun dari hidup semacam ini pulalah lahir pemikirannya yang melampaui dunia kehidupannya. Pemikirannya menorehkan kebesarannya dalam sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan modern.

Immanuel Kant lahir pada 22 April 1724 di sebuah kota kecil Konigsberg, suatu wilayah di Kaliningrad, Rusia. Ayah Kant seorang pekerja pelana, yang merupakan imigran dari Skotlandia. Sementara ibunya seorang wanita Jerman yang tidak berpendidikan. Keluarga Kant merupakan penganut Protestanisme yang taat. Hal ini yang memengaruhi pemikiran Kant terhadap moral.

Kedua orang tua Kant adalah pengikut setia cabang Pietris dari gereja Lutheran, yang mengajarkan bahwa agama milik kehidupan batin yang berbentuk kesederhanaan dan kepatuhan terhadap moral.

Kant merupakan mahasiswa jurusan teologi di Universitas Konisberg. Selama masa kuliahnya, ia sangat menyukai matematika dan fisika dari karya-karya Isaac Newton. Sayangnya, karena kematian sang ayah, Kant harus berhenti studi ketika ia berusia 22 tahun dan mulai mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarganya.

Untungnya, Kant tetap menyelesaikan studinya pada tahun 1755 dan menjadi Privatdozent atau dosen di Universitas Konigsberg. Lalu menjadi profesor di universitas yang sama pada tahun 1770.

Ia suka menulis. tulisannya kebanyakan tentang ilmu-ilmu alam yang nantinya amat memengaruhi kajian kritisnya. Ketertarikan Kant ini tidak luput dari peran guru yang amat mempengaruhi Kant muda, yaitu Martin Knutzen, profesornya di bidang logika dan metafisika. Knutzen juga mengizinkan Kant untuk menggunakan buku-buku koleksi perpustakaannya.

Sejumlah sejarawan menyebut kehidupan Kant sebagai masa pra-kritis di mana rasionalisme. Masa pra-kritis ini dijalani hampir selama 15 tahun sebagai Privatdozent atau dosen. Selama masa itu, Kant mengajar dalam bidang-bidang yang sangat bervariasi dan mencakup bidang-bidang penting di masa itu.

Minat Kant sangat luas. Dia mengajar logika, metafisika dan etika (filsafat moral). Selain itu, dia masih mengajar fisika, matematika, geografi, antropologi, pedagogi, dan mineralogi. Dia adalah dosen yang tekun, sistematis, dan menguasai bidang yang diajarnya dengan baik.

Setelah melewati masa pra-kritis, Kant mulai memasuki masa kritis dalam pandangan filosofisnya.

Di masa ini, Kant berpendapat bahwa perlu mengkaji kemampuan dan keterbatasan rasio di dalam mengetahui kebenaran. Hanya dengan pengujian atas kemampuan dan batas-batas rasio, Kant mulai dengan pertanyaan:

  • Apa itu tahu?
  • Apa yang dapat saya ketahui?
  • Bagaimanakah aku bisa mengetahui?
  • Dengan kata lain, apa yang dapat saya lakukan agar bisa mengetahui?
  • Dan agar saya sungguh-sungguh mengetahui?
  • Apa yang bisa saya harapkan?

Pada tahap ini, Kant menyebut dirinya “terbangun dari tidur dogmatis” dan pelan-pelan mulai meninggalkan masa pra-kritis yang selama itu dipengaruhi oleh filsafat rasionalis Leibniz dan Christian Wolf.

Seorang filsuf David Hume menurut Kant adalah orang yang telah “membangunkannya dari tidur dogmatis”.

Kant sangat terpengaruh oleh skeptisisme Hume dan mulai membangun sistemnya sendiri.

Sebelum meneliti isi pengetahuan, Kant lebih dulu menguji syarat-syarat yang memungkinkan pengetahuan secara kritis. Oleh karena itulah, judul mahakarya Immanuel Kant adalah

“Kritik atas Rasio Murni”.

Karya ini muncul pertama kali pada tahun 1781 dan langsung geger.

Kant meninggal pada tanggal 12 Februari 1804 dalam usia 80 tahun. Kata-kata terakhirnya sebelum meninggal adalah “Es ist gut” artinya “itu baik”. Kant dimakamkan di Katedral Kaliningrad.

Reporter : Alyaa

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini