Desa Kumzar, Kawasan Terpencil yang Punya Bahasa dan Budayanya Sendiri

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA- Desa Kumzar berada di perbatasan wilayah utara negara Oman. Desa kecil ini sangat jarang didatangi oleh penduduk Jazirah Arab lainnya. Bahkan, desa yang terletak di Semenanjung Musandam ini mengalami keterasingan luar biasa sehingga mengembangkan bahasa dan budayanya sendiri.

Hal itu karena desa bernama Kumzar ini memiliki letak yang sulit untuk dijangkau. Bayangkan saja, wilayah itu hanya bisa diakses dengan menggunakan speedboat selama satu jam atau menumpang kapal layar selama 2,5 jam dari kota terdekat, Khasab.

Desa Kumzar yang dibatasi tebing dan Lautan
Desa Kumzar yang dibatasi tebing dan Lautan

Karena terasing, desa dengan julukan Musandam atau Norwegia ala Arab ini akhirnya memilih untuk membuat bahasanya sendiri yaitu Kumzari. Hal itu dikatakan langsung oleh seorang penduduk lokal, Makeyya Al Kumzari. “Kumzari adalah campuran bahasa Persia dan Arab Kuno, dan bahasa lain seperti Akkadia, Asyur, Turki, Inggris, dan Hindi. Bahasa itu hanya diucapkan disini saja dan tidak ada dimana mana,”kata Makkeya Al Kumzari.

Kemudian, Moyath Al Kumzari, koordinator tur keliling desa Kumzar mengatakan bahwa kini bahasa itu telah menjadi kebanggaan para penduduk setempat. ”Kumzari adalah bahasa yang digunakan oleh ibu kami, dan ketika kami bersama, kami tidak berbicara bahasa lainnya. Meski kami juga tahu dan bisa berbahasa Arab,” kata Moyath Al Kumzari.

Banyak kata dari bahasa Kumzari yang mungkin terdengar asing bagi penutur bahasa Inggris. Contohnya, bintang menjadi starg dan lotion berganti jadi losan. Adapun kata kata lainnya yaitu dar artinya pintu, Niglis berarti kalung, dan pling artinya papan.

Ada beberapa kata yang diambil dari bahasa Arab dan Persia sehingga pengucapannya tidak berbeda jauh. Melihat keunikan itu, ahli bahasa seperti Christina van der Wal Anonby dan Erik Anonby mencoba untuk menelusuri desa tersebut, bahkan mereka tinggal dan bekerja di Kumzar selama setahun. Hal itu dikatakan langsung oleh Erik Anonby. ” Kumzar telah menjadi pusat ekosistem yang terbentuk secara sosial dan historis selama berabad abad. Meski wilayah itu sulit untuk dijangkau, tidak layak menganggapnya sebagai salah satu desa yang terisolasi,” kata Erik Anonby.

Kehadiran kedua ahli bahasa ini disambut meriah oleh penduduk setempat sebagai bagian dari komunitas. Keduanya berbaur dan bergabung dengan warga Kumzari sambil melakukan penelitian linguistiknya. Christina van der Wal Anonby mengatakan bahwa pada pagi hari dirinya menyempatkan waktu untuk berbicang dengan para perempuan setempat, sambil menikmati secangkir kopi kapulaga.

Dan benar saja, mereka sangat ramah dan tidak sungkan untuk membicarakan uniknya desa Kumzar. Bahkan, menjelang sore hari para penduduk setempat selalu mengajaknya mengolah kurma dan ikan. ”Saya pikir keramahan mereka berasal dari sejarahnya. Mereka seringkali menyelamatkan  pelaut dari sergapan para pembajak dan dengan senang hati mengisi pasokan air bersih bagi kapal para pelaut,” kata Christina van der Wal Anonby.

Untuk menjalani hidup, Erick Anonby mengatakan bahwa mereka mencari penghasilan dari ikan-ikan yang hidup di teluk tersebut. Bukan hanya itu, banyak dari mereka yang pindah ke Khasab selama sembilan bulan untuk memanen kurma.

Mereka memiliki geografi yang unik, desa mereka dihimpit oleh dinding gunung dan lautan. Hal ini membentuk tidak hanya bahasanya, tetapi juga cara orang orangnya memandang lingkungan sekitar.

Desa Kumzar juga memiliki cerita rakyat yang berkisah tentang laut dan lokasi uniknya. ”Cerita disini kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan serta lautan mereka. Salah satunya yaitu cerita tentang sumur yang menjadikan Kumzar sebagai tempat penting bagi para pelancong untuk berhenti dan mengisi pasokan air. Bukan hanya itu, mereka juga memiliki perpustakaan lisan lengkap dengan lagu tradisional dan cerita rakyat. Aliko Shobubo, yang meninggal baru baru ini merupakan salah satu pendongeng Kumzari yang hebat, dimana ia memegang seluruh kumpulan cerita rakyat seperti Seribu Satu Malam,” kata Erick Anonby.

Erick menambahkan bahwa walau desa mereka sangat jarang ditelusuri, warga Kumzari sudah cukup dikenal orang Jazirah Arab lainnya. ”Orang orang Kumzari dikenal di seluruh Arabia karena pernikahan mereka yang semarak, penuh warna dan berlangsung selama seminggu penuh,”kata Erick.

Warga Desa Kumzar
Warga Desa Kumzar

Letak desa mereka sangat jauh, tetapi tidak layak dianggap sebagai wilayah terpencil. Hal itu karena desa tersebut berhasil membangun sekolah, rumah sakit, dan pabrik secara mandiri.

Terlebih mereka memiliki tim sepak bola sendiri, Kumzar Football Club yang berhasil memenangkan piala regional Oman pada tahun 2016. ” Itu adalah pencapaian luar biasa bagi klub kami, dan semua orang bangga dengan momen itu,” kata Moyath Al Kumzari.

Bicara soal masa depan desa Kumzar, Moyath mengatakan bahwa mereka masih terus memperjuangkan hal tersebut. ”Generasi muda sangat berkembang di bidang pendidikan. Mereka sering pindah ke Muscat untuk melakukan berbagai macam studi,” kata Moyath.

Ia juga menambahkan bahwa dengan munculnya pendidikan di televisi dan internet, kaum muda mulai belajar dan memahami bahasa Arab. ”Selama 10 tahun terakhir telah terjadi perubahan besar, sebagian besar keluarga disini mulai mengajarkan anak anaknya untuk menggunakan bahasa Arab,” kata Moyath.

Akibatnya hal itu berdampak besar bagi bahasa Kumzari yang makin lama menghilang dengan cepat. Beruntung, ada sekelompok pakar yang bekerjasama dengan akademisi seperti Christina dan Erik membantu melestarikan bahasa dan budaya mereka. Erik mengatakan bahwa dirinya sangat senang dengan hal tersebut. ”Syukurlah, masih ada sekelompok orang Kumzari yang tidak ingin kehilangan semua sejarahnya dan pengetahuan budaya. Kemampuan mereka untuk berkembang melawan berbagai rintangan telah membuat bahasa Kumzari tetap hidup. Dengan menjaga bahasa tersebut, mereka berhasil memperkaya warisan budaya seluruh dunia karena tidak ada bahasa lain seperti Kumzari,” kata Erik Anonby.

Terlebih, meski banyak anak anak muda meninggalkan desa Kumzar untuk meraih pendidikan, tingkat kelahiran disini cukup tinggi sehingga tidak ada hambatan untuk menjaga bahasa tersebut. ”Populasi meningkat, dan rumah rumah baru sedang dibangun di atas pegunungan. Kami tidak pernah takut karena tradisi kami adalah berperang baik melawan alam maupun musuh lainnya. Dan kami semua bangga berasal dari Kumzar. Kami memiliki tanggung jawab besar untuk tumbuh bersama menghadapi tantangan dunia modern dan tidak akan pernah meninggalkan budaya serta bahasa kami,” kata Moyath.

Video ini menggambarkan Desa Kumzar

Reporter : R Al Redho Radja S

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini